SULTRAKINI.COM: SAMBAS – Tidak hanya orang Indonesia yang gila dangdut. Tetangga kita Malaysia pun gandrung buka kepalang. Mau bukti? Suguhan dangdut dari Festival Wonderful Indonesia (FWI) Kemenpar RI pun dilahap. Dua hari full dangdutan di Entikong, Sanggai, Kalbar pun banjir orang-orang Malaysia perbatasan. Festival cross border (perbatasan) inipun menjadi magnit yang mampu menyedot turis asing dari Malaysia.
Terbukti, dari dangdutan dua hari, Sabtu -Minggu (27-28/8/2016), lebih dari 1.000 wisman yang masuk melalui imigrasi Entikong. Pada hari-hari biasa crossborder rata-rata hanya dilewati 100 – 150 wisman. Pada festival Minggu (28/8/2016) kemarin mereka datang secara bergelombang. Sampai-sampai panitia menyiapkan bus antar jemput ke perbatasan.
Sampai lokasi langsung disambut dangdut pembuka. Turis tetangga ini menempati kursi undangan yang disiapkan panitia. Tampak tua-muda laki dan perempuan memenuhi 200 kursi undangan. Karena tidak cukup rombongan berikutnya langsung membaur dengan penonton lokal di lapangan.
Mereka larut dengan alunan dangdut di Lapangan Patoka, 3 kilo meter dari pintu perbatasan. Berjoget bersama di bawah suhu panas Entikong 37 derajat Celsius, tak membuat mereka gentar.
Goyangan bertambah hot setelah artis ibukota Selvie goyang Pantura Indosiar perform. Cewek Sukabumi ini menggoyang para tamu mancanegara dengan “Sambalado” sebagai lagu pembuka. Para turis Serawak tumplek blek bersama sekitar 4000 penonton perbatasan. Lapangan penuh sesak. Bahkan diantara wisman ada yang naik panggung berjoget bersama sang artis.
Saking semangatnya disambut ribuan penonton, Selvie sampai membawakan 8 lagu. Padahal kontraknya hanya 4 lagu. “Hayoo yang dari Malaysia angkat tangan. Saya terharu sekali penontonya segini banyak ya. Teman teman dari Malaysia selamat datang dan salam Wonderful Indonesia,” sapa biduan dangdut juara 3 pencarian bakat Indosiar 2015 itu.
Makin sore bertambah heboh. Jingkrak jingkrak lautan penonton membuat makin panas. Berkali kali harus diguyur semprotan air. Basah kuyub menyegarkan dangduters yang terus ketagian joget.
Remon, salah satu penonton asal Tebedu Serawak mengaku baru pertama kalinya datang ke Entikong. Pegawai perkantoran ini mengaku datang bersama anak dan isterinya karena hobi dangdut Indonesia. Selama ini banyak mendengarkan dari radio saja. “Begitu melihat iklan di koran ada festival dangdut kami datang kemari,” akunya.
Dia sendiri suka lagu lagu Rhoma Irama dan Inul Daratista. Pernah melihat show di Malaysia kurang puas karena goyangnya tidak sebebas di Indonesia. “Pokoknya kami suka dangdut, mau dong kalo ada lagi,” katanya.
Selain diserbu rombongan dari Tebedu Serawak, festival hari kedua itu juga ditonton club Moge (motor gede) dari Kuching. Mereka datang sembilan orang rombongan atas undangan Konjen Kuching Serawak Malaysia. Mereka juga asyik berjoget dibawah terik matahari.
“Dangdut dangdut okelah. Kami juga suka touring nonton dangdut sampai Pontianak,”ujar Syawal, pemimpin rombongan di sela berjoget.
Di Kuching dia mengaku punya anggota 150 orang pecinta Moge “Tegar Bikers Serawak” yang siap meramaikan acara acara musik di perbatasan.
Festival Wonderful Indonesia Entikong itu juga benar benar menjadi pelepas dahaga warga perbatasan. Sudah lama mereka tidak mendapat hiburan. “Orang perbatasan itu sibuk cari duit mereka butuh hiburan. Kalau boleh usul kedepan datangkan Wali Band atau orkes Palapa, Monata, Inul atau Brodin. Saya jamin lapangan gak cukup. Orang Sanggau pun akan datang,” kata Syamsul warga Entikong.
Para pelaku bisnis pun ketiban untung. Dampak festival itu membuat jasa penginapan dan warung makan laris. Hotel Prambanan Jln Raya Malindo misalnya. Selama seminggu tamunya penuh. “Dari 27 kamar kami penuh gara gara dangdutan,” aku Zulkifli Lubis.
Selain warung permanen juga bermunculan warung tiban selama dua hari acara. Lebih dari 50 warung berjualan makan dan minuman di lokasi acara. Semuanya laris manis. “Habis 9 kilo ayam,” ujar Anik, si bakul sate.
Asdep Pengembangan Pemasaran ASEAN, Rizki Handayani Mustafa cukup terharu dengan sukses Wonderful Indonesia (FWI) 2016 di Entikong tersebut. “Rapat koordinasi, ketemu camat di wilayah Malaysia, menyebar flyer, nempel poster, branding kita sangat kuat. Pesiapannya luar biasa di crossborder. Perjuangan perjalanan nya berat banget. Tapi begitu lihat hasilnya, sangat memuaskan! Jadi hiburan yang asyik buat masyarakat kita di perbatasan. Dampak ekonomi nya juga terasa,” kata Rizki, yang terus menterjemahkan rumusnya Menpar Arief Yahya itu.
“Pariwisata, transportasi dan komunikasi itu bisnis yang mirip. Ada proximity atau kedekatan, ada season atau musiman, dan ada momen atau event tertentu yang bisa memindahkan orang dari satu titik ke titik yang lain,” jelas Menpar Arief Yahya. (*)
(Kemenpar RI)