Kantor Bahasa Nobatkan Siswa asal Konawe jadi Duta Tunas Bahasa Tolaki

  • Bagikan
Duta Tunas Bahasa Tolaki Sultra, Pinot dan Cici Cahaya Ananta Soli, saat menerima penghargaan dari Wakil Gubernur Sultra, Lukman Abunawas (Foto: Nely/SULTRAKINI.COM)
Duta Tunas Bahasa Tolaki Sultra, Pinot dan Cici Cahaya Ananta Soli, saat menerima penghargaan dari Wakil Gubernur Sultra, Lukman Abunawas (Foto: Nely/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Memperingati hari Bahasa Ibu Internasional yang jatuh pada 21 Februari, Kantor bahasa Sulawesi Tenggara (Sultra) menggelar penobatan duta Bahasa Tolaki di Sulawesi Tenggara yang berlangsung di salah satu hotel di Kendari, Jumat (21/2/2020) malam.

Pemilihan duta tunas Bahasa Tolaki ini sebagai ikhtiar dalam memelihara kelestarian bahasa daerah di Hari Bahasa Ibu Internasional.

Hari Bahasa Ibu Internasional diperingati sejak tahun 2000. Peringatan tersebut bertujuan mempromosikan keanekaragaman bahasa dan budaya. Di Sultra sendiri, belum pernah digaungkan hari bahasa ibu Internasional. Olehnya itu, kantor bahasa Sultra berinisiasi untuk memperingatinya dengan pemilihan duta tunas bahasa Tolaki.

Kepala Kantor Bahasa Sultra, Sandra Safitri Hanan, mengungkapkan bahwa bahasa Ibu mulai tergerus eksistensinya secara perlahan tapi pasti. Bahasa ibu ditinggalkan oleh generasi muda sebagai bahasa pengantar.

“Jika kita melihat kondisi bangsa Indonesia saat ini yang menjadi bahasa Ibu adalah bahasa Indonesia. Dengan demikian bahasa-bahasa daerah secara tidak sadar diambang kepunahan,” kata Sandra Safitri Hanan, pada Jum’at (21/2/2020).

Dalam upaya merevitalisasi salah satu bahasa Ibu di Sultra, dalam hal ini bahasa Tolaki, kantor Bahasa Sultra mengemas kegiatan pemilihan duta tunas bahasa Tolaki ini dengan sedemikian rupa sehingga menarik minat generasi milenial tidak seperti lomba-lomba pidato atau lomba-lomba lainnya yang terlalu kaku.

Dari 21 bahasa daerah di Sultra, bahasa Tolaki di pilih karena memiliki wilayah tutur yang cukup luas. Secara administratif wilayah tutur bahasa Tolaki meliputi satu kota (Kota Kendari) dan tujuh kabupaten (Konawe, Konsel, Konut, Konkep, Kolaka, Koltim, dan Kolut). Jumlah penuturnya pun tentu banyak dibandingkan bahasa ibu lain.

Sandra menambahkan bahwa pemilihan tunas bahasa idealnya di sasaran anak usia paud dan sekolah dasar (SD). Namun pada kenyataanya sulit ditemukan penutur bahasa ibu di usia seperti itu. Sehingga menyasar siswa-siswi sekolah menengah atas se-Sultra. Kegiatan ini di ikuti oleh 36 orang siswa-siswi yang tersebar di 15 sekolah di Sultra.

Dia juga mengungkapkan bahwa pemilihan duta tunas bahasa Tolaki pertama kali di laksanakan tahun ini sehingga diharapkan kegiatan-kegiatan pelestarian bahasa daerah dapat terus di laksanakan.

“Kami memohon kesediaan kepada pemerintah daerah Sultra untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan serupa ini. Alangkah bagusnya jika disetiap kabupaten/kota di adakan lomba-lomba seperti ini kemudian kita menyatukannya di provinsi maka akan menjadi pemilihan tunas bahasa ibu yang didalamnya ada sekian tunas-tunas bahasa daerah yang ada di Provinsi Sultra,” tutur Sandra.

