Memilih Jalan Dakwah (Refleksi Milad ke 71 Tahun Prof. H. Mahmud Hamundu)

  • Bagikan
Penulis bersama Prof H Mahmud Hamundu. Foto: Dok Pribadi.

Oleh: Jumwal Saleh (Ketua KPU Kota Kendari)

“Dalam hidup, selalu ada pilihan. Dan konsekwensi dari sikap dan pilihan itu akan menjadi arah jalan hidup selanjutnya,” demikian kata mantan Rektor Unhalu, Prof. Ir. H. Mahmud Hamundu, M.Sc., yang membeberkan pentingnya menentukan pilihan dalam hidup.

Prof. Mahmud Hamundu ketika usai mencapai puncak karirnya, menjadi rektor dua periode dan  Komisaris Independen PT Antam Tbk, tahun 2008 silam, Prof. Mahmud  memilih mengabdikan dirinya memakmurkan masjid.

Bang Mahmud —biasa kami memanggilnya, memilih jalur dakwah, berjalan dari desa ke desa, dari satu kota ke kota lainnya, mengetuk pintu-pintu rumah umat muslim, mengajak mereka untuk datang berjamaah ke masjid.

Melalui organisasi Dakwah yang dia pimpin, Pengurus Wilayah Jamaah Tabligh Sultra   Prof. Mahmud bersama rekan-rekannya melakoni  khuruj ke beberapa daerah bersilaturahim sekaligus berdakwah bagi umat muslim. Bang Mahmud bersama jamaahnya terbiasa tidur di masjid walaupun hanya beralas tikar.

Padahal usai menjabat rektor, banyak parpol yang mengajak Bang Mahmud  untuk bergabung menjadi calon anggota DPR-RI, dan peluangnya cukup besar. Juga bisa menjadi calon anggota DPD-RI, juga peluangnya besar untuk terpilih. Atau jabatan pada lembaga formal lainnya.

Lalu mengapa memilih masjid? Prof. Mahmud menceritakan, dia membaca beberapa buku termasuk sejarah perjalanan hidup para Nabi, bahwa para mereka itu dicaci, dihinakan, ada juga yang miskin, hingga diuji dengan penyakit, tapi kemudian mereka diagungkan dan dikenang sepanjang masa.

“Saya sudah diskusikan dengan keluarga, istri, dan anak-anak. Saya sudah shalat istikharah, Allah memilihkan masjid sebagai ladang pengabdianku selanjutnya,” cerita Bang Mahmud dalam suatu kesempatan kepada saya.

Prof. Mahmud menengaskan, jika memilih mengejak akhirat maka kehidupan dunia tetap akan didapat, nilai-nilai sosial, penghargaan, akan tetapi kita dapat. Tetapi jika hanya mengejar dunia, maka akhirat belum tentu kita dapatkan.

Prof. Mahmud kemudian mengutip sebuah hadist “Dengan mengejar akhirat, maka dunia akan mengikutimu dengan mudah. … Sedangkan, barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai puncak cita-citanya, maka Allah akan ringan kan urusannya, lalu Allah isi hatinya dengan kecukupan, dan rezeki duniawi mendatanginya padahal ia tak minta” (HR. Al-Baihaqi dan Ibnu Hibban).

Apakah tidak sulit bagi Prof, melakoninya, mengubah kelompok relasi yang selama ini dia bangun? Di mana selama ini dikenal memiliki pergaulan dengan tokoh-tokoh intelektual, politisi, bahkan tokoh bangsa. Pergaulan dengan kelompok-kelompok ini terbangun sejak dia masih muda, baik di HMI, KNPI, dan Golkar.

Lalu bergaul bahkan hidup bersama dengan jamaah, yang tidak sedikit dari kalangan bawah? “Tidak,” tegas Prof Mahmud. Menurutnya, sebuah rahmat dari Allah hidup dalam komunitas dakwah yang memiliki ikatan iman dan persaudaraan yang kuat.

“Sepanjang kita ikhlas untuk agama maka akan mendapatkan nikmatnya. Persaudaraan seimanlah yang paling kuat, paling indah, dan nikmat,” ujar Mahmud.

Dunia dakwah, bagi Prof. Mahmud sebenarnya bukanlah hal baru. Sejak menjadi mahasiswa Unhas dan aktif di HMI Cabang Ujung Pandang, Mahmud muda bersama rekan-rekannya selalu mengisi waktu liburan dan bulan Ramadhan dengan melakukan safari Ramadhan di pelosok Sulsel.

