SULTRAKINI.COM: MANADO – Selasa, 12 Juli 2016, Manado kembali dibanjiri wisatawan asal Tiongkok. Kali ini, ada 2.000 wisatawan yang landing di Bandara Sam Ratulangi. Semuanya terbang secara bergelombang dengan pesawat charter milik maskapai penerbangan Lion Air dari delapan kota di Tiongkok. Kesibukan Bandara Sam Ratulangi Manado pun langsung meningkat sangat tinggi. Imigrasi, Bea Cukai, Karantina (CIC), Airnav, semuanya bergerak padu.
Gubernur Sulut Olly Dondokambey tidak terlalu khawatir. Persiapan penyambutan ribuan wisatawan itu, menurutnya, sudah disiapkan sejak dua bulan silam. “Mudah-mudahan makin lancar. Rute penerbangan Tiongkok-Manado, Manado-Tiongkok bisa secepatnya menjadi rute regular, agar target 1 juta turis ke Sulut sesuai proyeksi Kementerian Pariwisata segera tercapai,” harap Gubernur Sulut Olly Dondokambey yang ikut didampingi Kadisbudpar Happy Korah, Selasa (12/7).
Politisi PDI-P itu mengakui, saat ini Sulut masih kekurangan fasilitas kamar hotel. Sulut masih butuh lebih banyak akomodasi atau amenitas untuk memastikan turis Tiongkok itu tertangani dengan baik. “Saya sudah menandatangani Peraturan Gubernur (Pergub) tentang pembiayaan di beberapa tempat pariwisata, khususnya di Bunaken. Seperti retribusi, semua harus free bagi masyarakat maupun turis,” terang Olly yang dilantik sebagai gubernur sejak 12 Februari 2016 itu.
Gubernur Olly yang lahir di Manado, Sulawesi Utara, 18 November 1961 ini mengaku akan all out mengawal pelayanan bagi ribuan turis yang hadir ke Manado itu. Dia sepakat dengan Menpar Arief Yahya, bahwa kunci keberhasilan menggaet pasar Tiongkok adalah services atau pelayanan. Tanpa itu, cita-cita besar itu hanya akan menguap di awang-awang.
“Kami focus mengerahkan sumberdaya, perhatian, pikiran, waktu, tenaga dan dana untuk menyukseskan Pariwisata Sulut. Ini bukan cuma hajatan dinas pariwisata. Tapi seluruh komponen pemerintah se-Sulut, termasuk pihak swasta, terutama pelaku usaha wisata. Semua akan menerima banyak manfaat dari sini,” ungkap Olly yang sempat merasakan menjadi Anggota DPR-RI Periode 2014-2015 ini.
Menteri Pariwisata Arief Yahya memuji langkah-langkah Gubernur Olly Dondokambey yang serius menjadikan Pariwisata sebagai “portofolio bisnis” dalam memimpin Sulawesi Utara itu. Pesan pertama, pastikan 3A –Atraksi, Akses dan Amenitas—benar-benar berkelas dunia. Atraksi, sudah punya Bunaken, beberapa danau, kuliner dan budaya yang cukup kuat. Akses, sudah tiga maskapai penerbangan nasional yang sudah mulai terbang Manado-Tiongkok PP. Tinggal, domestic dari Manado ke banyak destinasi di tanah air.
Amenitas, adalah fasilitas yang dibutuhkan oleh wisman, seperti hotel, resort, convention center, mall, restoran, café, tempat hiburan, golf course dan lainnya. “3A itu adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi, untuk menjadikan Sulut sebagai destinasi berkelas dunia,” ungkap Arief Yahya.
Pesan kedua, ketika menempatkan pariwisata sebagai “panglima” pastikan budgeting anggaran daerah juga diarahkan lebih dominan ke sector Pariwisata. Terutama dalam membangun amenitas dan atraksi, yang menjadi tanggung jawab pemda. “Jangan sampai mengurus toilet, manajemen sampah dan kebersihan saja seperti tragedi di daerah-daerah lain. Saya yakin, Pak Gubernur bisa men-drive daerahnya sebagia destinasi yang kebersihan dan kerapiannya nomor satu,” kata Menpar Arief Yahya.
