Harga Sayur dan Ikan Turun, Sultra Alami Deflasi Selama Agustus

  • Bagikan
Pedagang ikan segar di Kota Kendari. Komoditas ini mendorong terjadinya deflasi di Sultra selama Agustus 2017. (Foto: Gugus Suryaman/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Selama periode Agustus 2017, harga komoditas sayuran dan ikan segar menurun secara terus menerus dan cepat. Hal ini membuat Sulawesi Tenggara (Sultra) mengalami deflasi, terutama di wilayah Kota Kendari dan Kota Baubau. Bank Indonesia Perwakilan Sultra selaku Tim Pemantau Inflasi Daerah (TPID), mencatatkan deflasi Sultra sebesar 1,55% (mtm).

Disampaikan Deputi Direktur Bank Indonesia Perwakilan Sultra, Minot Purwahono melalui rilis pers kepada SULTRAKINI.COM, Selasa (5/9/2017), bahwa meski secara bulanan mencatatkan deflasi, namun inflasi tahun kalender Sultra pada bulan Agustus 2017 tercatat sebesar 3,85% (ytd), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2016 yang tercatat hanya sebesar 2,76% (ytd).

Kata Minot, kelompok transportasi terutama pada tiket angkutan udara juga mendorong terjadinya deflasi. Laju penurunan inflasi Sultra tertahan oleh peningkatan tekanan inflasi pada kelompok makanan jadi dan kesehatan yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 0,15% (mtm).

Pada bulan Agustus 2017 tekanan inflasi kelompok volatile food(VF) di Sultra semakin berkurang dan mendorong terjadinya deflasi pada Agustus 2017. Penurunan tekanan inflasi kelompok volatile food tersebut terjadi baik di Kota Kendari, maupun Kota Baubau.

Penurunan tekanan inflasi pada volatile food tersebut utamanya disebabkan oleh deflasi yang terjadi pada komoditas sayuran dan ikan segar. Komoditas sayur-sayuran yang tercatat mengalami deflasi antara lain bayam, kangkung, sawi hijau, daun pakis dan terong panjang. Penurunan terkanan inflasi pada komoditas tersebut didorong oleh normalnya pasokan seiring cuaca di Sultra yang kondusif.

Di sisi lain terjaganya pasokan ikan segar baik di Kota Baubau maupun Kendari turut mendorong terjadinya deflasi pada komoditas ikan segar di Sultra. Komoditas ikan segar yang tercacat mengalami deflasi diantaranya ikan cakalang, layang, ekor kuning, rambe, teri, katamba dan ikan kembung.

Secara tahunan, inflasi volatile food pada bulan Agustus 2017 tercatat sebesar 9,38% (yoy).

 Tekanan inflasi kelompok inti pada bulan Agustus 2017 juga tercatat mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Kondisi tersebut disebabkan oleh penurunan tekanan inflasi pada kelompok sandang dan pendidikan.

Komoditas sandang yang tercatat mengalami penurunan inflasi pada bulan Agustus yakni sandang untuk anak-anak dan sandang wanita.

Sementara penurunan tekanan inflasi pada kelompok pendidikan terutama disumbang oleh penurunan tekanan pada kelompok pendidikan TK dan PAUD. Secara tahunan, inflasi inti pada bulan Agustus 2017 tercatat sebesar 2,22% (yoy) lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 2,77% (yoy).

Sementara itu, tekanan harga pada kelompok administered prices di bulan laporan juga tercatat mengalami penurunan, yang didorong oleh deflasi pada komoditas tarif angkutan udara.

Pada bulan Agustus 2017, deflasi pada tarif angkutan udara terjadi baik di Kota Kendari maupun Kota Baubau dengan besaran masing-masing -11,31% (mtm) dan -23,28% (mtm). Secara tahunan, inflasi Sultra pada kelompok administered prices tercatat sebesar 2,94% (yoy).

“Mencermati perkembangan inflasi pada bulan Agustus 2017, TPID Provinsi Sulawesi Tenggara secara intensif akan terus memantau pergerakan harga khususnya harga pangan dan memastikan ketersediaan di pasar dengan berkoordinasi bersama pihak-pihak terkait. Kerjasama antar daerah akan terus didorong untuk dapat terealisasi sebagai salah satu alternatif untuk menjamin pasokan barang di pasar dan mengurangi distorsi harga dalam tataniaga,” kata Minot.

  • Bagikan