Kabar Baik, Lubang Lapisan Ozon di Atas Antartika Semakin Mengecil

  • Bagikan
Antartika. (Foto: suara.com)
Antartika. (Foto: suara.com)

SULTRAKINI.COM: Lubang lapisan ozon di atas Benua Antartika, Kutub Selatan diketahui kian mengecil dan berkurang. Hal ini berdasarkan hasil pencitraan dari Satelit Aura milik National Aeronautics and Space Administration (NASA).

Lapisan ozon merupakan lapisan yang berada di atmosfer bumi, fungsinya seperti tabir surya. Lapisan ozon ini melindungi bumi dari radiasi sinar ultraviolet yang dapat menyebabkan kanker kulit, katarak, dan kerusakan di alam liar.

Sejak 1980, sejumlah peneliti menemukan lubang ozon di atas Benua Antartika. Penggunaan CFC ini disebut menjadi salah satu penyebab munculnya lubang ozon di atas Benua Antartika tersebut.

Menurut laporan peneliti NASA, luas rata-rata lubang di lapisan ozon pada akhir 2019 adalah 9,3 juta kilometer persegi. Pada 2006 penelitian melaporkan lubang lapisan ozon ini sangat luas hingga mencapai 26,6 juta kilometer persegi. Bahkan, ukuran lubang ozon sekarang ini jauh lebih kecil dibandingkan saat pertama kali ditemukan pada 1985.

“Ini benar-benar kabar baik,” ucap Paul Newman, peneliti NASA, kepada AP.

“Ini berarti ada lebih banyak ozon di atas bumi dan lebih sedikit radiasi ultraviolet di permukaan bumi,” lanjutnya.

(Baca juga: Es Antartika Mencair, Bumi Dalam Bahaya)

Lapisan ozon melindungi kehidupan di bumi dari radiasi berbahaya luar angkasa. Tapi, senyawa klorin buatan manusia merusak ozon. Senyawa itu bisa bertahan di udara hingga 100 tahun dan membuat adanya penipisan di lubang ozon.

Lubang ozon itu bisa hilang dan muncul. Biasanya, lubang menjadi sangat besar pada September atau Oktober lalu menghilang pada akhir Desember. Lubang akan muncul kembali ketika belahan bumi sebelah selatan memasuki musim semi.

”Semua bukti ini menunjukan Protokol Montreal benar-benar berhasil. Kadar Klorin terus menurun di stratosphere Benua Antartika. Seiring dengan hal itu, kerusakan di lapisan ozon juga terus berkurang,” jelas Kepala Tim Peneliti dari NASA, Dr. Susan Strahan, seperti dikutip Daily Mail.

Kondisi ini diklaim sebagai dampak positif dari penerapan Protokol Montreal, yang mengatur tentang pengurangan penggunaan Chloro-Flurocarbons (CFC) pada 1989.

CFC banyak terdapat di Air Conditioner, kulkas, dan alat semprot. Jika terlepas ke Stratosphere dan terkena radiasi sinar ultraviolet dari matahari, CFC akan melepaskan atom Klorin yang menghancurkan sejumlah molekul di lapisan ozon.

Kendati begitu, usaha untuk terus mengurangi lubang ozon di atas Benua Antartika tidak boleh berhenti. Pasalnya, CFC bisa terus bertahan di atmosfer selama 50 hingga 100 tahun.

”CFC bisa bertahan antara 50 hingga 100 tahun. Jadi kandungan itu bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama di atmosfer. Kemungkinan besar, baru pada 2060 atau 2080 kandungan CFC di atmosfer benar-benar hilang. Tapi itu tetap meninggalkan lubang kecil di atas Benua Antartika,” terang anggota tim peneliti, Dr Anne Douglas.

Dari berbagai sumber
Laporan: Fatima

  • Bagikan