SULTRAKINI.COM: KENDARI – Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Sulawesi Tenggara dicoret-coret dan disegel sejumlah demonstran. Akibatnya sejumlah kaca jendela, pintu, dan logo KPU dipenuhi cat berwarna merah.
Bahkan Pintu Sekretariat KPUD Sultra ditutup dan dipaku oleh sejumlah demonstran, yang menggelar aksinya, Selasa (11/10/2016) siang.
Menanggapi kejadian ini, Ketua KPUD Sulawesi Tenggara, Hidayatullah, menyayangkan sikap aparat yang tidak mengantisipasi kejadian yang menimpa kantornya.
“Polisi apa tugasnya kok hanya lihat-lihat begitu saja. Mestinya harus tanggap dengan kondisi demikian jangan diam saja,” keluh Hidayatullah di Sekretariat KPUD Sulawesi Tenggara, Selasa (11/10/2016) siang.
Ia mempertanyakan aparat kepolisian yang berada di lokasi cenderung membiarkan demonstran memasuki setiap ruangan di Sekretariat KPUD Sulawesi Tenggara. “Kenapa dibiarkan. Kalau mereka anarkis bagaimana. Ini salah satu tempat vital negara tidak bisa diperlakukan begini,” kata Dayat – sapaan akrab Hidayatullah.
Sebagai alat negara, kata Dayat, mestinya polisi mengamankan semua tempat vital yang menjadi milik negara. “Polisi itu alat negara, jangan hanya kantornya yang dijaga. Semua kantor negara mestinya dijaga karena sudah tugasnya,” ujarnya.
Dayat merasa keberatan atas lemahnya pengamanan yang dilakukan oleh pihak kepolisian. Sebab, katanya, demonstran dengan bebas memperlakukan kantornya demikian. Akibat perlakuan demonstran tersebut, lanjut Dayat, pihaknya harus membersihkan sejumlah titik yang dicoret.
“Saya tersinggung dengan keamanan di sini yang hanya melihat-lihat saja kantor kami dibuat begini. Akhirnya kami harus membersihkan lagi apa yang sudah diperbuat demonstran,” ketus Dayat.
Ia meminta Kapolda untuk melakukan evaluasi terhadap bawahannya yang menjalankan tugas pengamanan. “Kalau begini modelnya Kapolda harus breafing kembali aparatnya di bawah bagaimana penanganan demonstran,” kata Dayat.