Kendari Inflasi September 2021, Ini Komoditas Pemicunya

  • Bagikan
Kepala BPS Sultra, Agnes Widiastuti. (Foto: potongan video rilis BPS Sultra)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Perkembangan harga berbagai komoditas di Provinsi Sulawesi Tenggara pada September 2021 secara umum menunjukkan adanya kenaikkan, Jumat (1/10/2021).

Berdasarkan hasil pemantauan Badan Pusat Statistik Sultra, gabungan dua kota indeks harga konsumen tercatat mengalami inflasi 0,11 persen atau naik dari 107,85 pada Agustus 2021 menjadi 107,97 pada September 2021.

Tingkat inflasi tahun kalender Januari–September 2021 sebesar 2,68 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun atau September 2021-September 2020 sebesar 2,68 persen.

Kepala BPS Sultra, Agnes Widiastuti, mengatakan jika dipilah khusus perkembangan harga di Kota Kendari pada September 2021 inflasi 0,24 persen dengan demikian inflasi tahun kalender tercatat 3,29 persen. Sebaliknya di Kota Baubau mengalami deflasi sebesar 0,34 persen dengan inflasi tahun kalender 0,61 persen.

“Jadi inflasi di Sultra terjadi karena adanya kenaikkan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks harga pada kelompok pendidikan 2,49 persen; kelompok pakaian dan alas kaki 0,12 persen; kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,08 persen,” jelasnya.

Disusul kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,07 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 0,06 persen; kelompok makanan, minuman dan tembakau 0,05 persen; serta kelompok kesehatan 0,01 persen.

Sementara kelompok yang mengalami deflasi antara lain kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya 0,42 persen; kelompok transportasi 0,19 persen;
serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,01 persen. Sedangkan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran tidak mengalami perubahan/relatif stabil.

Agnes menambahkan, dilihat dari tren perkembangan harga dari bulan ke bulan gabungan dua kota di Sultra, tercatat Januari sampai September 2021 setiap bulan mengalami inflasi atau kenaikkan harga–hanya Januari mengalami deflasi 0,39 persen, sehingga sepanjang 2021 inflasi tertinggi tercatat pada Mei sebesar 1,13 persen.

“Khusus di Kota Kendari, inflasi tertinggi juga ada di Mei sebesar 1,16 persen dan Kota Baubau kondisi inflasi berfluktuasi, ada harga yang naik, ada juga yang turun, sehingga tercatat sepanjang 2021 terjadi deflasi terdalam, yaitu Maret 0,99 persen sedangkan inflasi tertinggi pada Mei 1,03 persen,” terangnya.

Dari sebelas kelompok pengeluaran di Provinsi Sultra, sebanyak tujuh kelompok di antaranya memberikan pengaruh inflasi, tiga kelompok memberikan deflasi, dan satu kelompok relatif stabil, yaitu kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran.

Kelompok pengeluaran yang memberikan pengaruh inflasi, yaitu kelompok pendidikan 0,11 persen; kelompok makanan, minuman, dan tembakau 0,02 persen; kelompok pakaian dan alas kaki dan kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga masing-masing 0,01 persen; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,005 persen; kelompok perlengkapan, peralatan
dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,004 persen; serta kelompok kesehatan 0,0002 persen.

Kemudian kelompok pengeluaran yang memberikan pengaruh deflasi antara lain kelompok transportasi 0,03 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya 0,01 persen; serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,0004 persen.

Kepala BPS Sultra juga menyebutkan berdasarkan komoditasnya, terdapat sepuluh komoditas penyumbang inflasi gabungan dua kota, yaitu ikan kembung 0,11 persen, pendidikan di kademi/perguruan tinggi mengalami kenaikkan harga 0,08 persen, mobil 0,05 persen, ikan tude 0,03 persen, jagung muda dan ikan katambah masing-masing 0,02 persen; bayam, tomat, pendidikan sekolah dasar dan sawi hijau masing-masing menyumbang inflasi 0,01 persen.

Sedangkan yang mengalami penurunan harga atau komoditas deflasi di September 2021, berupa biaya transportasi angkutan udara 0,07 persen; ikan layang 0,05 persen; cabai rawit 0,04 persen; bawang merah 0,03 persen; ikan teri, cumi-cumi, ayam hidup, dan apel masing-masing 0,02 persen; telur ayam ras dan woter masing-masing 0.01 persen.

“Jika dibandingkan inflasi untuk kota-kota di pulau Sulawesi dari 13 kota, IHK sebagian besar mengalami deflasi hanya Kota Kendari yang mengalami inflasi sebesar 0,24 persen dan deflasi terdalam ada di kota Gorontalo 0,90 persen,” ucap Agnes. (C)

Laporan: Wa Rifin
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan