Membangun Indonesia dari Desa, Prof Masihu MoU dengan UMM

  • Bagikan
Presiden 4-H Indonesia Prof. Dr. La Ode Masihu Kamaluddin jabatangan dengan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Drs Fauzan M.Pd disaksikan Direktur Sarana Prasarana Perdesaan Ditjen PPMD Keme

SULTRAKINI.COM: MALANG — Presiden 4-H Indonesia Prof. Dr. La Ode Masihu Kamaluddin menandatangani nota kesepahaman kerja sama dengan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Drs Fauzan M.Pd untuk mengembangkan smart village di Provinsi Jawa Timur, di Aula Kampus UMM, Jumat (3 Maret 2017) sore.

Penandatanganan MoU disaksikan Direktur Sarana Prasarana Perdesaan Ditjen PPMD Kementerian Desa PDT dan Transmigrasi Dr. Gunalan. Dari pihak 4-H Indonesia dihadiri Vice President Ooy Haerudin serta jajaran pengurus lain seperti, Sekjen Randy Rinaldy dan Bendahara Muh Ilyas sedangkan dari pihak UMM dihadiri sejumlah petinggi universitas dan fakultas setempat.

4-H merupakan organisasi internasional berpusat di Kanada yang didirikan di Amerika Serikat pada tahun 1902 oleh A.B Graham untuk pengembangan dan pemberdayaan pemuda di seluruh dunia.

UMM merupakan kampus ke dua di Indonesia yang menjalin kerja sama dengan organisasi  yang beranggotakan 70 negara tersebut. Lima hari sebelumnya, menjalin kerja sama dengan Universitas Lakidende (Unilaki) di Unaaha Sulawesi Tenggara.

Kerjasama dengan Unilaki telah melahirkan Unilaki Smart Village (On Farm Program) melibatkan empat kabupaten, yakni Kolaka Timur, Konawe Selatan, Konawe Utara, dan Konawe sebagai induk. Di sini, sebanyak 120 ribu Ha lahan akan dikembangkan dalam empat bidang usaha, yakni sawah, peternakan sapi, green house untuk menanam tomat dan cabai, serta tourism. 

“Dalam program itu, pendapatan per kapita warga bisa mencapai Rp 6,6 juta per kepala keluarga dalam sebulan,” jelas Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Unilaki, Rudi Aziz ketika mempresentasekan konsep Smart Village di kampus UMM.

Prof La Ode Masihu Kamaluddin menjelaskan organisasi 4-H mempunyai tugas mengajak generasi muda untuk membangun negaranya, yang dimulai dari desa. Model semacam ini telah dipraktikkan di banyak negara Eropa, Amerika, Jepang, Korea, dll. “Terus terang ini bukan original Indonesia,” kata Prof Masihu.

Konsep yang dikembangkan adalah smart village yang intinya adalah membantu warga miskin terlebih dahulu dengan penghasilan ekonomi tertentu yang dikerjakan oleh perguruan tinggi, dalam hal ini perguruan tinggi swasta dianggap lebih fleksibel.

Rektor UMM Fauzan menyambut baik program tersebut, apalagi kampus tersebut selain menjalankan fungsi akademik juga telah memiliki sebanyak 15 unit bisnis, seperti BPR Syariah, bengkel mobil dan motor, rumah sakit, SPBU, toko buku, dan PLTMH.

PLTMH adalah pembangkit listrik tenaga air, memanfaatkan aliran sungai Brantas yang melintasi kampus UMM dengan menyegerakan generator berdaya hingga 500 KW (kilo watt).

Sementara itu, Direktur Sarana Prasarana Perdesaan Ditjen PPMD Kementerian Desa PDT dan Transmigrasi Dr. Gunalan menyambut baik kerja sama H-4 Indonesia dengan perguruan tinggi guna membangun desa. “Ini penting untuk mendorong otonomi desa,” kata Gunalan dalam sambutan penandatangan MoU 4-H Indonesia dan UMM. Bentuk keseriusan Gunalan pun ditunjukkan saat menghadiri Mou antara 4-H Indonesia dan Unilaki di Unaaha, hari Minggu (26/2/2017).

Gunalan menyinggung alokasi dana desa yang saat ini mencapai Rp 1,4 miliar per desa akan ditingkatkan menjadi Rp 2,8 miliar pada tahun 2018. Dalam hubungan inilah otonomi desa atau masyarakat akan didorong melalui program yang di-link dengan perguruan tinggi.

Laporan: M Djufri Rachim

  • Bagikan