Ini Penyebab Minat Baca Masyarakat di Sultra Rendah

  • Bagikan
Nampak dari kanan, Pelaksana Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sultra, Wa Gola, Pustakawan Utama Perpusnas, Samsul Bahri, dan Bupati Buton, La Bakry dalam acara Road Show Pembudayaan Kegemaran Membaca di Gedung Wakaka, Pasarwajo, Selasa (25/9/2018). (Foto: La Ode Ali/SULTRAKINI.COM)
Nampak dari kanan, Pelaksana Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sultra, Wa Gola, Pustakawan Utama Perpusnas, Samsul Bahri, dan Bupati Buton, La Bakry dalam acara Road Show Pembudayaan Kegemaran Membaca di Gedung Wakaka, Pasarwajo, Selasa (25/9/2018). (Foto: La Ode Ali/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: BUTON – Kegemaran membaca atau minat baca masyarakat Provinsi Sulawesi Tenggara dinilai rendah. Hal itu terkendala pada minimnya sarana dan prasarana perpustkaan, minimnya ketersediaan buku, serta jarak antara tempat tinggal warga dan tempat membaca cukup jauh.

“Menurunnya minat baca di Sultra, karena pertama sarana dan prasarana yang kurang, koleksi buku-buku, jarak antara sumber bacaan dengan masyarakat sangat sulit,” kata pelaksana Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulawesi Tenggara, Ir. Hj. Wa Gola kepada sejumlah awak media usai menghadiri acara road show pembudayaan kegemaran membaca, di Pasarwajo, Selasa (25/9/2018).

Untuk mengantisipasi hal itu, lanjut Wa Gola, pihaknya melakukan berbagai upaya, antara lain mengadakan perpustakaan keliling dengan tujuan membudayakan kegemaran membaca di wilayah Sultra yang berimplementasi pada meningkatnya atau bertambahnya pengetahuan masyarakat.

“Untuk itu kita lakukan upaya namanya perpustakaan bergerak, kita yang keluar untuk membawakan buku bacaan kepada masyarakat,” ujarnya.

Disebutkan Wa Gola, tahun ini, pihaknya sudah membentuk dua perpustkaan desa hasil kerjasama dengan Mahasiswa KKN Tematik di Sultra yang berada di Kabupaten Konawe dan Konsel. Dimana setiap satu perpustakaan diberikan bantuan 1000 buku bacaan.

“Dan untuk program 100 hari kerja ini kita targetkan sebanyak 25 titik dengan dua kali kunjungan,” sebutnya.

Wa Gola berharap, ada masyarakat penggiat literasi yang mau membentuk perpustkaan desa terutama menyiapkan lahan dan bangunannya, pihaknya dalam hal ini hanya sebatas membantu melakukan pembinaan dengan cara melatif pengelola perpustakaan tersebut.

“Insya Allah ada anak-anak penggiat literasi yang Ingin membentuk perpustakaan desa kami akan bantu. Kami mewajibkan tapi fasilitas, bangunannya, lahannya, kalau ada penggiat literasi yang membentuk perpustakaan desa kita akan bina, tenaga pengelola nya kita akan latih,” jelasnya.

Hal senada juga dikatakan Pustakawan Utama Perpustakaan Nasional, Samsul Bahri, mengatakan minat baca di seluruh Indonesia baru sekira 36,47 persen yang disebabkan minimnya buku dan sarana prasaran perpustkaan yang belum memadai serta tidak terkelola dengan baik.

“Kurangnya minat membaca itu dikarenakan kurangnya buku-buku bacaan dan sarana prasarana yang belum memadai,” kata Samsul.

Selain itu, minimnya tingkat sumber daya manusia (SDM) khususnya pengelola perpustkaan, juga menjadi salah satu faktor berkurangnya minat baca di Indonesia. Menyikapi hal itu, pihaknya telah menggelontorkan dana alokasi khusus (DAK) ke seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Namun, untuk tahun ini baru sekira 300 kabupaten/kota yang mendapatkan dana tersebut.

“Kalo perpustakaan nasional itu sudah sekitar 10 tahun terakhir ini sudah membantu walaupun masih stimulan, kita telah mengadakan mobil keliling di hampir semua kabupaten kota, bahkan hampir sudah ada yang mau dapat dua unit, juga ada DAK untuk perpustkaan kabupaten kota, tapi tahun ini belum semua baru sekitar 300 kabupaten kota yang dapat,” pungkasnya.

Laporan: La Ode Ali
Editor: Habiruddin Daeng

  • Bagikan