Dosen UHO Kembangkan Pembuatan Kapur Tohor di Muna

  • Bagikan
Tungku pembuatan kapur tohor di Desa Lakarinta, Kabupaten Muna. (Foto: Istimewa)
Tungku pembuatan kapur tohor di Desa Lakarinta, Kabupaten Muna. (Foto: Istimewa)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas Halu Oleo mengembangkan rancangan sistem pembuatan kapur tohor di Desa Lakarinta, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Kapur yang dikenal dengan nama kimia kalsium oksida ini, dikembangkan tiga dosen melalui bantuan dana LPPM Kemenristek Dikti.

Kabupaten Muna sebagai salah satu daerah dari empat kabupaten pertama saat mekarnya Sultra, serta dalam pembangunannya masih tertinggal dari daerah lain, hal itu terlihat dari pendapatan domestik bruto yang masih tergolong rendah.

Sumber daya alam yang potensial, utamanya kapur dilirik tiga dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian untuk dikembangkan sebagai bagian dari peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat.

Adalah Laode Ngkoemani sebagai ketua dan dua anggotanya Jahidin dan Suryawan Asfar di balik pembuatan kapur tohor dengan medium tungku. Langkah awal pengembangannya, akademisi UHO ini menggunakan dua tunggu berkapasitas 0,448 meter kubik sekali pembuatan. Tetapi tidak menutup kemungkinan akan ditambah jumlahnya.

Tungku pembuatan kapur tohor di Desa Lakarinta, Kabupaten Muna. (Foto: Istimewa)

“Ternyata setelah kita liat, di sana ada potensi kapur besar yang sebenarnya bisa diolah tanpa menggunakan teknologi canggih atau tinggi, hanya saja masyarakat belum menyadari proses pengolahannya yang mudah, padahal ini jika dikelolah bisa bermanfaat dan punya nilai jual yang mengangkat nilai ekonomi,” ucap Ngkoemani, Jumat (6/9/2019).

Mantan wakil rektor bidang kemahasiswaan UHO itu menambahkan, jika hal ini dilirik oleh Pemerintah Kabupaten Muna untuk dikembangkan dalam skala besar, dipercayanya bisa menjadi sumber pendapatan di wilayah tersebut. Terlebih, kata dia, hampir sebagian besar wilayah Muna terdapat batu kapur sebagai bahan bakunya. Tinggal bagaimana aspek pemasarannya berskala besar.

“Manfaat kapur tohor ini kan banyak, bisa jadi kapur pertanian, porseling, bedak dan masih banyak lagi manfaat lain, kalau produksinya stabil dan bagus sudah bisa tawarkan bekerjasma dengan industri-industri,” terangnya.

Pihaknya pernah mencoba mengkomunikasikan terobosan tersebut kepada Pemda Muna dan tinggal menunggu respon.

Agar program ini maksimal dan berkelanjutan di masyarakat wilayah yang dituju, pihaknya terus melakukan pendampingan-pendampingan termasuk memberikan pelatihan khusus untuk meningkatkan kapasitas melalui training of trainer sehingga masyarakat yang mengelolah program ini mengerti cara pembuatan kapur ini dengan baik dan bagus.

“Termasuk membentuk kelompok-kelompok melalui karang taruna bagaimana mereka bisa mengembangkan usaha ini,” tambahnya.

Ditambahkan Jahidin, salah satu keunggulan tungku pembakaran pembuatan kapur tahor adalah tidak membutuhkan waktu lama proses pembuatannya karena dilengkapi dengan besi plat yang bisa menyimpan panas dan mempercepat proses pembakaran yang semula sampai tiga hari turun menjadi dua hari proses pembakaran.

“Meskipun ini ukurannya mini skala keluarga tapi proses pembuatannya sangat cepat dan tidak butuh banyak tenaga,” jelas Jahidin.

Laporan: Hasrul Tamrin
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan