Januari 2022, NTP Turun 0,29 Persen Disebabkan Naiknya Indeks Harga Pertanian

  • Bagikan
Kepala BPS Sultra, Agnes Widiastuti. (Foto: Ist)
Kepala BPS Sultra, Agnes Widiastuti. (Foto: Ist)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan pada kabupaten-kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara pada Januari 2022, yang di lakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Sultra, Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami penurunan sebesar 0,29 persen dibandingkan NTP Desember 2021, yaitu dari 101,08 menjadi 100,79. 

Kepala BPS Sultra, Agnes Widiastuti, mengatakan penurunan NTP Januari 2022 disebabkan oleh kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih rendah dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun biaya produksi dan penambahan barang modal. 

“Penurunan NTP Januari 2022 dipengaruhi oleh turunnya NTP di tiga subsektor pertanian, yaitu subsektor tanaman hortikultura sebesar 4,26 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,20 persen, dan subsektor eternakan sebesar 0,03 persen,” ujar Agnes, Rabu (2 Februari 2022).

Sementara itu, NTP pada satu subsektor lainnya mengalami kenaikan yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 0,05 persen dan subsektor perikanan sebesar 0,80 persen.

Pada Januari 2022, indeks harga yang diterima oleh petani (It) naik 0,18 persen dibanding It Desember 2021 yaitu dari 108,73 menjadi 108,92. Kenaikan It pada Januari 2022 disebabkan oleh naiknya It di empat subsektor pertanian, yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 0,43 persen; subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,40 persen; subsektor pertenakan sebesar 0,32 persen; dan subsektor perikanan sebesar 1,11 persen. 

Sedangkan satu subsektor lainnya mengalami penurunan yaitu subsektor hortikultura sebesar 3,86 persen.

Melalui indeks harga yang dibayar oleh petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. 

Pada Januari 2022, Ib naik 0,47 persen bila dibanding Ib Januari 2022, yaitu dari 107,57 menjadi 108,08. Hal ini disebabkan oleh naiknya nilai Ib pada kelima subsektor pertanian, yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 0,39 persen; subsektor hortikultura sebesar 0,41 persen; subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,60 persen; subsektor peternakan sebesar 0,36 persen; dan subsektor perikanan sebesar 0,30 persen.

Berikut NTP menurut subsektornya, yakni;

1. NTP Tanaman Pangan (NTPP). Pada Januari 2022 terjadi kenaikan NTPP sebesar 0,05 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 0,43 persen, lebih tinggi dari kenaikan Ib sebesar 0,39 persen.

Kenaikan It pada Januari 2022 disebabkan oleh naiknya indeks pada kelompok penyusun NTPP yaitu kelompok padi sebesar 0,88 persen (khususnya komoditas gabah). 

“Kenaikan Ib sebesar 0,39 persen disebabkan oleh kenaikan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,45 persen dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 0,25 persen,” kata Agnes.

2. NTP Tanaman Hortikultura (NTPH). Pada Januari 2022 terjadi penurunan NTPH sebesar 4,26 persen. Hal ini terjadi karena It menurun sebesar 3,86 persen, lebih rendah dari Ib yang mengalami kenaikan sebesar 0,41 persen.

Penurunan It pada Januari 2022 disebabkan oleh turunnya It pada dua kelompok penyusun NTPH yaitu kelompok sayur-sayuran (khususnya komoditas bawang daun, tomat, cabai merah, kol, dan cabai rawit) sebesar 6,93 persen; kelompok buah-buahan (khususnya komoditas jeruk, pisang, dan semangka) sebesar 1,55 persen. 

Sementara itu, kelompok tanaman obat tidak mengalami perubahan. Kenaikan Ib sebesar 0,41 persen yaitu dari 107,42 menjadi 107,86 disebabkan oleh kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,42 persen dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 0,34 persen.

3. NTP Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR). Pada Januari 2022 terjadi penurunan NTPR sebesar 0,20 persen. Hal ini terjadi karena It meningkat sebesar 0,40 persen, lebih rendah dari Ib yang mengalami kenaikan sebesar 0,60 persen. 

Kenaikan It Januari 2022 disebabkan oleh naiknya indeks kelompok tanaman perkebunan rakyat khususnya komoditas kelapa sawit, lada/merica, cengkeh, biji jambu mete, kemiri, kelapa, dan kakao/cokelat biji. 

Kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan oleh kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,63 persen dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 0,37 persen. 

4. NTP Peternakan (NTPT). Pada Januari 2022 terjadi penurunan NTPT sebesar 0,03 persen. Hal ini terjadi karena It naik sebesar 0,32 persen, lebih rendah dari Ib yang naik sebesar 0,36 persen.

Kenaikan It Januari 2022 disebabkan oleh naiknya harga berbagai komoditas pada tiga kelompok penyusun Subsektor Peternakan, yaitu kelompok ternak besar sebesar 0,48 persen; kelompok unggas sebesar 0,51 persen; dan kelompok hasil ternak sebesar 2,76 persen. 

“Komoditas yang menyebabkan kenaikan It terbesar pada Subsektor Peternakan adalah telur ayam ras, kambing, dan sapi potong,” terang Agnes.

Kenaikan pada nilai Ib disebabkan oleh naiknya nilai indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,38 persen dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 0,30 persen.

5. NTP Perikanan (NTNP). Pada Januari 2022 terjadi kenaikan NTNP sebesar 0,80 persen. Hal ini terjadi karena It meningkat sebesar 1,11 persen, lebih tinggi dari kenaikan Ib sebesar 0,30 persen. 

Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga berbagai komoditas perikanan tangkap (khususnya komoditas baronang, ekor kuning, dan ikan kuwe, dan ikan tembang) secara rata-rata sebesar 0,87 persen serta komoditas perikanan budidaya (khususnya komoditas rumput laut, bandeng payau, lobster laut dan udang payau) secara rata-rata sebesar 1,92 persen.

“Kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan oleh naiknya indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,45 persen dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 0,17 persen,” pungkasnya. (B)

Laporan: Wa Rifin
Editor: Hasrul Tamrin

  • Bagikan