Kurikulum “Allah” Harus Dikaji?

  • Bagikan
Sabicha S.Pd.Foto:ist

Islam sebagai sebuah agama yang sangat memperhatikan masalah pendidikan. Dalam al-Quran maupun Sunnah Rasulullah, dapat diketahui bahwa Islam mewajibkan setiap orang Islam baik pria maupun wanita untuk menuntut ilmu. Bahkan Allah memberi derajat yang lebih tinggi kepada setiap manusia yang berpengetahuan. Dalil-dalil mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut:

⸨ يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوتُواْ العِلْمَ دَرَجَتٍ ⸩

“ Allah mengangkat (derajat) orang-orang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (TQS. Al-Mujadalah:11)

Pendidikan adalah sesuatu yang sangat diperlukan bagi manusia, terutama pendidikan agama. Agar kita dapat mengetahui sejarah di masa lalu tentang sebuah kebenaran agama islam tentunya, bagaimana kemudian dunia Islam pernah ada dan pernah berjaya di masa itu, bagaimana Nabi Muhammad dapat meraih kemenangan dengan perjuangan dan juga pengorbanan.

Namun dalam beberapa hari terakhir ini kurikulum agama dalam jenjang pendidikan harus dikaji ulang dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal, bagaimana tidak dalam kurikulum agama tersebut bab yang berkaitan dengan perjuangan Rasulullah dalam menenggakkan Diin Allah dianggap bertentangan, terutama bab terkait tentang perang-perang pada masa Rasulullah.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (Ketum PBNU), KH Said Aqil Sirodj, mendesak agar kurikulum agama Islam di Sekolah dan Madrasah perlu dikaji ulang dan direvisi. Hal ini terutama terkait dengan materi-materi yang mengajarkan tentang ayat-ayat Alquran yang bertemakan perang. Penafsiran ayat-ayat tersebut diperlukan keilmuan khusus sehingga tidak diartikan secara tekstual. Tafsir yang salah terhadap ayat bisa mengakibatkan kesesatan. Ia mengusulkan agar bab tentang sejarah yang dominan hanya menceritakan perang dikurangi porsinya.

“ Yang diperhatikan adalah kurikulum pelajaran di sekolah. Saya melihat pelajaran agama di sekolah yang disampaikan sejarah perang badar, perang uhud, pantesan radikal,” katanya dalam acara Konferensi wilayah PW NU Jatim di Pondok Pesantren Lirboyo, Kendiri, Jawa Timur, Republik.Co.Id, Ahad (29/7)

Ia mengatakan, ayat-ayat perang oleh beberapa pihak disalahartikan. Bahkan, saat resepsi pernikahan justru ayat perang juga dibaca. Padahal, saat acara seperti itu bisa dengan membaca ayat-ayat yang lebih menyejukkan.

Ia juga berharap, semua masyarakat bisa memahami ayat-ayat alQuran dan bisa mengamalkannya. Jika hal itu bisa dilakukan, tentunya akan muncul akhlak yang baik, sebab mereka bisa memahami ayat tersebut, yang kedepannya bisa muncul toleransi beragama.

“ Toleransi itu muncul karena akhlakul kharimah. Ruang toleransi itu berakhlak, kalau tidak berakhlak tidak mungkin akan toleransi,” ujarnya.

Jika kita melihat masa-masa awal kejayaan Islam maka bisa kita dapati betapa Islam menghargai ilmu pengetahuan. Ketika Perang Badar, kaum muslim berhasil mengalahkan dengan telak kaum kafir dan mendapat banyak tawanan. Pada saat itu Rasulullah SAW. Mengambil kebijakan membebaskan tawanan itu dengan syarat setiap tawanan mengajarkan baca tulis kepada sepuluh orang. Apakah kebijakan ini yang di maksud radikal menurut pandangan Ketum PBNU?.

Islam adalah agama yang paripurna dan agama yang paling sempurna, dan tidak ada istilah untuk memecah bela umat dengan dalih yang tidak masuk akal dan seakan membuat masyarakat berfikir ulang untuk menerima Islam sebagai agama mereka, bahkan mereka takut dengan agama mereka sendiri.

