Keluarga Pasien RSUD Muna Ngamuk, Dianggap Pelayanan Kurang Intensif hingga Pasien Meninggal

  • Bagikan
Sejumlah keluarga pasien rawat inap lainnya di RSUD Muna saat menyaksikan aksi kekesalan keluarga pasien kepada pihak RSUD Muna. (Foto: Arto Rasyid/SULTRAKINI.COM)
Sejumlah keluarga pasien rawat inap lainnya di RSUD Muna saat menyaksikan aksi kekesalan keluarga pasien kepada pihak RSUD Muna. (Foto: Arto Rasyid/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: MUNA – Lagi-lagi pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Muna dikeluhkan keluarga pasien. Bahkan pihaknya mengamuk demi cepat ditangani oleh pihak rumah sakit. Kali ini dialami pasien peserta BPJS Kesehatan bernama Umar Sain Sidik (25). Pihak keluarga menganggap, pelayanan rumah sakit kurang intensif terhadap pasien.

Aladin (45) merupakan paman Umar Sain Sidik yang geram dengan pelayanan di RSUD Muna. Kursi tunggu di depan ruang petugas jaga rawat inap Melati, dibantingnya karena kesal dan panik mempertanyakan dokter hingga malam tak kunjung datang memeriksakan kondisi pasien, yang didiagnosa adanya gumpalan (genangan) air diparu-paru sehingga mengalami sesak nafas.

Meski perbuatannya Kamis (5/7/2018) sekitar pukul 21.00 Wita itu mengundang perhatian pengunjung rumah sakit, dia tak mempersoalkannya.

“Nanti sudah mau mati pasien baru ada tindakan mungkin,” teriak Aladin, usai salah satu perawat jaga saat itu hanya menjawab sudah menghubungi dokter namun belum dijawab.

Tentunya, akibat insiden itu membuat sebagian perawat dan keluarga pasien rawat inap lainnya menjadi takut, namun sebagian ikut menyaksikan aksi kekesalan Aladin kepada pihak RSUD Muna yang membuat ruang koridor petugas jaga dipadati seketika. Beruntung, hal itu tidak berlangsung lama saat perawat jaga kembali menghubungi dokter ahli dalam yang menangani pasien.

Kursi tunggu di ruang koridor petugas jaga dalam posisi terbalik usai dibanting salah satu keluarga pasien yang komplen pelayan di RSUD Muna. (Foto: Arto Rasyid/SULTRAKINI.COM)
Kursi tunggu di ruang koridor petugas jaga dalam posisi terbalik usai dibanting salah satu keluarga pasien yang komplen pelayan di RSUD Muna. (Foto: Arto Rasyid/SULTRAKINI.COM)

Dikatakan Aladin (45) kepada SultraKini.Com, dirinya tak puas dengan pelayanan RSUD Muna terhadap keluarga pasien yang dianggap kritis namun diduga tidak mendapat pelayanan intensif oleh dokter.

“Saat itu pikiran saya sedang kalut, karena dari siang sampai malam tidak ada tindakan berarti dari dokter, hanya perawat datang kasih obat sementera kondisi pasien terlihat semakin sekarat,” keluhnya ditemui di RSUD Muna Kamis (5/7/2018) malam.

Dia mengaku, sejak siang hari pihak keluarga sudah berupaya mempertanyakan perkembangan kondisi pasien kepada perawat jaga. Tetapi hingga malam, jawaban yang didapat hanya masih menunggu hasil dari dokter, sementara terlihat jelas kondisi pasien kian kritis.

“Gedung sebesar ini tapi tidak ada dokternya, itu yang mendasari niat saya kecuali dengan cara ngamuk baru direspon, kalau tidak, kemungkinan dokter tidak datang dan mengarahkan untuk dirujuk,” kesalnya.

Istri pasien, Anti (25) turut mengeluhkan pelayanan yang didapatkan RSUD Muna, sebab sejak suaminya dirujuk di RSUD Muna pada (4/7/2018) sekitar pukul 22.30 Wita hanya mendapat tindakan medis dengan dipasangkan oksigen dan infus saja di ruang Unit Gawat Darurat.

Dia sempat meminta untuk dipindahkan di kamar inap kelas II sesuai BPJS Kesehatan milik suaminya, namun pihak RSUD mengaku saat itu kamar inap penuh. Ironisnya, justru pasien umum yang masuk setelahnya mendapatkan kamar.

“Baru tadi dapat kamar inap itupun di kelas III. Saya sesalkan pelayanan RSUD Muna nanti sudah sekarat baru mau dirujuk malam ini. Kenapa tidak dari siang di kasih rujukannya,” ungkapnya.

Sementara itu, Dokter Poli Penyakit Dalam RSUD Muna, dr. Wahid yang datang sekitar pukul 21.15 Wita pasca insiden tersebut, menerangkan belum bisa melakukan apa-apa (tindakan medis) sebelum ada hasil lab untuk menentukan pasien harus dirujuk atau ditangani optimal di RSUD Muna.

“Sampai saat ini, saya tunggu hasil lab yang sudah dicoba tiga kali tapi gagal dan sampai pukul 21.00 Wita hasilnya masih gagal. Makanya saya datang berikan surat rujukan. Gagalnya hasil lab karena adanya cairan yang membuat tubuh pasien membengkak sehingga jarum tidak menemukan pembuluh darah pasien,” ujarnya.

Sayangnya, pasien menghembuskan napas terakhirnya di atas kapal malam saat hendak dirujuk ke RS Bahteramas Sultra di Kota Kendari sekitar pukul 23.00 Wita. Selanjutnya, pasien langsung diantar ke rumah duka di Kelurahan Tampo, Kecamatan Napabalano.

 

Laporan: Arto Rasyid
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan