Generasi Milenial Rentan Terpapar Hoaks

  • Bagikan
Foto bersama narasumber seminar Pekan Literasi 2018 di gedung Auditorium Mokodompit, Univetsitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (17/4/2018). (Foto: Mita/SULTRAKINI.COM)
Foto bersama narasumber seminar Pekan Literasi 2018 di gedung Auditorium Mokodompit, Univetsitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (17/4/2018). (Foto: Mita/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Mencegah berita hoaks dan ujaran kebencian di lingkungan masyarakat, menjadi perbincangan utama dalam sesi pertama seminar Pekan Literasi 2018 di gedung Auditorium Mokodompit, Univetsitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (17/4/2018).

Kegiatan dari Program Studi Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UHO ini, mengusung tema literasi digital, generasi milenial membuat dua narasumber, yakni M. Djufri Rachim , S.P., M.Si dan Jumrana, S.Sos., M.Sc banyak membahas tentang perkembangan digital yang mengadaptasikan sisi efek digitalisasi.

Menurut Jumrana, salah satu penangkal berita hoaks dan ujaran kebencian adalah peran orang tua mengontrol anaknya dalam berinteraksi di media sosial, termasuk edukasi menggunakan internat positif.

“Kehidupan di era digital, literasi media dan generasi milenial harus lebih bijak dalam bersosial media, berhati-hati terhadap konten hoaks dan ujaran kebencian yang manfaatnya tidak ada,” kata Jumrana juga dosen Jurnalistik di FISIP UHO.

Penggunaan media sosial terbanyak, lanjutnya, yakni Youtube, Facebook, Twitter, dan Instagram. Komposisi berdasarkan usia misalnya pada Facebook banyak digunakan umur 13-35 tahun.

Djufri Rachim menambahkan, generasi milenial merupakan generasi paling besar terpapar kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Dampaknya, mereka lebih banyak terpengaruh berita hoaks, padahal mereka lebih paham akan teknologi tersebut. Itu dikarenkan generasi ini cenderung hanya menjadikan satu informasi sebagai bahan referensi.

“Dampak negatifnya, mereka (generasi milenial) cenderung gampang terpengaruh, tidak mau mencari referensi lebih banyak, gampang percaya sehingga rentan terpengaruh sama berita hoaks,” ucap Komisaris Utama Media SultraKini.Com itu.

 

Laporan: Mita

  • Bagikan