Dalam kesempatan ini banyak juga pihak yang ingin menjadikan Islam Nusantara sebagai rujukan dalam berbagai hal, kurikulum dan rujukan internasional. Karena dianggap bahwa Islam model Indonesia atau yang biasa disebut Islam Nusantara telah memberikan kontribusi lebih dalam mewujudkan kehidupan yang lebih damai dan toleran.  Seperti yang diberitakan oleh REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO,  Sekretaris Jendral Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Helmy Faishal Zaini mengatakan, pola berislam model Indonesia atau yang sering disebut dengan Islam Nusantara telah memberikan kontribusi nyata dalam mewujudkan tatanan kehidupan dunia yang damai dan toleran.

Hal ini ia sampaikan dalam kesempatan Halal Bi Halal PCINU Jepang di Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT), Tokyo, Ahad (24/6) lalu. Di hadapan ratusan warga Indonesia yang ada di Jepang, Helmy mengatakan bahwa model keberislaman nusantara diharapakan bisa memberikan sumbangan yang kongkret bagi dakwah Islam yang ramah pada level Internasional.

Dalam hal ini kita wacana tentang masuknya kurikulum Islam Nusantara telah nyata adanya, dan kurukulum agama Islam akan segera di geser dengan kurikulum tersebut. Dan ide tersebut terkesan memaksa, apakah harus semua menjadi Islam Nusantara.

Di tingkat Elite, Islam Nusantara telah disetujui oleh Presiden Jokowi dan juga Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin. Maka pembelajaran PAI pun harus selaras dan searah dengan tujuan Islam yng ramah, alias Islam Nusantara.

Pemerintah berkepentingan menguatkan Islam Nusantara karena beralasan untuk menjaga kepentingan dan keutuhan Indonesia.

Dengan ide yang pemerintah berikan, ini makin membuat perpecahan antara umat Islam itu sendiri, perjuangan Rasulullah selama ini akan berakhir sia-sia jika umatnya tidak mengamalkan segala apa yang Rasul perintahkan dan apa yang Rasul larang.

Sistem Pendidikan Dalam Islam

Islam adalah agama yang sangat memperhatikan masalah pendidikan. Besarnya perhatian terhadap pendidikan ditunjukkan oleh Rasulullah ketika menetapkan tebusan bagi tawanan perang Badar dengan mengajar membaca sepuluh anak Muslim.

Dalam sistem Islam pendidikan tidak diselenggarakan secara diskriminatif, namun pendidikan diselenggarakan dengan bebas biaya yang bermutu untuk semua kalangan  dari tingkat sekolah dasar hingga menengah.

Pendidikan dalam sistem Islam harus di arahkan bagi terbentuknya kepribadian Islam anak didik dan membina mereka agar menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta tsaqofah Islam.

  1. Asas dan Kurikulum Pendidiknan

Asas pendidikan adalah Akidah Islam, segala Kurikulum yang disusun harus didasarkan pada Akidah Islam

  1. Tujuan dan Metode Pendidikan

Tujuan pendidikan Islam adalah membekali akal dengan pemikiran dan ide-ide yang sehat baik Akidah maupun hukum.

  1. Pengajaran Tsaqofah dan Ilmu Pengetahuan

Pengajaran tsaqofah Islam diberlakukan pada semua jenjang pendidikan. Tsaqofah Islam tidak sebatas ilmu tentang akhlaq dan ibadah. Namun juga menyangkut Muamalah seperti ekonomi, pemerintahan, sosial budaya, politik, Dll yang semua berlandaskan pada ajaran Islam. Sedangkan Ilmu Pengetahuan di ajarkan sesuai keperluan, kemampuan dan kemauan siswa.

  1. Biaya pendidikan

Pendidikan adalah kewajiban bagi setiap individu. Khalifah harus bertanggung jawab terhadap warganya agar setiap warga mampu melakukan kewajiban itu. Untuk itu biaya pendidikan menjadi tanggung jawab negara, dengan kesempatan yang sama kepada setiap warga negara untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan begitu, walaupun seorang warga negara miskin, dia kan tetap tidak tertinggal dari siapapun. Hal ini telah dibuktikan selama berabad-abad pada zaman Kekhilafaan Islam.

  1. Sarana dan Prasarana Pendidikan

Negara bertanggung jawab untuk menyediakan sarana dan prasarana pendidikan bagi rakyatnya seperti sekolah, perpustakaan dan laboraturium.

Dengan gambaran umum bagaiamana Sistem Pendidikan itu. Kemajuan ilmu pengetahuan baik sosial maupun sains hanya akan dapat tercapai dengan suatu model pendidikan yang baik dan benar. Tentu Islamlah yang mempunyai sistem Pendidikan yang baik dan benar tersebut.

  • Bagikan