Kisah Bocah Pemimpi dari Konawe Menahan Sakit Dibawah Garis Kemiskinan

  • Bagikan
Adriansayah, bocah penderita penyakit kronis dan pembesaran perut, (Foto. Wayan Sukanta/SULTRAKINI.COM).
Adriansayah, bocah penderita penyakit kronis dan pembesaran perut, (Foto. Wayan Sukanta/SULTRAKINI.COM).

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Adriansyah, seorang anak yang masih berusia 16 tahun di Desa Mataiwoi, Kecamatan Amonggedo, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) menderita penyakit kronis dan mengalami pembesaran pada perut.

Hidup dibawah garis kemiskinan, Adriansyah hanya pasrah dan menahan rasa sakit karena tidak mampu berobat di rumah sakit.

Penyakit yang dideritanya bertahun-tahun itu, membuat bocah laki-laki ini terpaksa harus berhenti sekolah sejak kelas 3 SD. Sehari-hari, Adriansyah hanya dapat duduk melamun di rumahnya yang sederhana itu sambil melihat teman-teman sebayanya bermain.

Padahal Adriansyah bercita-cita ingin menjadi pemain bola handal seperti idolanya Ronaldo. Namun impiannya itu pupus, akibat penyakit yang menempel ditubuhnya itu tidak bisa membuat Adriansyah beraktivitas normal.

Tidak hanya Adriansyah yang terpukul, kedua orang tuannya Surohim dan Rokayah juga tidak dapat berbuat banyak. Hampir sebagian dari barang berharga miliknya sudah habis terjual untuk biaya berobat.

Kedua orang tua Adriansyah sudah berkeliling berobat dengan berbekal uang yang diperolehnya dari sapi dan sepeda motor miliknya yang telah dijualnya.

Ayahnya, Surohim sudah membawa anak keduanya itu berobat dari rumah sakit darah Konawe hingga ke Kota Makasaar. Namun pasca berobat, penyakit kronis dengan pembesaran dibagian perutnya itu juga tidak ada perubahan.

“Saya sudah nyerah pak, uang sudah tidak ada lagi untuk berobat. Semua barang berharga sudah sebagian habis dijual untuk biaya berobat. Sekarang ini nda tahu harus bagaimana lagi dan tidak tahu harus mencari uang dimana lagi,” ucap Surohim dengan mata berkaca-kaca saat ditemui SultraKini.com di rumahnya, Rabu (3/4/2019).

Pekerjaanya sebagai buruh serabutan, tidak bisa menjadi harapan untuk mengumpulkan uang untuk biaya pengobatan anak keduanya itu.

Bangunan rumah papan berukuran 7×5 meter dan atap seng, Adriansyah bersama sang kakak dan kedua orang tuannya bertahan hidup sambil menanti keajaiban.

Surohim berharap ada pihak yang mau bersedekah membantu untuk biaya pengobatan anaknya yang sedang sakit.

“Kalau ada yang berkenan kasian bantu kami sangat berterima kasih. Saya sudah menyerah karena bingung tidak tahu harus cari uang kemana lagi,” kata Surohim sembari menundukan kepala.

Laporan: Wayan Sukanta
Editor: Habiruddin Daeng

  • Bagikan