Guru Besar IPB Paparkan Entrepreneurship Berbasis Pedesaan

  • Bagikan
Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, MSc

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Salah satu guru besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, MSc akan membawakan orasi ilmiah saat acara wisuda sarjana ke-21 Universitas Lakidende di Gedung GOR Unaaha Kabupaten Konawe, Minggu (29/10/2017). Pengajar bidang studi perilaku konsumen dan pemasaran di Fakultas Ekologi Manusia IPB itu, akan memaparkan materi tentang Entrepreneurship Berbasis Pedesaan untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional.

Dalam rilis yang dikirimkan ke redaksi SultraKini.com, Kamis (25/10/2017), Prof. Ujang menjelaskan, salah satu penentu kemajuan ekonomi suatu bangsa adalah para pelaku bisnis serta organisasi bisnis yang ada dalam suatu negara. Merekalah para penghela kemajuan suatu bangsa dan negara. Para pengusaha atau pelaku bisnis dan organisasi bisnis tidak akan muncul secara tiba-tiba atau mendadak. Mereka harus ditumbuhkan, dibangun, dan dibina. Mereka akan tumbuh besar seiring dengan berjalannya waktu.

Para pemuda adalah bagaikan benih dan bibit yang dapat ditumbuh kembangkan menjadi para entrepreuner yang akan menjadi para pengusaha yang memiliki organisasi bisnis yang besar di kemudian hari. Sedangkan universitas memiliki tanggung jawab yang besar untuk menumbuhkan para entrepreuner. Jiwa entrepreunership harus dibina dan ditumbuhkan di kalangan mahasiswa melalui sebuah kurikulum yang terstruktur.

“Kita adalah warga negara dari sebuah negara yang sangat besar wilayahnya, serta suatu negara yang memiliki pendapatan nasional dengan peringkat 17 dari 180 negara yang ada di dunia. Indonesia adalah anggota G20 yaitu negara –negara yang memiliki pendapatan nasional 20 besar di dunia. Kita tentu punya keinginan kuat untuk naik peringkat. Artinya semua komponen bangsa harus bekerja keras untuk mewujudkannya,” tulis Guru Besar Ilmu Perilaku Konsumen sejak 1 Mei 2005 ini.

Merujuk data hasil sensus penduduk Badan Pusat Statistik tahun 2010, sekitar 50 persen warga Indonesia tinggal di pedesaan. Ini artinya bahwa membangun desa sama artinya dengan menjsejahterakan rakyat Indonesia.

Berdasarkan jenis pekerjaan, sekitar 42 persen penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, serta berbagai sektor pertanian lainnya. Ini menunjukkan bahwa negara Indonesia masih memiliki ciri sebagai negara agraris.

“Salah satu sektor ekonomi berbasis pedesaan adalah sektor pertanian dalam arti luas. Pembangunan ekonomi pedesaan memiliki arti pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian harus dilandasi dengan semangat agribisnis, yaitu bagaimana mengelola pertanian dengan prinsip-prinsip bisnis dan kewirausahaan atau entrepreneurship,” jelas Prof. Ujang.

Lanjut penulis buku seri riset pemasaran dan konsumen ini, generasi muda perlu diperkenalkan kepada entrepreunership bidang agribisnis agar keberlanjutan produksi pangan yang selama ini dikerjakan oleh generasi senior, dapat dilanjutkan oleh para pemuda dan pemudi.

“Generasi muda perlu memahami pangan dan ketahanan pangan. Apabila semakin banyak generasi muda menjadi entrepreuneur bidang pangan atau pertanian dalam arti luas, maka ini menunjukkan indikator masyarakat dan pemerintah berhasil mewujudkan amanah undang-undang pangan,” sambungnya.

Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen-Fakultas Ekologi Manusia IPB ini mengungkapkan konsep agribisnis dalam pengembangan pertanian merupakan suatu konsep yang utuh mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Konsep agribisnis merupakan pengembangan sektor pertanian secara terpadu mulai dari sub sistem hulu hingga subsistem hilir.

Kunci keberhasilan ketahanan pangan Indonesia sangat tergantung kepada kepedulian pemerintah pusat dan daerah dalam membangun pedesaan dan pertanian. Salah satu faktor kunci yang menentukan keberhasilan pembangunan ketahanan pangan adalah pembangunan sumberdaya manusia muda yang diarahkan kepada keahlian dan keterampilan serta membangun jiwa kewirasuhaan untuk bersedia melakukan usaha agribisnis.

“Tidak ada satu negara maju pun di dunia dimana pertaniannya tidak maju,” katanya.

Saat ini, Indonesia merupakan negara agraris, dimana peran sektor pertanian sangat besar dalam perekonomian. Dengan semakin banyaknya para generasi muda yang terjun sebagai entrepreuner bidang agribisnis, maka akan semakin besar kontribusi sektor pertanian dalam meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB), menyerap sebagian besar angkatan tenaga kerja Indonesia, mampu menyediakan keragaman menu pangan sehingga sangat mempengaruhi konsumsi dan gizi masyarakat, mendukung industri baik hulu maupun hilir, serta memberikan devisa bagi negara.

“Generasi muda diharapkan lebih banyak terjun sebagai entrepreuner bidang pangan dan pertanian non pangan. Langkah pertama adalah generasi muda harus memahami konsep agribisnis,” tegas Prof. Ujang.

Setelah memahami sistem agribisnis dan agroindustri, maka saatnya para pemuda mulai berwirausaha. Berdasarkan aktivitasnya, dapat memilih kegiatan wirausaha seperti kegiatan hulu berupa menyediakan benih, pupuk, pestisida, pakan, obatobatan, mesin-mesin pertanian atau input produksi lainnya.

Kegiatan Produksi (on-farm atau usaha tani) dapat memilih memproduksi tanaman pangan, bunga dan tanaman hias, peternakan, perikanan, atau lainnya. Ada pula kegiatan hilir seperti industri rumah tangga pengolahan makanan dan

minuman, jasa makanan dan minuman (warung dan café atau restoran). Atau kegiatan distribusi komoditas atau makanan jadi, pedagang perantara, pedagang eceran komoditas pangan.

Jika memutuskan untuk terjun ke bidang produksi, maka beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni:

1. Pemilihan komoditas pertanian

2. Pemilihan lokasi

3. Penentuan skala usaha

4. Perencanaan Proses Produksi

5. Perencanaan Pola Produksi Pertanian

6. Perancanaan dan sistem penggandaan input-input dan sarana produksi pertanian

7. Pengorganisasian input-input dan saran produksi pertanian

8. Kegiatan produksi pertanian

9. Pengawasan produksi pertanian

10. Evaluasi produksi pertanian

11. Pengendalian produksi pertanian

Jika memutuskan untuk terjun ke bidang agroindustri atau pengolahan pangan maka beberapa hal yang harus diperhatikan:

1. Manajemen produksi dalam usaha pengolahan hasil pertanian

2. Perencanaan agroindustri

3. Pemilihan teknologi

4. Fasilitas persediaan dan masukaan

5. Perencanaan bahan pelengkap produksi penggolahan

6. Perencanaan desain produksi

7. Pengorganisasian input-input dan sarana pengolahan

8. Kegiatan pengolahan

9. Pengawasan kegiatan pengolahan

10. Evaluasi kegiatan pengolahan

11. Pengendalian kegiatan pengolahan

  • Bagikan