Gelang Rindu dari Masyarakat Bajo

  • Bagikan
Suku Bajo memasangkan gelang rindu di kaki anak mereka ketika sang ayah pergi melaut. (Foto: Koleksi pribadi)

SULTRAKINI.COM: Workshop ekonomi kreatif sub sektor media, pelatihan penulisan konten menjadi ajang bagi peserta untuk meningkatkan kemampuan menulisnya. Bahkan mereka antusias menjadi yang terbaik melalui karya tulis yang dihasilkan.

Selain membimbing puluhan milenial di Kabupaten Buton untuk menghasilkan konten yang menarik seputar pariwisata dan ekonomi kreatif, para peserta juga diajak menghasilkan karya tulis, sekaligus mengevaluasi karyanya bersama pemateri workshop, yaitu jurnalis senior, Andi Sangkarya Amir.

Indrawati Luy mendapatkan hadiah atas karya terbaiknya di workshop ekonomi kreatif sub sektor media, pelatihan menulis konten pariwisata di Kabupaten Buton. (Foto: Dok.Sultrakini.com)

Selain itu, dikatakan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sultra melalui Kepala Seksi Pengembangan Industri Pariwisata, Muhammad Syamsul, konten dan fotografi merupakan konteks utama dalam rangka penciptaan brending terhadap produk pariwisata dan ekonomi kreatif Provinsi Sultra dengan mampu membangun narasi dari suatu produk baik berupa barang dan jasa pada destinasi unggulan dan prioritas akan memudahkan dalam menemukan pasar.

“Selain dukungan dari kualitas suatu foto dalam menciptakan brending akan manjadi rangkaian bersama yang mendorong penciptaan kunjungan wisata, pemasukan pendapatan daerah, pasar, dan pada akhirnya akan pertumbuhan ekonomi Sultra,” jelasnya, Jumat (26/11/2021).

Alhasil pelatihan menulis konten itu didapatkan satu karya terbaik dari sekian banyak karya yang terkumpulkan dengan judul Pesona Tikolo (Gelang Rindu) Masyarakat Bajo karya Indrawati Luy.

Berbicara tentang keberagaman masyarakat dan suku-suku di Indonesia, maka kita tidak akan kehabisan referensi. Indonesia berada di garis maritim dengan ribuan pulau yang berjejer rapi dalam barisan nusantara. Keragaman ini mencakup bahasa, kuliner, adat dan budaya, serta berbagai ras dan suku. Sebut saja suku baduy, suku dayak dan lain-lain.

Karena Indonesia yang luas wilayah maritim, maka tidak dipungkiri kita mengenal suku Bajo. Suku Bajo ini telah lama dikenal sebagai orang laut yang andal karena mereka hidup di atas hamparan perairan. Menyelam, berenang, hingga mengayuh sampan adalah aktivitas harian yang akan kita temukan dengan mudah jika kita berkunjung di tempat tinggal suku Bajo.

Di pulau Buton khususnya, suku Bajo terbagi di beberapa wilayah, di antaranya Bajo Lawele, Bajo Tira, Bajo Kanawa, Bajo matanauwe, Bajo Bahari.

Kebiasaan suku Bajo secara umum selain melaut adalah budaya memakan sirih/pinang. Namun, kali ini saya tidak membahas hal tersebut karena ketika berkunjung di Bajo bahari, saya menemukan kebiasaan lain yang menarik dan itu jarang diketahui orang di luar masyarakat Bajo. ”Tikolo” menurut suku Bajo itu adalah Gelang Rindu.

Tikolo ini akan dipakaikan pada seorang anak yang ditinggal pergi oleh sang ayah ketika melaut atau merantau. Menurut kepercayaan, gelang rindu ini dipasangkan pada kaki atau tangan si bayi sebagai penangkal rindu bagi sang ayah. Bagi si anak agar anak tersebut tidak serta merta mengingat sang ayah.

Tikolo ini terbuat dari kain putih yang telah disyarati secara adat oleh ketua Bajo kemudian di satu sisi kain putih itu membungkus rambut sang ayah. Kemudian dibuat sepeti gelang dan diikatkan pada kaki atau tangan si anak.

Suku Bajo memasangkan gelang rindu di kaki anak mereka ketika sang ayah pergi melaut. (Foto: Koleksi pribadi)

Menurut masyarakat Bajo, hal ini mujarab dan menangkal rindu sang ayah kepada sang anak agar sang anak tidak terkena penyakit sindrom sakit rindu kepada sang ayah, tapi juga tetap menjaga hubungan kasih sayang keduanya.

Hal ini menjadi menarik karena sisi lain dari masyarakat Bajo ini kemudian menjadi pesona dan pengetahuan baru bagi kita masyarakat awam untuk memahami kebiasaan dan budaya suatu masyarakat atau suku.

Suku Bajo Bahara/Tolando ini berlokasi kurang lebih 20 kilometer dari Pasarwajo atau 25 menit berkendara dengan motor ataupun mobil. Jangan risau, sepanjang jalan mata kita akan dimanjakan dengan pemandangan indah dari teluk Pulau Buton.

Untuk diketahui, workshop ekonomi kreatif sub sektor media, penulisan konten dan fotografi pariwisata di Kabupaten Buton berlangsung pada 26-27 November 2021 dan disiarkan secara langsung. Selain pelatihan menulis konten, peserta juga mendapatkan pelatihan fotografi pariwisata.

Citizen: Indrawati Luy

  • Bagikan