Diharapkan kepada kedua duta yang terpilih menjadi duta tunas bahasa Tolaki, keduanya bisa menjadi perpanjangan tangan kantor bahasa Sulawesi Tenggara dalam melestarikan bahasa Tolaki di kalangan milenial.

Dorongan kepala sekolah dan guru untuk turut serta membantu pelestarian bahasa daerah di sekolah juga sangat diperlukan.

“Ketika mereka kembali ke sekolah masing-masing tentu di harapkan dukungan dari para kepala sekolah, dan guru-guru di sekolah agar kegiatan pelestarian-pelestarian bahasa daerah di sekolah sudah mulai di kembangkan,” tutup Sandra.

Dari hasil penjurian yang serba ketat, 36 peserta calon duta, predikat duta tunas bahasa tolaki 2020 berhasil di raih oleh siswa-siswi asal Kabupaten Konawe. Pemenang 1 putra duta tunas bahasa Tolaki diraih oleh Pinot dan pemenang 1 putri di raih oleh Cici Cahaya Ananta Soli.

Pinot (15) adalah siswa kelas 10 SMAN 1 Abuki. Sedangkan,Cici (16)adalah siswi kelas 11 di SMAN 1 Unaaha. Alasan keduanya mengikuti ajang bergensi ini karena ingin turut serta dalam melestarikan kebudayaan Indonesia khususnya bahasa Tolaki dimana saat ini bahasa daerah sudah jarang digunakan anak muda karena dinilai kuno dan kaku.

“Sekarangkan sudah sedikit anak muda yang berbicara bahasa Tolaki di pergaulan sehari-hari, dengan ikut pemilihan duta tunas Bahasa Tolaki ini saya ingin agar bahasa Tolaki itu bisa terus di lestarikan. Saya akan mulai melalui media sosial dengan menunggah postingan menggunakan bahasa Tolaki, buat grup anak-anak muda pakai bahasa Tolaki,” ucap Pinot usai menerima penghargaan duta Tolaki.

Dalam ajang pemilihan duta tunas bahasa Tolaki, Pinot dan Cici beserta 34 peserta lainnya telah melalui tiga tahapan yaitu wawancara, pembekalan, dan evaluasi.

Pada tahap wawancara, peserta diminta menjelaskan esai yang telah mereka kumpulkan sewaktu pendaftaran. Mereka juga diwawancarai dengan menggunakan bahasa Tolaki terkait kecakapan dan wawasannya tentang adat dan budaya Tolaki.

Selain itu, ada juga penampilan minat bakat. Peserta menampilkan minat bakat. Beberapa peserta menampilkan bakat menyanyikan lagu daerah Tolaki diiringi alunan gitar akustik, menarikan tarian kreasi daerah, dan ada pula yang membaca puisi berbahasa Tolaki.

Kemudian di tahapan pembekalan, peserta diberi materi penggunaan bahasa Tolaki oleh para juri.

Pada tahapan evaluasi atau penobatan duta tunas bahasa Tolaki, peserta di beri pertanyaan dan menjawabnya menggunakan bahasa Tolaki dalam waktu 60 detik. Tahapan ini menjadi spesial karena wakil gubernur Sultra, Lukman Abunawas turut memberikankan pertanyaan kepada peserta menggunakan bahasa Tolaki.

Diakui Cici tantangan tersulit yang dihadapinya adalah pada tahap wawancara dimana para juri menanyainya wawasannya tentang adat dan budaya Tolaki menggunakan bahasa Tolaki.

“Tantangan terbesarnya itu ada di tahapan dimana kita di minta menjelaskan adat istiadat Tolaki, suku, dan sastra-sastra Tolaki. Tapi, itu juga pembelajaran juga buat saya karena duta tunas bahasa Tolaki itu tidak hanya bisa bahasa Tolaki tapi juga tau dan kenal adat dan istiadat Tolaki itu sendiri,” kata Cici Cahaya Ananta Soli. (Adv)

Laporan: Nely

Editor: Hasrul Tamrin

  • Bagikan