DPRD Kolaka Nilai Kualitas Layanan RSBG Masih Rendah

Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi III DPRD Kolaka bersama jajaran RSBG Selasa (27/9/2016). Foto: Sumardin / SULTRAKINI.COM

SULTRAKINI.COM : KOLAKA – Kualitas layanan  medis di Rumah Sakit Benyamin Guluh (RSBG) Kolaka rupanya tak hanya disoalkan dari keluarga kurang mampu, namun ternyata juga dirasakan anggota DPRD setempat.

Sorotan rendahnya kualitas layanan RSBG disampaikan anggota dewan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi III bersama jajaran  RSBG yang turut dihadiri Asisten III Ruhaedin Djamaluddin, Selasa (27/9/2016).

Ketua DPRD Parmin Dasir yang memimpin RDP adalah politisi pertama yang menumpahkan keluhan dihadapan Direktur RSBG Hasbi Cukke. Dalam penuturannya, Parmin Dasir merasakan rendahnya kualitas layanan medis di RSBG ketika dirinya mendampingi seorang anggota keluarganya dirawat belum lama ini.

“Saya lihat dan saya rasakan sendiri betapa masih rendahnya kualitas layanan di RSBG. Bisa dibayangkan keluarga saya mau diimpus tapi jarum impusnya mau ditusuk ke dalam (daging) lengan, perawatnya terlihat susah mencari denyut nadi. Terpaksa sarung tangan karet  dililitkan di lengan pasien supaya uratnya terlihat. Memang sepele tapi ini sudah tidak sesuai standar operasional prosedur,” kisah Parmin Dasir.

Politisi PAN ini juga tak luput menyorot kebersihan dan fasilitas penunjang ruang rawat. “Pasien butuh kenyamanan saat dirawat. Tapi bagaimana mau rasa nyaman kalau dalam ruangan terasa panas, belum lagi kondisi ruangan yang kurang bersih. Bahkan saya lihat petugas clenning mengepel lantai tapi tidak gunakan cairan pembersih, airnya dalam ember terlihat sudah berwarna hitam pekat tapi tetap digunakan. Kondisi ini sangat miris,” terang Parmin.

Rasa kesal juga diutarakan Rusman. Legislator Demokrat ini menyorot keterlambatan pembayaran honorarium dan jasa layanan tenaga honorer hingga tiga bulan. “Kasihan mereka (honorer) honornya belum dibayarkan sudah tiga bulan termasuk insentif jasa layanan juga sudah dua bulan belum diberikan. Ini patut dipertanyakan. Apalagi audit BPK 2015 ditemukan penyimpangan keuangan di RSBG,” kata Rusman.

Tak sampai disitu, Rusman juga menyorot pengelolaan parkir RSBG yang dinilai belum ditangani profesional. “Diperkirakan selama 24 jam ratusan kendaran roda dua keluar masuk parkir, otomatis pendapatan retribusinya lumayan besar. Tapi, kadang juga kita bayar parkiran tapi tidak dikasi karcis. Ini kan merugikan. Sebaiknya parkir RSBG dikelola langsung Dispenda atau perhubungan ketimbamg selama ini ditangani pihak rumah sakit yang tidak terkontrol,” tutur Rusman.

Sorotan para wakil rakyat itu, rupanya tak ditampik Dirut RSBG Hasbi Cukke. “Kami akui juga soal kualitas pelayanan yang masih rendah,” ujar Hasbi.

Karena itu sejak dirinya dilantik bebarapa bulan lalu, ia mengaku telah melakukan perbaikan manajemen serta pembenahan fasilitas alat kesehatan sesuai standar layanan termasuk menyiapkan ketersedian obat – obatan. “Tapi kami tetap sadari hal itu belum optimal sesuai harapan kita bersama,” ujarnya.