SULTRAKINI.COM: Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Kominfo sudah mulai memutuskan siaran TV analog kemudian dialihkan dengan mengoptimalkan siaran TV digital atau Analog Switch Off (ASO) sejak April 2022.
Pemutusan siaran TV analog untuk beralih pada siaran TV digital secara penuh di seluruh Indonesia direncanakan paling lambat 2 November 2022, sejak saat itu masyarakat dipastikan tidak dapat menikmati siaran analog lagi.
Masyarakat dapat langsung beralih pada siaran TV digital melalui pengaturan pada menu yang dapat di setting menggunakan remote apabila memiliki TV yang support dengan siaran digital. Namun jika tidak, maka untuk tetap menikmati siaran digital masyarakat butuh alat bantu penerima siaran digital yang disebut Set Top Box (STB).
GM Business Development Polytron, Joegianto, menyarankan agar masyarakat memahami dan mengetahui jenis STB yang akan dibeli sehingga tidak salah beli.
Joegianto mengatakan ada 3 digital box yang tersedia di toko-toko elektronik atau marketplace online. Digital box ini masing-masing memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda-beda diantaranya Set Top Box, Android Box/Internet IP TV, dan digital Satelit TV Digital.
Set Top Box yang digunakan untuk menangkap siaran digital secara gratis, tidak bayar iuran stasiun TV free to air. Masyarakat dianjurkan untuk memilih STB yang dilengkapi nomor sertifikasi postel DVBT 2 dan sesuai dengan standarisasi perangkat pemerintah Indonesia.
“Android box/internet IP TV, bukan pilihan yang tepat untuk menangkap siaran digit. Digital box ini harus terkoneksi internet sehingga berbayar atau Pay per view,” kata Joegianto seperti pada posting video akun YouTube Kemkominfo dikutip pada Senin, 20 Juni 2022.
Sementara Digital Satelit TV Box, yaitu TV box yang memerlukan antena parabola. Dimana untuk dapat berfungsi harus pointing ke satelit yang diinginkan.
Dengan berjalannya program ASO ini, Joegianto mengimbau kepada masyarakat untuk segera memiliki set top box sebelum pemerintah benar-benar memutus siaran analog secara penuh. (C)
Laporan: Aisyah Welina
Editor: Hasrul Tamrin
