SULTRAKINI.COM: JAYAPURA – Anda pernah merasakan sensasi menikmati keramaian pasar dan konser musik secara bersamaan? Di ujung timur Indonesia sana? Yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini? Nah, bila ingin menemukan sensasi itu, silahkan mampir ke Festival Crossborder Jayapura, yang siap digelar di Pasar Skouw, Distrik Muara Tami, Jayapura, Papua, 21 juli 2016. Pengisi acaranya, Steven Jam dan Siti Liza.
Menpar Arief Yahya memang selalu mengingatkan potensi pasar di cross border atau daerah perbatasan yang bisa dibuat kantung-kantung turis. Semacam Singapore dengan Johor Baru, yang dimanfaatkan untuk memperoleh jumlah atau kuantitas wisman. “Data semua potensi perbatasan, dan jadikan destinasi dengan berbagai event yang menarik, seperti musik, sport tourism atau cultural event,” kata Menpar Arief Yahya.
Kenapa harus konser musik yang disuguhkan sebagai atraksi utama? Kenapa juga harus di Pasar Skouw? “Dari survey yang sudah dilakukan, musik sangat disukai masyarakat Papua dan Papua Nugini. Jadi yang kami sajikan di Pasar Skouw adalah jenis musik yang disukai pasar. Kalau suka musik dangdut dan reggae, ya kita bikin konser dangdut dan reggae. Ibarat berdagang, kita menyediakan apa yang masyarakat butuhkan,” terang Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Luar Negeri Kementerian Pariwisata, I Gde Pitana, Sabtu (16/7).
Soal lokasi, pria berkacamata itu juga punya alasan yang kuat. Selain berbatasan langsung dengan Papua Nugini, kawasan ini juga bakal segera disulap menjadi beranda depannya Indonesia. Inilah wilayah perencanaan Papua di masa depan. Kawasan ini tak ubahnya seperti Las Vegas di Amerika Serikat. Awalnya memang tanah kosong. Tapi kemudian, sukses dikembangkan menjadi daerah pariwisata yang mewah. “Bila Amerika Serikat saja sukses mengembangkan Las Vegas yang dulunya gurun pasir, kenapa Indonesia tidak bisa mengembangkan Skouw? Pasarnya tak pernah sepi dikunjungi masyarakat Papua Nugini. Panoramanya juga keren,” ungkap Pitana.
Dengan bahasa yang lebih jelas, Pitana menyebut Pasar Skouw sebaga gapura yang pas untuk mempromosikan keindahan alam Indonesia. Di sekitar Skouw, ada pantai berpasir putih keabuan. Garis pantainya lurus dan panjang. Letaknya pun sangat strategis. Ada di bibir lautan Pasifik. Gelombangnya tinggi dan sangat ideal untuk berselancar.
Suasananya sangat sepi dan jauh dari keramaian, sangat ideal bagi para turis yang ingin mendapatkan suasana ketenangan. Saat simpul itu digenjot dengan promosi pariwisata, Skouw diyakini bisa kian berkembang. “Cross border tourism banyak manfaatnya, terutama negara yang punya perbatasan darat. Benchmarkingnya bisa dilihat dari Belanda yang sukses mendatangkan 18 juta wisatawan, 13 juta di antaranya berasal dari negara tetangganya seperti Jerman, Belgia, dan Perancis.
Indonesia yang punya banyak perbatasan darat, mulai dari Papua, NTT, dan Kalimantan, sangat mungkin mengadopsi keberhasilan Belanda,” ungkap Pitana.
Penyelenggaraan Festival Crossborder di Jayapura selain untuk menarik kunjungan wisman perbatasan, juga diharapkan akan menggerakan perekonomian masyarakat lokal dengan adanya kegiatan konser musik.
“Kalau ada banyak orang Papua Nugini yang datang dan membelanjakan uangnya di Indonesia, ekonomi masyarakat setempat kan ikut bergerak. Perekonomian lokal akan hidup,” kata Pitana. (*)
(Kemenpar RI)