Jas Merah Jembatan Bahteramas Teluk Kendari

  • Bagikan
Nasir Andi Baso (Pengamat Kebijakan Publik, mantan Kepala Bappeda Sultra)
Nasir Andi Baso (Pengamat Kebijakan Publik, mantan Kepala Bappeda Sultra)

Oleh: Nasir Andi Baso (Pengamat Kebijakan Publik, mantan Kepala Bappeda Sultra)

Sejarah perjalanan pemerintahan Provinsi Sulawesi Tenggara sampai saat ini sudah dipimpin tujuh gubernur definitif. Masing-masing gubernur itu telah mewarnai sejarah pemerintahan dan pembangunan di Sultra. Rekam jejak kepemimpinan setiap gubernur adalah sejarah. Soekarno pun menulis buku terkenal yaitu Jas merah atau jagan sekali-kali melupakan sejarah, apalagi membelokkan sejarah, memutar balik sejarah.

Penulis ingin menyampaikan sedikit sejarah berlandaskan fakta tentang pembangunan sebuah ikonic baru di Sultra dan lebih khusus Kota Kendari akan menikmati jembatan megah yang membentang di atas Teluk Kendari. Perjuangan mewujudkan mimpi lama tentang adanya jembatan tersebut dimulai pada era gubernur Edy Sabara. Gubernur dengan latar belakang tentara tersebut beberapa kali berkunjung ke Amerika Serikat dan beliau melihat sebuah jembatan megah di sana. Saat itulah beliau membayangkan bahwa harus ada jembatan di atas teluk Kendari. Namun membangun jembatan seperti itu pasti membutuhkan anggaran cukup besar.

Mimpi adanya jembatan di atas teluk Kendari bagi masyarakat Sultra menjadi impian panjang. Termasuk mimpi para Gubernur Sultra selanjutnya, tentu. Kendala anggaran pada setiap gubernur adalah cerita klasik. Tahun 2006 penulis mendapat informasi bahwa di era gubernur saat itu ada satu konsorsium Jepang menawarkan anggaran untuk membuat studi awal infrastruktur yang bisa digunakan, tetapi tidak berlanjut.

Pada saat Gubernur Nur Alam periode pertama (2008-2013) salah satu terget strategisnya adalah menata keberadaan Teluk Kendari yaitu ingin mewujudkan Teluk Kendari sebagai salah satu kawasan strategis provinsi. Ini menjadi dasar hukum untuk memulai menata dengan program revitalisasi Teluk Kendari. Suatu program jangka panjang dalam skala lebih besar. Dengan langkah ini Nur Alam mulai menginisiasi, mengarahkan, menggerakkan semua potensi sumberdaya yang dimiliki, seperti jejaring koordinasi dan komunikasi. Hasilnya adalah rencana membangun jembatan Teluk Kendari. Saat itu terbuka peluang untuk mendapatkan dana Loan China kurang lebih 750 miliar.

Dalam proses negosiasi ternyata tidak mudah karena begitu banyak hal ribet berurusan dengan dana pinjaman dari pemerintah China. Saat itu gubernur Nur Alam dengan kemampuan lobby dan nego, lalu ke Bappenas untuk konsultasi ke Deputi Transportasi  oleh Deputi (saat itu) dijabat Bapak Dedy diputuskan dan akan dimasukkan dalam blueprint Bappenas bahwa anggaran jembatan Teluk Kendari menggunakan rupiah.”Lupakan itu bantuan dari China, pak gubernur kita gunakan rupiah sendiri alias APBN,” itu ucapan Pak Deputi yang didengar langsung oleh penulis.

Perjuangan melalui lobby dan negosiasi belum berakhir karena di level teknis Kementerian PUPR, jembatan tersebut belum layak. Hitungan LHR (Lalu lintas Harian Rata-rata) belum cocok. Gubernur kemudian membentuk tim percepatan untuk melobby di level teknis, sedangkan gubernur melalukan lobby di tingkat Dirjen dan menteri, tetapi beliau juga sekaligus ikut ke level teknis.

Semua itu memperlihatkan keseriusan gubernur Nur Alam kepada pemerintah pusat bahwa begitu pentingnya keberadaan jembatan Teluk Kendari. Nur Alam mengatakan bagi masyarakat Sultra, jembatan ini jangan dilihat hanya dari pendekatan teknis tetapi inilah sejarah kebanggaan masyarakat Sultra bisa menikmati “kue” nasional berupa infrastruktur jembatan Teluk Kendari. Membangakan dan menjadi ikon sekaligus akan mendorong multiplier effect dalam skala yang lebih besar.

Titik terang pembagunan jembatan Teluk Kendari menjadi jelas dan tegas saat pertemuan para gubernur se-Indonesia di Bogor (Tahun 2014). Nur Alam bertemu langsung presiden untuk menyetujui. Saat itulah titik terang perjuangan membangun jembatan Teluk Kendari semakin jelas. Namun dalam perjalanannya masih banyak cerita lain yang menguras energi dan pikiran termasuk anggaran bahkan tekanan dengan nuansa politik ingin menggagalkan proyek ini.

Langkah strategis berikutnya, Nur Alam menginisiasi pemindahan pelabuhan nasional yang berada di dalam Teluk Kendari ke Bunggundoko (Bungkutoko) sekaligus menjadi kawasan Kendari New Port untuk memaksimalkan simpul transportasi nasional dengan sistem bongkar muat terpadu. Termasuk melakukan lobby dan nego dengan Mabes TNI Angkatan Laut untuk memindahkan dermaga angkatan laut.  Alhamdulillah hasilnya adanya MoU antara gubernur dan Kasal RI.

Secara teknis perencanaan awal tingkat elevasi jembatan Teluk Kendari 29 meter, lalu dalam pembahasan teknis dan anggaran berikutnya disepakati menjadi 19 meter dari permukaan air laut saat air pasang tertinggi. Secara tehnis konstruksi Jembatan utama cable stayed dengan panjang jembatan 1.348 meter. Total anggaran dibutuhkan 800 milayar rupiah lebih.

JEMBATAN BAHTRAMAS TELUK KENDARI

Kenapa mengunakan nama jembatan Bahtramas? Yah karena nanti di era gubernur Nur Alam mimpi panjang masyarakat Sultra termasuk para gubernur sebelumnya dalam upaya mewujudkan membangun jembatan itu baru dapat terwujud. Perjuangan itu sejak pada periode pertama gubernur Nur ALam kemudian tahun 2015 dilaksanakan penangdatanganan kontrak dengan skema multy year, dilanjutkan grounbreaking tanggal 19 Agustus 2016 oleh gubernur Nur Alam dan rencana peresmian penggunaanya tahun 2020. Anggaran dalam APBD di era gubernur Nur Alam untuk sharing pembangunan jembatan ini cukup besar, bisa mencapai ratusan milyar rupiah yaitu untuk pembebasan lahan di Kota Lama, anggaran pembangunan dermaga baru Angkatan Laut dan pembebasan lahannya serta penyapuan ranjau peninggalan jajahan Jepang yang berada dalam Teluk Kendari, lalu termasuk pemetaan oceanografi, anggaran desain awal DED, FS, AMDAL serta pelaksanaan win tunnel test di Denmark kemudian harus lolos sidang komisi keamanan jembatan nasional. Anggaran yang cukup besar dari APBD diapresiasi oleh Kementerian PUPR sehingga kemudian sudah menjadi komitmen pemilik anggaran di jajaran Kementerian PUPR pada saat grounbreaking menyebutkan secara resmi “Jembatan Bahteramas Teluk Kendari” Itulah nama resminya.***

  • Bagikan