Membaca Peta Politik Pasca Kemenangan Zulkifli Hasan

  • Bagikan
Emrus Sihombing. (Foto: Istimewa)

Oleh: Emrus Sihombing (Direktur Eksekutif
Lembaga EmrusCorner)

SULTRAKINI.COM: Zulkifli Hasan alias Zulhas terpilih kembali menjadi Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) periode 2020-2025, sebagaimana saya prediksi sehari sebelumnya yang dimuat di beberapa media massa online terkemuka di tanah air.

Pasca kemenangan tersebut, sangat menarik membaca peta politik di internal PAN dan dinamika politik nasional.

Pada politik internal di PAN, pasca kemenangan Zulhas, suhu politik di Kongres PAN V hampir dapat pastikan akan menurun drastis. Para faksi dan aktor politik akan melakukan komunikasi politik yang sejuk dalam rangka berbagi peran dalam struktur kepegurusan partai.

Sebab, sebagai aktor politik, mereka tidak lepas dari keinginan “berkuasa” di internal partai. Karena itu, para pihak akan mencoba mendekatkan diri dengan Zulhas sebagai Ketum terpilih. Sementara Zulhas akan berusaha semaksimal mungkin menempatkan anggota atau kader partai di struktur organisasi partai yang dapat menjabarkan dan menjalankan kepetingan politik Zulhas yang dipadukan dengan perjuangan politik PAN sebagai partai politik yang berkompetisi dengan partai lain dalam suatu kontestasi politik.

Bahkan para aktor politik yang tidak memilih Zulhas sebagai Ketum dipastikan akan melakukan kalkulasi politik secara matang dengan meleburkan diri. Atas kalkulasi itu, mereka menilai, akan lebih menguntungkan baginya bila menjadi bagian dari garis politik Zulhas.

Karena itu, dari sekarang hingga selesai kongres, para aktor politik akan menunjukkan perilaku komunikasi politik yang inline dengan garis politik Zulhas. Itu dapat dilihat dari pesan komunikasi politik yang dilontarkan yang memposisikan Zulhas sebagai pemimpin yang memiliki “good leader”.

Bagaimana dengan fenomena politik nasional pasca keterpilihan Zulhas pada periode kedua ini? Dinamika politik di eksternal PAN (nasional) akan berpotensi mengulang sejarah.

Pada Pilpres 2014 yang lalu, PAN tidak berada di kubu Jokowi-JK, tetapi pengusung Prabowo – Hattarajasa. Namun setelah kemenangan Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil presiden, PAN berputar arah menjadi pendukung Jokowi-JK yang berujung mendapat kursi di kabinet setelah reshuffle.

Di bawah kepemimpinan Zulhas di PAN pada periode kedua ini, sangat terbuka lebar PAN akan menjadi bagian pendukung pemerintahan Jokowi-Maruf Amin. Tentu konsekuensi logis politik, PAN bepeluang lagi mendapat kursi di kabinet Jokowi-Maruf Amin.

Penempatan kader PAN di kabinet, Jokowi tidak harus melakukan reshuffle kabinet. Masih ada jabatan baru kementerian yang sangat dibutuhkan di negeri ini, yang belum ada sampai sekarang yaitu Kementerian Inspektorat Kementerian dan Lembaga Pemerintah yang tugas utamanya melakukan pengawasan secara ketat dan tindakan pencegahan korupsi di semua instansi pemerintah.

Jadi, semua inspektorat yang ada di kementetian disatukan dalam suatu kementerian. Jabatan menteri ini sangat pantas diberikan kepada Zulhas karena pernah menjadi anggota kabinet dan Ketua MPR-RI. Pengalaman ini sangat mumpuni melakukan perencanaan dan eksekusi pengawasan serta pencegahan korupsi di seluruh instansi pemerintah, mulai dari pusat hingga ke desa-desa.

  • Bagikan