Kampoh Sama Menabung, Solusi Biaya Pendidikan Masyarakat Bajo

Pembagian celengan bagi anak-anak Bajo Desa Sama Jaya, yang akan digunakan untuk tabungan pendidikan melalui program "Kampoh Sama Menabung". (Foto: Taufik Qurahman/SULTRAKINI.COM)

Bagi sebagian masyarakat Entik Bajo, pendidikan masih menjadi kebutuhan yang belum sepenuhnya terpenuhi. Pasalnya, kondisi ekonomi yang hanya pas-pasan menyebabkan sebagus masyarakat memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari.Laporan Taufik QurahmanSULTRAKINI.COM: KENDARI – Karena alasan ekonomi inilah banyak generasi muda usia sekolah yang tidak mampu mengenyam pendidikan. Kemudian memilih bekerja menjadi nelayan atau mengikuti pekerjaan orang tua.Menyadari hal ini, Kepala Desa Sama Jaya Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe, Rizal Sau mengagas “Kampoh Sama Menabung”. Sebuah konsep tabungan pendidikan bagi anak-anak Etnik Bajo untuk bisa terus bersekolah hingga melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.”Skemanya, melalui dukungan orang tua, anak-anak yang masih bersekolah akan menabungkan sebagian uang jajannya untuk ditabungkan melalui celengan yang diberikan oleh desa,” paparnya.Dijelaskan Rizal, besaran tabungan disesuaikan dengan kemampuan pendanaan yang diberikan oleh orang tua para siswa.”Melalui konsep ini, kami ingin ada komunikasi antara siswa dengan orang tua mengenai penggunaan uang, jadi orangtua yang hendak memberikan uang jajan pada anaknya dapat lebih dahulu berdiskusi dengan sejumlah uang yang akan diberikan berapa yang akan ditabungkan,” jelasnya.Diungkapkan Rizal, konsep Kampoh Sama Menabung ini digagas pada awal tahun 2016, berdasarkan masalah masyarakat Etnik Bajo, khususnya Desa Sama Jaya.”Saya menyadari pendidikan itu hal yang sangat penting, namun hal ini juga masih menjadi sesuatu yang sulit diterapkan karena kondisi ekonomi yang pas-pasan,” ujarnya.Berdasarkan identifikasi yang dilakukannya, anak usia sekolah yang berhasil mengenyam pendidikan terbanyak berada di jenjang sekolah dasar (SD), setelah naik ke jenjang pendidikan selanjutnya akan semakin sedikit.Bahkan, terkadang dalam perjalananya siswa yang telah bersekolah bisa putus ditengah jalan karena ketiadaan biaya untuk pendidikan.”Jenjang SMA dan kuliah adalah hal yang sangat jarang dapat dinikmati oleh anak di masyarakat etnik Bajo, karena dijenjang sebelumnya sudah putus sekolah atau tak mampu melanjutkan,” jelasnya.Melihat kondisi ini, dia menemukan persoalan ketidakadaan investasi untuk pendidikan dari keluarga, seperti tabungan atau usaha lain yang disiapkan. Sehingga ketika masa kelanjutan sekolah, bagi anak hal tersebut sangat sulit untuk lakukan.”Di Kampoh Sama Menabung, tabungan pendidikan tersebut tidak boleh digunakan untuk hal lain kecuali untuk hal yang sangat mendesak seperti untuk berobat atau membeli keperluan sekolah, selain itu tak boleh,” jelasnya.Harapannya, menurut Rizal, jika tabungan ini berjalan selama tingga hingga empat tahun saja, maka yakin besarannya sudah dapat dijadikan biaya awal untuk kelanjutan sekolah, sehingga kedepan tak ada alasan lagi bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya.”Saya target lima tahun kedepan, seluruh siswa di Desa Sama Jaya yang mayoritas nelayan ini, tak ada lagi anak usia sekolah yang tak bersekolah,” ujarnya.Untuk menjamin keamanan tabungan, Desa Sama Jaya bekerja sama dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bahteramas Konawe untuk menampung tabungan siswa tersebut.”Jadi uang tabungan siswa yang di celengan ini secara rutin akan diambil oleh pihak Bank, setiap satu bulan sekali, para siswa juga dapat mengecek rekeningnya sendiri karena bank memfasilitasi satu rekening untuk setiap anak,” ungkapnya.Bersama BPR Bahteramas jugalah, aparat Desa Sama Jaya memberikan pendidikan literasi keuangan khususnya manfaat menabung dan mengelola keuangan rumah tangga untuk dapat mengalokasikan tabungan pendidikan.Melalui program ini, sedikitnya 23 orang siswa SD telah memiliki tabungan untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi nantinya.”Tahap awal ini, baru jenjang sekolah dasar yang menjalankan program ini namun kedepannya seluruh siswa di tiap jenjang sekolah yang ada di Desa Sama Jaya akan diwajibkan mengikuti program ini, termasuk juga para mahasiswa,” tambahnya.Tak hanya didukung oleh para orang tua siswa di Desa Sama Jaya. Konsep ini juga didukung oleh Kepala Sekolah Dasar 2 Soropia, Mbaili. Sebagai salah satu sekolah yang ada di Desa Sama Jaya.Menurutnya, secara aktif pihak sekolah juga akan mengontrol serta mengkoordinir tabungan siswa, juga memberikan penguatan bagi siswa untuk terus menabung.”Jadi setiap hari siswa akan tanya apakah telah menabung, lalu kemudian dicatat. Setiap bulan akan disesuaikan jumlah tabungan dengan data sehari-hari siswa. Jika tidak sesuai berarti siswa berbohong, nah selain menabung kami juga menanamkan kejujuran melalui agar siswa selalu jujur mengungkapkan,” jelasnya.Menurutnya, dengan cara inilah juga dapat diketahui jika ada siswa yang tidak menabung secara berturut-turut. Hal tersebut menandakan ada masalah keuangan atau masalah lain di keluarganya, sehingga akan dikonsultasikan dengan pihak desa, untuk mendapatkan perhatian.Dijelaskannya juga, meskipun program ini adalah milik Desa Sama Jaya, namun hal ini juga diikuti oleh siswa yang berasal dari desa lain di SD 2 Soropia. Sehingga hampir seluruh siswa di sekolahnya mengikuti program ini.”Sesuai tujuannya, saya berharap agar kesulitan ekonomi yang kadang menjadi kendala siswa dapat teratasi khususnya memberikan harapan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi,” tutupnya.(B)Editor: Gugus Suryaman