Pesan ketiga, pastikan orang yang ditempatkan untuk mengurus dinas Pariwisata itu orang yang tepat. Tugas CEO adalah menentukan arah, mengatur budgeting dan memilih orang yang pas. “Bahasa jelasnya, pastikan Kepala Dinas Pariwisatanya yang benar-benar serius mengurus kepariwisataan,” katanya. Arief Yahya yakin, Gubernur Olly punya leadership yang kuat untuk mewujudkan Sulut sebagai provinsi Pariwisata.
Saat ini, sudah ada 3 maskapai yang membuka rute yang menghubungkan delapan kota Tiongkok dengan Manado. Dari mulai Macau, Changsa, Chongqing, Wuhan, Chengdu, Shenzhen, Guangzhou hingga Shanghai, semuanya sudah terhubung dengan Manado. Jangan khawatir dengan reputasi kota-kota di Tiongkok tadi. Semuanya punya pasar yang besar. Changsa, ibukota Provinsi Hunan di Selatan Tiongkok termasuk maju dalam hal ekonomi. Dengan penduduk 6,01 juta, GDP per kapitanya masuk kelas atas dengan nilai mencapai USD12.313.
Guangzhou juga tak kalah menterengnya, Ibukota Provinsi Guangdong itu merupakan kota terbesar dan termaju di Tiongkok Selatan. Guangzhou sering disebut ibukota Canton. Pernah jadi kota terbesar di dunia pada awal abad ke-19, dengan penduduk saat ini 12,9 juta.
Lalu Chengdu? Ini kota wisata yang memikat. Lokasinya tak jauh dengan perbatasan Tibet. Di 2015, GDP-nya sudah menembus USD 161,1 juta. Angka ini langsung menobatkan Chengdu ke dalam top 10 GDP terbesar di Tiongkok.
Shenzhen, kota di depan Hong Kong. Deng Xiaoping memulai modernisasi dan percepatan pembangunan ekonomi Tiongkok dari kota ini. Dulunya ini adalah desa nelayan. Tapi sekarang, sudah bertransformasi jadi kota yang sangat modern.
Chongqing juga tak bisa dianggap remeh. Kotanya selevel dengan provinsi Pemerintahannya dipegang langsung di bawah kendali pemerintah pusat Tiongkok. Kota di Provinsi Sichuan ini berpenduduk 28,8 juta. Pernah jadi ibukota Tiongkok pada masa perang dunia kedua.
Wuhan tak kalah glamornya. Ini adalah ibukota Provinsi Hubei, Tiongkok Tengah. Wuhan tercatat pernah jadi ibukota Tiongkok di masa Koumintang. Selain itu, kawasan ini adalah pusat pertanian modern di Tiongkok. Penduduknya mencapai 9,1 juta.
Macau apalagi. Siapa yang tak kenal dengan Macau? Kota judi nomor satu di dunia? Yang bersaing dengan Las Vegas? Perputaran uang dari hasil perjudian di Macau disebut mencapai 6 kali dari perputaran uang di Las Vegas.
Bagaimana dengan Shanghai? Meskipun ibokota Tiongkok ada di Beijing, tapi untuk urusan bisnis dan industri, Shanghai menjadi pusatnya. Inilah ibukota imperium perusahan nasional dan multinasional Tiongkok. Kota terbesar dan termaju di Negeri Panda. Dengan penduduk 24,1 juta, Shanghai yang juga dikenal sebagai kota pelabuhan, kini menjadi salah satu kota termahal di dunia. GDP per kapitanya mencapai USD15.880.
Dari dan ke kota-kota itu Lion Air terbang ke Manado. Sriwijaya ikut membantu menembus Guangzhou. Sementara CitiLink, fokus di Hong Kong dan Chengdu. Bisa dibayangkan potensi turisnya. Apalagi, total wisatawan Tiongkok yang outbond di 2016 diprediksi mencapai 150 juta orang ke berbagai negara.
“Ini momen yang sangat bersejarah. Yang pasti hari ini akan berdampak panjang. Ini akan jadi cerita di negara lain bahwa Sulut telah siap menyambut wisatawan,” ujar Olly.
(Kemenpar RI)