Mandi Kembang dan Kacang Jodoh

  • Bagikan
Foto: Dr. Sumiman Udu, S.Pd., M.Hum (Foto: Dok.pribadi)
Foto: Dr. Sumiman Udu, S.Pd., M.Hum (Foto: Dok.pribadi)

SULTRAKINI.COM: WAKATOBI – Dalam sejarah kacang jodoh, anak-anak muda Wakatobi banyak terhibur dengan berbagai kejadian pada tradisi kacang jodoh. Hal ini disebabkan karena persaingan cinta di kacang jodoh terkadang tidak dapat dihindari. Maka konon kabarnya, ketika persaingan itu terjadi, maka seorang anak muda harus melakukan mandi kembang demi memenangkan kacang jodoh besok malamnya.

Persaingan ini, bukan hanya terlihat dari banyaknya uang, tetapi juga berkaitan dengan kemampuan seorang pemuda dalam memikat hati sang gadis. Di sinilah persaingan itu dimulai. Konon kabarnya, di bulan puasa Mahasiswa dan seorang perantau bersaing pada seorang gadis yang di bulan puasa menjual kacang jodoh.

Kemampuan komunikasi yang dimiliki mahasiswa terus terang dapat mengalahkan anak muda yang merantau walaupun banyak uangnya. Tetapi karena orang tua gadis itu lebih suka dengan motor ninja milik anak muda yang baru pulang dari Malaysia itu, menyebabkan sang gadis selalu melayani yang punya motor ninja. Sedangkan mahasiswa ini hanya mengandalkan kemampuan merayu, tetapi akhirnya ia tersingkir. Si gadis lebih banyak memilih untuk melayani temannya yang memiliki ninja, karena juga sesuai dengan selera orang tua. Apa lagi sudah dijanji oleh si pemuda untuk jalan-jalan di saat lebaran nanti. “Kalau kau setuju, saya akan datang memboncengmu saat lebaran nanti,” kata si pemuda. Sang gadis tersipu, sementara ibunya senyum-senyum dari belakang.

Saat itulah, pemuda yang masih kuliah di salah satu univeritas di Kendari itu mundur secara teratur. Namun ia tidak berhenti sampai di situ. Ia pulang dan mencari temannya untuk mencari orang tua agar mandi kembang demi si gadis.

“Itu kau dikerjain itu dengan doa, tidak semata-mata kau kalah karena motor ninjanya,” bisik temannya.

Sang mahasiswa itu, terpangaruh dengan perkataan temannya. Akhirnya ia berkata, “Begini saja, bagaimana kalau kita pergi cari orang tua agar saya dikasi mandi,” pintanya pada temannya.

Muncul pikiran licik pada temannya. “Ada temanku yang bisa membuat Wa Anu itu jatuh cinta, Bos,” bisiknya.

“Dimana?, temanku yang kuliah di Kendari juga. Dia itu pintar, apalagi sudah ditolak dan dipermalukan begitu, pasti mampan permainannya bos 2.

“Kalau begitu, kita harus temui beliau,” kata mahasiswa itu. Singkat cerita, sang mahasiswa rela mandi tengah malam, duduk di atas batu cadas, dengan menggunakan kulit kerang mandi satu ember air. Di dalam hati, teman mahasiswa itu, tersenyum dan berkata, “Betapa dinginnya kau bos, semestinya kau harus pintar merayu, masa kau kalah dengan dengan rayuan motor ninja. Mahasiwa seharusnya mampu memberikan harapan demi masa depan. Karena cinta itu harus diperjuangkan, jangan main dukun,” pikirnya dalam hati.

Bersambung……..

 

 

Penulis: Dr. Sumiman Udu, S.Pd., M.Hum.

  • Bagikan