DPRD Terima Keluhan Petani Terkait Kedelai

  • Bagikan

SULTRAKINI.COM: BUTON UTARA – DPRD Buton Utara (Butur) tidak menemukan pemotongan anggaran maupun bantuan bibit kedelai untuk kelompok tani di Desa Lambale dan Kotawo, Kecamatan Kulisusu Barat (Kulbar).Hal ini terungkap dalam dialog dengan perwakilan kelompok tani saat melakukan monitoring pembibitan kedelai di desa tersebut, Minggu (6/3/2016).Anggota Komisi II DPRD Butur, Alias Dadi Agusman mengatakan, kunjungan Komisi II di Desa Lambale ini untuk melakukan monitoring program nasional pembibitan kacang kedelai. Sebab, dewan belum mempunyai data akurat sejauh mana perkembangan kedelai di desa ini.\”Kami butuh masukan dari kelompok tani, juga apa yang menjadi kendala kalian. Sebab kami di DPRD belum mempunyai data,\” kata La Dadi sapaan akrab Alias Dadi Agusman.Camat Kulbar La Ode Abdul Salam mengaku tidak mengetahui berapa banyak kelompok tani yang sudah menerima bantuan bibit kedelai tahun 2015 lalu. Sebab, pihaknya tidak pernah dilibatkan oleh dinas terkait.\”Disini saya tidak paham betul berapa kelompok tani yang dapat bibit. Silakan kalian menyampaikan unek-unek kepada anggota dewan. Apakah itu menyangkut penyaluran bibit, daya tumbuh dan hasil panennya bagaimana,\” imbuhnya.Salah seorang kelompok tani, Sarmin mengatakan, pada bulan Juni 2015 pihaknya mendapat bantuan bibit kedelai sebanyak satu ton. Bibit ini disalurkan serentak oleh Dinas Pertanian, tanpa memikirkan kondisi masing-masing desa.Para petani tidak mempunyai lahan cadangan untuk menanam kedelai. Mereka menunggu hingga panen padi, baru melakukan penanaman. Sehingga bibit kedelai yang disimpan terlalu lama menjadi rusak.\”Kalau di SP jangka panen padi hanya tiga bulan. Sementara kita disini lima bulan, sebab kami menanam padi ladang. Jadi kami harus menunggu hampir dua bulan baru bisa menanam kedelai. Sementara bibit ini sudah banyak yang rusak, makanya tidak tumbuh,\” kata Sarmin.Ia melanjutkan, karena sudah tersimpan lama dan tidak memungkinkan lagi untuk menjadi bibit, maka pihaknya menjualnya, lalu uang hasil penjualan itu dibelikan bibit baru dengan persetujuan Dinas Pertanian.\”Memang sebagian bibit kita jual dan kita belikan bibit yang baru, dan itu sudah persetujuan dengan dinas. Kita sudah coba tanam tidak ada yang tumbuh, semua mati,\” akuhnya.Sekali pun begitu, tidak semua kelompok tani gagal panen. Ada pula yang berhasil, seperti Nawia ketua kelompok Tani Wabia yang beranggotakan 30 orang.Menurutnya, dari 30 orang anggota kelompok Tani Wabia, hanya 20 hektar yang tealisasi untuk bibit kedelai. \”Tapi, kami bagi rata, semua anggota dapat. Saya sendiri hanya setengah hektar, hasil panennya 200 kilogram,\” akunya.Nawia mengaku, panen kedelai tidak seperti yang diharapkan, karena sebagian tanamannya diserang hama Babi dan Tikus. \”Saya cuma setengah hektar dapat 200 kilo. Saya jual Rp 7000 perkilo,\” katanya.Terkait persoalan hama ini, Nawia mengharapkan Dinas Pertanian dan Badan Penyuluh agar sering turun lapangan untuk mencarikan solusi bagi para petani.Anggota kelompok Tani lainnya, Muh. Yunus menuturkan, persoalan yang dihadapinya sama seperti Sarmin hingga mengakibatkan gagal panen. Apalagi tidak didukung dengan cuaca ketika menanam bibit kedelai.\”Bibit dan pupuk disiapkan dinas dan tidak ada pemotongan. Bahkan, bantuan anggaran langsung ke rekening ketua kelompok. Sekali lagi tidak ada pemotongan,\” kata Yunus saat menjawab pertanyaan anggota DPRD Butur, Al Munatzir.Di desa Kotawo hanya dua kelompok tani, sedangkan Lambale enam kelompok dan.semuanya gagal panen. \”Saya tambahkan tidak ada pemotongan dari dinas.Yang tidak bisa kami jangkau disiapkan dinas seperti bibit dan pupuk,\” timpal Sabaruddin anggota kelompok tani lainnya.Sementara perwakilan Dinas Pertanian mengungkapkan, bibit kedelai sangat berbeda dengan bibit lain, sebab kulit arinya sangat tipis. \”Makanya tidak bisa disimpai sampai berbulan-bulan. Ketika bibit ini sampai ke petani langsung dilihat, kalau tidak bagus langsung dilaporkan untuk kami ganti,\” tandasnya.Ditambahkan, petani bisa menggunakan bibit lokal dan secara kebetulan bibitnya ada di Butur. Apalagi secara Nasional masih kekurangan bibit kedelai, sehingga dimungkinkan menggunakan bibit lokal.Anggota DPRD lainnya, Al Munatzir mengungkapkan, sebelum diturunkan bantuan, dinas terkait harus mengiidentifikasi lahan. Sehingga gagal panen bisa diminimalisir.Ketua Fraksi Amanat Rakat ini juga meminta kepada Dinas Pertanian agar semua persoalan administras dani sekecil apapun harus dibuatkan. \”Harusnya buatkan berita acara kelompok menyetujui hanya 20 hektar yang disetujui dari 30 hektar usulan. Kemudian ditembuskan ke Kades dan camat,\” tandasnya.\”Saya kira kita sudah mendengarkan bersama-sama dari pengakuan para petani bahwa tidak ada pemotongan yang dilakukan Dinas Pertanian. Wartawan tolong dicatat itu,\” tuntasnya.(A)Editor: Gugus Suryaman

  • Bagikan