Generasi Milenial Dalam Keterpurukan Moral

  • Bagikan
Mariana, S.Sos (Guru SMPS Antam Pomalaa- Kolaka)

SULTRAKINI.COM: “ Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan ku cabut semeru dari akarnya, Beri aku 10 pemuda niscaya akan ku guncangkan dunia” (Bung Karno). Kalimat indah yang dikeluarkan oleh Ir. Soekarno, Presiden pertama RI, tentang  pemuda adalah sebuah kalimat betapa peran pemuda adalah sesuatu yang tak dapat diremehkan, mereka adalah agen pengubah dan agen pembangun, di tangan merekalah kejayaan suatu bangsa akan dapat dicapai.

Hakikatnya setiap bangsa pastilah menginginkan para pemudanya memiliki kualitas yang dapat dibanggakan hanya saja terkadang harapan dan kenyataan sangatlah berbeda. Sungguh apabila mengamati fakta di lapangan kita tentunya tidak dapat menolak kenyataan bahwa generasi muda saat ini tengah di ambang kehancuran, berbagai perilaku bejat dan criminal telah sering mereka lakukan, bahkan tak sungkan kebobrokan yang mereka lakukan justru di publikasi secara terang-terangan tanpa rasa malu.

Di kutip dari kompas.com

Warga Kabupaten Garut beberapa hari ini dibuat heboh dengan terungkapnya keberadaan grup Facebook gay siswa SMP/ SMA di Garut. Screenshot laman grup FB tersebut menyebar di berbagai grup aplikasi pesan WhatsApp. Soni MS, Ketua Garut Education Watch mengaku prihatin atas fenomena ini. Apalagi, jumlah anggota di grup tersebut sudah mencapai 2600 orang lebih.” Meski nama grupnya menyangkut-nyangkut  SMP dan SMA, tapi ini jadi tanggung jawab semua bukan hanya Disdik,” katanya. (Kompas.com – 06/10/2018).

Fenomena yang sama juga terjadi di Lampung sebagaimana dikutip dari tribunnews.com, Sebanyak 12 siswi SMP di satu sekolah di Lampung diketahui hamil. Direktur PKBI Lampung, Dwi Hafsah Handayani menyebutkan, 12 siswi SMP di satu sekolah di Lampung diketahui hamil tersebut, terdiri dari siswa di kelas VII, VIII, dan IX. Pantauan PKBI, persoalan kehamilan yang tidak diinginkan di kalangan pelajar, terjadi merata, baik sekolah-sekolah yang ada di Kota Bandar Lampung maupun di kabupaten-kabupaten. Koordinator Pencegahan HIV PKBI Lampung, Rachmat Cahya Aji menambahkan, “Bahkan sekarang itu, banyak pelajar SMA yang kelokalisasi. Bahkan 20 persen pelanggan pekerja seks itu adalah pelajar SMA. Jadi dari 10 pelanggan seorang pekerja seks, itu 2 orang diantaranya adalah pelajar. Mereka itu awalnya ingin coba-coba, tahu dari teman, sampai ada yang langganan meski jarang-jarang. Bahkan, ada pelajar yang pacaran sama pekerja seks,” kata dia. (TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, 2 Oktober 2018).

Ini adalah fakta yang sangat miris, mengingat para pemuda adalah harapan bangsa, dimana ditangan merekalah arah bangsa ini berputar, bagaimana mungkin generasi yang seperti ini dapat menjadi agent of change atau agent of development, sementara pemikiran dan sikap mereka jauh dari harapan.

Sekularismehedonis mendalamkan kerusakan moral

Maraknya pergaulan bebas dan prilaku menyimpang adalah buah dari sekulerisme, dimana paham ini telah menihilkan peran agama dalam kancah kehidupan, seseorang diberikan ruang kebebasan untuk mengatur hidupnya sendiri sesuai standarisasi benar dan salah menurut logika lemahnya, sehingga dengan paham sekulerlah, maka kemudian muncul paham liberal atau kebebasan tanpa batasan yang jelas, karena hawa nafsu terkadang cenderung menguasai akal sehat maka seksualitas yang suci sekalipun harus ternodai dengan maraknya pergaulan bebas dikalangan remaja.

Belum lagi ketika hamil di luar nikah itu menghantui dan membuat rasa takut akan aib social dan tekanan keluarga, maka tak sungkan sebagian remaja yang terjerumus perilaku illegal seks pranikah mengambil alternat ifinstan dengan cara membunuh bayi dalam kandungannya melalui proses aborsi. Dimana ini adalah fenomena yang sangat ironis dalam dunia manusia ketika hewan saja masih memiliki “etika dan moralitas” untuk tidak mencabik-cabik bayi dalam kandungannya sekalipun hewan itu sangat buas.

