Jalur Darat Desa Terisolir di Butur Mulai Dibangun, Warga Mengaku Bahagia

  • Bagikan
Pembukaan jalur darat desa terisolir di Kabupaten Buton, Utara, Sultra. (Foto Ardian Saban/SULTRAKINI.COM)
Pembukaan jalur darat desa terisolir di Kabupaten Buton, Utara, Sultra. (Foto Ardian Saban/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: BUTON UTARA – Akses darat Desa Langere, Kecamatan Bonegunu, Kabupaten Buton Utara, Sulawesi Tenggara mulai lepas dari kata terisolir. Selama ini masyarakat di wilayah ini menggunakan jalur laut untuk keluar desa. Namun, pembukaan jalur darat kini dipantau oleh Bupati Butur, Abu Hasan bersama rombongannya.

Jalan darat Ereke ke Bonegunu Desa Langere selama ini tidak bisa diakses lewat darat. Begitu juga Desa Koepisino. Kedua jalur wilayah ini sedang dikerjakan agar memudahkan perputaran ekonomi masyarakatnya.

Bupati Butur terlihat bahagia bersama jajaran Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Butur yang akhirnya mampu membuka keterisolasian Desa Langere, Kecamatan Bonegunu. Bahkan pada kunjungan kerja ke wilayah itu, bupati didampingi Ketua Tim Penggerak PKK Butur Sitti Rabia Abu Hasan Asisten I Setda Butur, bersama sejumlah kepala OPD disambut bahagia masyarakat setempat.

Abu Hasan mengatakan, jalur darat menuju desa tersebut telah dinantikan masyarakat agar mudah dilewati kendaraan roda empat dan roda dua. Sebab mereka merasa kesulitan untuk berinteraksi dengan daerah tetangga.

Kala jalan ini belum dikerjakan, masyarakat mendayung untuk sampai ke daerah sekitarnya. Untuk itu, akses darat akan dibuka secara bertahap dengan melihat kondisi keuangan daerah.

“Kita kerja sampai tuntas, sampai ini menjadi jalan layak untuk dilintasi masyarakat bukan hanya menggunakan roda empat tapi menggunakan roda dua. Kita akan terus lakukan secara bertahap, ditargetkan di 2020 akan ditingkatkan lagi,” ucap bupati, Selasa (1/10/2019).

Pihaknya juga sedang menimbang-nimbang sehubungan pengadaan jembatan di sekitaran Tanah Merah karena salah satu sumber air bersih Desa Langere berada di kawasan Tanah Merah.

“Tanah Merah ini airnya tidak pernah kering,” tambahnya.

Bupati berharap, diadakannya akses darat desa tersebut meningkatkan produktivitas masyarakat dalam meningkatkan perputaran ekonomi. Sebab, desa ini dikenal sebagai penghasil perikanan dan kelautan, misalnya ikan, udang, rumput laut, kepiting, dan kerang.

“Harapan saya masyarakat mendukung penuh pembangunan jalan ini, bagaimanapun juga ini akan melintasi beberapa area lahan masyarakat mungkin ada jambu mete, mungkin ada kelapanya untuk mengikhlaskan, tidak banyak mengeluh menuntut ganti rugi sehingga pekerjaan jalan ini terus dilakukan, mudah-mudahan ini bisa dinikmati sesuai kebutuhan mereka,” ucapnya.

Ditambahkan Kepala Dinas PUPR Butur, Wawan Wardaya, Desa Langere dan Desa Koepisino sangat terisolir di wilayah Butur. Pembukaan jalan dari Desa Tri Wacu-wacu ke Desa Langere sepanjang 9,6 kilometer dan tinggal menyisakan 1,6 kilometer sisanya akan dipastikan rampung tiga hari ke depan.

“Tinggal dua desa ini yang menghubungkan transportasi darat dan tidak ada lagi yang terisolasi dan pihak pemerintah selalu memberikan inovasi kepada masyarakat,” ujar Wawan.

Terkait jalan provinsi, lanjutnya, pihaknya telah mengusulkannya pada musrenbang 2019 bahwa akan dilanjutkan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan sekarang yang tersebar di wilayah Ronta, Lambale, Ereke, Bubu, dan batas Kabupaten Buton.

Pemda juga mengaku terus mengawasi proses pengerjaan infrastruktur tersebut.

Seorang warga Desa Langere, Parinaa (47), merasa bersyukur berkat dibukanya akses darat desa mereka yang selama ini menggunakan jalur laut.

“Alhamdulillah kami bersyukur ada akses jalan darat ini. Kurang lebih satu kilometer sudah tembus di kampung, sengaja kami datang ke sini untuk menjemput dan melihat jalan sudah batas mana,” terangnya.

Laporan: Ardian Saban
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan