SULTRAKINI.COM: Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil Mikro (ASPPUK) didukung OXFAM bekerja sama dengan Bappeda menggelar workshop penyusunan peta jalan pemberdayaan pemuda dalam wirausaha di Provinsi Sulawesi Tenggara, Rabu (1/9/2021).
Kegiatan dipimpin Ketua Bappeda Sultra Robert J. Maturbongs dan Kepala Bappeda Kabupaten-Kota se-Sultra yang hadir secara virtual, di dampingi Dewan Pengurus Nasional ASPPUK Mia Aryana dan Rektor Unsultra Prof. Andi Bahrun.
Ketua Bappeda berharap program ini membutuhkan waktu, sehingga workshop ini dibutuhkan untuk mensinergikan dengan program-program reguler yang dilakukan oleh pemerintah.
“Kita berharap workshop ini memberikan masukan bagaimana strategi memberdayakan pengusaha muda,” ujarnya.
Pada akhirnya diharapkan ada rekomendasi yang bisa disepakati untuk dijalankan bersama dalam mendampingi para pengusaha muda.
Mia Aryana memaparkan, program ini menargetkan 20.000 orang pemuda perempuan dan laki-laki di daerah yang terdampak perubahan iklim untuk memiliki masa depan yang aman. Memiliki kesempatan ekonomi yang lebih baik dan mendukung mereka menjadi pengusaha muda potensial di masa depan.
“Di Sultra 67,8 persen pemuda berumur 15-24 tahun bekerja di perdesaan, 57,2 persen pengangguran meski memiliki pekerjaan di perdesaan, dan juga 48,5 persen tidak berpengalaman dan menganggur di daerah perdesaan,” jelas Mia.
Secara umum program ini adalah mengurangi tingkat kemiskinan di kalangan pemuda. Kegiatan ini meliputi penguatan ekonomi dan pengembangan jaringan pasar.
Capaian program ASPPUK di Sultra di antaranya berbagai coaching dan mentoring offline sebanyak 39 kali yang diikuti 68 pemuda di enam kabupaten/kota.
Pelatihan bisnis online sebanyak 36 kali diikuti 79 orang pemuda. Sebanyak 17 orang pemuda mendapatkan pendanaan untuk usaha dari lembaga perbankan, pemerintah daerah. Hingga Maret 2021 ada 70 unit usaha yang dijalankan oleh pemuda.
Dari target 300 orang pemuda di enam kabupaten/kota, terjaring 46 orang pemudaa dalam mentoring bisnis untuk lanjut pada upgrade bisnis, pembentukan jaringan pemuda melalui YouthHub: 5 YH kecuali Kabupaten Wakatobi.
Ada juga pelaksanaan dua kali Boothcamp dan dua kali Business matching di dua provinsi, terbentuknya 23 start-up dan 60 sme’s. Proses influencing melalui program pengembangan wirausaha muda menjadi salah satu program prioritas pemerintah Kabupaten Wakatobi yang dituangkan ke dalam RPJMD 2021-2026.
Provinsi Sultra melalui Dinas Koperasi dan UMKM mereplikasi kegiatan pengembangan usaha muda di lingkup dalam program expo dan talkshow wirausaha muda tingkat provinsi. OJK mereplikasikan program EYW ke dalam program internal untuk keberlanjutan.
Rektor Unsultra, Prof. Andi Bahrun menegaskan, saling mendukung dan saling membutuhkan adalah hal alamiah yang bisa menjadi dasar dalam program penguatan pemuda Sultra, sambil mengkritik bahwa tidak sedikit program serupa yang tidak berkesinambungan karena berbagai alasan.
Tantangannya saat ini adalah era perubahan sangat cepat yang harus dijawab dengan visi dan pemahaman kepemimpinan dan jiwa wirausaha.
“Performa adalah faktor penting dalam wirausaha dan nilai-nilai yang bisa dikembangkan adalah kemampuan berbagi dan mensejahterakan orang lain. Jadi bukan sekadar memperkaya diri sendiri,” tegasnya.
Andi Bahrun mengusulkan, banyaknya anggaran untuk pemuda dari pemerintah harus ditangani secara profesional agar fokus dalam membina wirausaha muda. Termasuk disinggung Perda Nomor 8 Tahun 2020 tentang Pembedaayan Pemuda di Sultra yang merupakan payung hukum yang sangat memadai.
“Perda ini sudah ada, pemda jangan ragu. Kami dari perguruan tinggi akan mendukung dalam pelaksanaan penguatan wirausaha muda. Mari kita bangun ekosistem wirausaha yang sinergi di Sultra,” ucapnya
Turut hadir dalam pertemuan tersebut pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia, sejumlah perwakilan perbankan, dan dunia usaha.
Penulis: Amir AS