Inilah ketika kebejatan moral melanda maka derajat manusiapun bahkan lebih rendah dari hewan. Bahkan ketinggian status sebagai manusia pun tercerabut dengan perilaku menyimpang ala gay dan lesbi alias identitas penyuka sesame jenis yang tentu ini adalah sebuah tragedi yang menjijikan yang dilakukan oleh makhluk sekelas manusia. Hedonisme atau paham yang maunya senang-senang atau bahagia telah melampaui akal sehat manusia sehingga kebahagiaan sesaat telah berhasil mengelabui jalanhidup yang lurus, maka manusia telah keluar dari fitrahnya dan menuju pada derajat hewani atau bahkan lebih rendah dari itu.

Sayangnya, fenomena dekadensi moral yang dialami generasi muda seringkali dianggap biasa oleh masyarakat, bahkan sering tidak disadari kerusakan yang dilakukan oleh remaja justru dilegalkan atau bahkan difasilitasi dengan tayangan-tayangan media yang justru banyak mengumbar dan mempertontonkan adegan-adegan yang mengarah pada pergaulan bebas dan penyimpangan orientasi seksual. Sehingga generasi muda yang labil dan tanpa di didik dengan keyakinan yang baik pun dapat terpengaruh secara signifikan terhadap adegan-adengan yang dia tonton dan lihat.

Kemajuan teknologi dalam era post modern saat ini, tanpa adanya filter yang jelas untuk mensterilkan nilai-nilai negatif dari paham-paham yang merusak, tentu akan sangat berbahaya bagi tumbuh kembang pemikiran dan prilaku anak. Sebab teknologi saat ini telah memberi ruang kebebasan bagi nilai-nilai apapun yang ingin digunakan manusia, maka tontonan bahkan Games yang mengandung unsur pornografipun menjadi sesuatu yang sangat mudah ditemukan, bahkan oleh anak kecil sekalipun, padahal bahaya dari konten negatif pornografi telah nyata kerusakannya. Hal ini sebagaimana disampaikan EllyRisman, merujuk penelitian Dr.Donald Hilton Jr, dokter ahli bedah syaraf dari AmerikaSerikat, kerusakan otak akibat pornografi sama dengan kerusakan otak yang diakibatkan kecelakaan berkendara. Kerusakan otak yang disebabkan pornografi merusak lima bagian otak (bagian lobus Frontal, gyrus Insula, Nucleus Accumbens Putamen, Cingulated dan Cerebellum) yang berperan di dalam control perilaku yang menimbulkan perbuatan berulang – ulang terhadap pemuasan seksual.

Keluarga, Masyarakat Dan Negara Adalah Benteng Generasi Muda

Maka sesungguhnya keluarga adalah media control bagi generasi muda, untuk tetap melakukan edukasi dini pada anak-anak dalam hal penguatan keyakinan agama sekaligus menjelaskan dampak dua sisi dari teknologi yang digunakan, selain itu tentu harus ada peranan sekolah dan masyarakat dalam melakukan kontrol sosial juga pengawas bagi masuknya paham-paham yang dapat merusak generasi, dan yang pasti peran yang paling penting adalah Negara yang harus menerapkan aturan jelas untuk memfilter arus masuknya produk maupun paham yang bertentangan dengan nilai-nilai moral yang dapat menghancurkan generasi bangsa. Sebab telah kita pahami bersama bahwa ideologi ibarat dalam halinikapitalis sekuler liberalis dan sosialis komunis tentu akan terus menyebarkan paham mereka agar tetap dikagumi dan dianut oleh seluruh Negara dan tanpa disadari mereka menyebarkan paham ideologinya melalui produk-produk buatan mereka.

Oleh karena itu kita telah diingatkan untuk saling menasehati sebagaimana Nabi SAW bersabda: “Demi Allah, hendaknya kalian mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Atau Allah akan menimpakan hukuman kepada kalian, lalu kalian berdo’a namun tidak dikabulkan” (HR. At Tirmidzi no.2323, Iaberkata: “Haditsinihasan”). Maka ini adalah pilihan kita, apakah tetap pada hokum jahiliyah buatan manusia yang ternyata banyak cela dan rawan kemaksiatan atau kembali pada hukum syara buatan Allah SWT yang sesuai fitrah manusia, memuaskan akal dan mendatangkan rahmat bagi alam semesta. Wallahua’alam (***)

Penulis: Mariana, S.Sos (Guru SMPS Antam Pomalaa- Kolaka)

  • Bagikan