Mahasiswa Suarakan Tiga Tuntutan ke Rektorat, WR III Mengaku Tak Punya Nomor Plt. Rektor UHO

  • Bagikan
Mahasiswa UHO saat menggelar aksi di depan Rektorat UHO. (Foto: Didul Interisti/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Puluhan mahasiswa mendatangi Rektorat Universitas Halu Oleo, Selasa (2/5/2017) siang, menyuarakan tiga tuntutan untuk direalisasikan pihak universitas.

Mahasiswa menuntut realisasi janji Wakil Rektor II, Hilaluddin Hanafi, terkait dengan penurunan Uang Kuliah Tunggal (UKT) bagi mahasiswa yang layak mendapatkannya. 

“Tahun lalu (2016) WR II sampaikan bahwa mahasiswa bisa diturunkan UKT-nya dengan melakukan komplain melalui fakultas masing-masing. Tapi sampai hari ini belum ada kejelasan evaluasi UKT, padahal banyak berkas keluhan terkait ini yang menumpuk di rektorat,” beber Muhammad Rasyidul selaku perwakilan massa aksi. 

Menurutnya, penetapan UKT sebelumnya di tahun 2015 dan 2016 yang tanpa adanya survey menjadi penyebab banyaknya komplain masuk ke pihak rektorat. Ia mengkhawatirkan jika di tahun 2017 ini juga belum dilakukan evaluasi UKT, akan berefek pada penetapan UKT pada mahasiswa baru kembali. 

“Kalau (UKT) ini tidak dievaluasi, jangan sampai penerimaan mahasiswa baru tahun (2017) ini,  penentuan UKT tanpa ada survey di lapangan lagi.  Akibatnya mahasiswa baru bisa dieksploitasi lagi,” terang mahasiswa FIB ini.

Tuntutan selanjutnya yang disuarakan terkait status tiga fakultas yang dianggap mereka masih ilegal. Fakultas Ilmu Administrasi, Fakultas Teknologi Industri Pangan, dan Fakultas Teknologi Ilmu Kebumian.

Mereka juga memprotes peraturan rektor di masa Usman Rianse pada tahun 2013 yang dianggap menekan kebebasan mengeluarkan pendapat di kampus. “Kalau mau demonstrasi harus seizin dekan,  kalau tidak akan didrop out. Ini kan repreaif sekali seperti orde baru saja,”

Menanggapi ketiga hal tersebut, Wakil Rektor III, La Ode Ngkoimani, saat menerima massa aksi mengaku akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan Plt. Rektor UHO Supriadi Rustad dan Wakil Rektor II Hilaluddin Hanafi. 

Terkait fakultas yang dianggap ilegal, La Ode Ngkoimani mengatakan tak ada fakultas yang ilegal. Menurutnya, yang ada adalah fakultas definitif dan fakultas internal. “Bahasa ilegal dan legal itu yang menentukan kementerian,” katanya. 

Sementara terkait dengan peraturan rektor, La Ode Ngkoimani memberikan ruang kepada mahasiswa untuk mengajukan dan mengusulkan perubahan terhadap poin yang tidak disepakati dan merugikan mahasiswa. 

Tak puas dengan jawaban yang diterima, mahasiswa meminta tuntutan mereka dikirimkan ke Plt. Rektor melalui pesan whatsapp. Namun, La Ode Ngkoimani mengaku sejak dua hari terakhir dia kehilangan nomor kontak Supriadi Rustad karena handphonenya diinstal ulang. 

Mahasiswa yang memenuhi Lantai III rektorat UHO sotak berteriak dan mengatakan hal itu hanya akal-akalan La Ode Ngkoimani. Akan tetapi ia kembalo meyakinkan mahasiswa. “Nomornya Plt.  Rektor tidak ada sama saya. Kalau tidak percaya silahkan cek di tempat instalnya,” katanya dengan nada suara yang sedikit naik. 

Tak kehabisan akal, mahasiswa lalu menanyakan nomor Supriadi Rustad ke salah satu pegawai yang juga hadir di dalam ruangan, tetapi ia mengaku tak mempunyai nomor Plt. Rektor UHO tersebut. 

La Ode Ngkoimani kembali meyakinkan mahasiswa kalau dirinya tetap akan menyampaikan tuntutan mereka ke Plt. Rektor UHO ketika sudah memiliki nomornya. Namun,  mahasiswa kembali menolak dan terus berusaha mencari nomor yang dimaksud ke Staf Plt.Rektor UHO dengan mendatangi ruangannya.  Namun, sekali lagi hasilnya nihil. 

Mereka lalu menanyakan nomor tersebut ke Humas UHO, Maulid. Meski Maulid mempunyai nomor tersebut, tetapi ia enggan memberikan karena menurutnya harus seizin Supriadi Rustad terlebih dahulu. Mahasiswa lalu meneriaki jawaban tersebut. 

Lama terjadi tarik ulur, akhirnya Maulid dan La Ode Ngkoimani mengalah dan mengirimkan foto selebaran tuntutan mahasiswa tersebut kepada Plt. Rektor dengan disaksikan mahasiswa. 

Pasca itu, mahasiswa kembali mempertegas kepastian waktu mereka dapat bertemu Plt. Rektor untuk menyampaikan tuntutan tersebut secara langsung. 

“Kalau sudah di Kendari dan ketemu beliau akan saya sampaikan secepatnya,” kata La Ode Ngkoimani meyakinkan mahasiswa. 

Sebelum ke Rektorat UHO,  para mahasiswa sempat menggelar aksi di depan kampus UHO,  lalu melakukan konvoi di dalam kampus, kemudian berorasi di depan fakultas yang dianggap mereka ilegal, sampai akhirnya diterima di Aula Lantai III Rektorat UHO.

  • Bagikan