Ekspor Porang Terus Meningkat, akan Jadi Komoditas Andalan Baru

  • Bagikan
Presiden RI, Joko Widodo mengunjungi pabrik porang di Madiun, Jawa Timur. (Foto: Dok. Setpres)

SULTRAKINI.COM: Nilai ekspor porang terus meningkat sejak 2018. Bahkan Presiden RI, Joko Widodo berkali-kali meminta agar porang dijadikan komoditas andalan baru ekspor tanah air.

Dilansir dari laman Indonesia Kominfo, potensi porang di pasar internasional semakin besar. Volume ekspornya pada 2018 dari Jawa Timur mencapai 5,51 ton dengan nilai sekitar Rp 270,3 miliar. Pada 2019 meningkat sembilan persen menjadi enam ton dengan nilai Rp 297 miliar. Memasuki 2020 meningkat lagi hingga 70 persen di volume 10 ton bernilai Rp 499,08 miliar.

Negara tujuan ekspor porang Jawa Timur, seperti Tiongkok, Vietnam, Jepang, Thailand, Singapura, Korea Selatan, dan Taiwan.

Data Kementerian Perdagangan RI, ekspor porang Indonesia pada 2020 mencapai 8.570 ton dengan nilai USD19.645.620 atau tumbuh 23,35 persen (yoy). Tujuan ekspor terbesar adalah Tiongkok dengan capaian 13,28 juta ton.

Presiden berharap, komoditas porang memberikan nilai tambah yang baik, tidak hanya bagi perusahaan pengolah, tetapi para petani porang. Sebab tanaman umbi-umbian ini dalam satu hektare saja bisa menghasilkan 15-20 ton, bernilai hingga Rp 40 juta.

Apalagi, porang bisa dijadikan makanan sehat di masa depan, sebab kandungan porang bermanfaat bagi tubuh manusia.

Porang bisa diolah menjadi beras, bahan campuran produk kue, roti, es krim, permen, jeli, selai, dan bahan pengental pada produk sirup, serta diolah sebagai produk kosmetik.

“Kita harus mengolah sendiri, ada hilirisasi, ada industrialisasi sehingga nilai tambah betul-betul ada di dalam negeri,” ucap Jokowi yang dikutip pada Jumat (3/9/2021).

Kementerian Pertanian RI kemudian menyusun roadmap budidaya dan ekspor porang 2020-2024 dengan target pengembangan sekitar 100 ribu hektare di 2024 dan potensi ekspor sebesar 92 ribu ton chips kering.

Roadmap tersebut juga dipetakan target luas tanam tanaman porang 2020 adalah 19.950 hektare dan 2021 seluas 47.641 hektare.

Sedangkan target luas panen pada tahun tertentu sebesar 95 persen dari luas tanam dua tahun sebelumnya.

Target produksi basah sebanyak sepuluh ton perhektare dan nantinya akan dibuat sebagai tepung glucomannan. Sementara produksi kering dalam bentuk chips sebesar 15 persen dari produksi basah. Kebutuhan benih adalah 20.000 katak (100kg/ha).

Pengembangan porang dilakukan dengan sejumlah strategi, yaitu peningkatan ketersediaan dan penggunaan benih varietas unggul, penerapan good agricultural pratices di tingkat petani, penyediaan pupuk sesuai kebutuhan, mendukung prasaana irigasi, jalan usaha tani dan, dan mendukung fasilitas pembiayaan. Pengembangan porang akan dilakukan secara bertahap di 29 provinsi dan 263 kabupaten.

Aspek pasar daam negeri ditargetkan sepuluh persen dari total panen, sisanya untuk ekspor dalam bentuk chips kering atau produk turunan lainnya yang diperkirakan sekitar 21 jenis.

Editor: Sarini Ido

  • Bagikan