Aktivitas ini dia teruskan setelah diangkat menjadi dosen, anggota DPRD Sultra, hingga Rektor Unhalu dua periode dan menjabat Ketua ICMI Orwil Sultra. Dia aktif mengisi ceramah di masjid-masjid dalam Kota Kendari dan daerah lain di Sultra.

Dalam gerakan dakwah itu, Prof. Mahmud tak pilih-pilih untuk mengandeng organisasi lainnya. Suatu hari, saat saya menempati posisi staf khusus beliau di bidang komunikasi publik (2002-2008), saya dipanggil Prof. “Saya baca di koran kamu melakukan safari Ramadhan?,” tanya Prof Mahmud. “Iya Bang, saya bersama pengurus KNPI Kota Kendari, melakukan safari Ramadhan. Kebetulan Kanwil Depag memberi bantuan kami 50 buah Alquran untuk kami bagi,” jawabku.

Saat itu saya menjabat Ketua DPD KNPI Kota Kendari, saat bulan Ramadhan, bersama pengurus menggelar program Safari Ramadhan di sejumlah masjid dalam Kota Kendari.

“Besok malam, kita jalan bersama, KNPI Kota Kendari bersama ICMI Sultra. Saya ikut jadwalnya kalian, jadi mana masjid yang kalian sudah tunjuk, di situ saya ikut,” katanya.

Akhirnya program itu benar-benar jadi kolaborasi. Bahagianya, dalam perjalanan itu, saya selalu diajak berdua di mobil Prof. Setiap dalam perjalanan pergi dan pulang ke masjid, Prof. selalu memberikan wejangan dan juga ilmu kepemimpinan beliau.

Beliau tampil sebagai penceramah di kegiatan safari Ranadhan KNPI Kota Kendari, dan saya diberi kesempatan memberikan sambutan. Lalu beliau memberikan infak berupa dana kepada pengurus masjid, saya menyerahkan infak Alquran.

*

 Gerakan dakwah bagi Prof. Mahmud sudah menjadi bagian dari hidupnya. Menurut dia, banyak mendapat hal-hal luar biasa dari Allah Swt, setelah melakoni gerakan dakwah. Dia pernah menderita penyakit jantung bahkan operasi bypass jantung, namun dia bisa melewatinya dengan baik.

Di usianya yang sudah lanjut, Prof. Mahmud tetap kuat menjalankan gerakan dakwahnya. Baik dalam wilayah Sultra, juga pernah melakukan perjalanan dakwah (khuruj) di beberapa daerah di Indonesia, bahkan di sejumlah negara di Asia dan Timur Tengah.

Sebagai mantan Rektor Unhalu dua periode, sangat mendukung dalam gerakan dakwahnya, karena hampir semua daerah bahkan hingga ke pelosok, saat melakukan perjalanan dakwa, selalu ada alumni Unhalu yang dia temui.

“Biasa tiba-tiba ketemu di jalan, di masjid, atau kita ketuk rumah warga, begitu membuka pintu rumahnya dia kaget, karena dia mengenal saya. Eh Prof, kaget menyambut saya, padahal saya tidak kenal mereka,” katanya.

Dengan kondisi seperti itu, kata Prof. Mahmud, dia banyak mendapat kemudahan dalam menjalankan misi dakwahnya. Biasanya tiba-tiba ada yang datang membawakan makanan di masjid yang mereka singgahi, atau mereka mengajak makan di rumahnya.

Di kalangan pejabat pun juga seperti itu. Suatu waktu, Prof. Mahmud bersama jamaahnya melakukan khuruj di suatu daerah. Saat hari Jumat, bupati daerah itu datang shalat di masjid di mana Prof Mahmud sedang khuruj, dan oleh pengurus masjid, mengajak Prof. Mahmud menjadi khatib. Pak bupati kaget bertemu Prof. Mahmud di masjid itu. Usai pelaksanaan shalat Jumat, Prof. mengajak  Pak bupati berbincang-bincang sekaligus menjelaskan aktivitas dakwah yang dilakoninya.

Pada kesempatan kemudian, Pak bupati mengundang Prof. Mahmud untuk berkunjung di rujabnya. Prof. Mahmud memenuhi undangan itu, dijamu makan malam, bahkan diajak untuk nginap di rujab bupati saja. Namun dengan halus Prof. menolak, bahkan sebaliknya mengajak Pak Bupati ikut bersama-sama mereka melakukan khuruj, mendakwahi masyarakat, tidur di masjid, untuk melaksanakan itikaf.

Begitulah aktivitas Prof. Mahmud saat ini, lebih banyak dihabiskan waktunya di masjid, atau melaksanakan perjalanan dakwa dari masjid ke masjid. Melalui organisasi dakwah yang dia pimpinan, mereka sedang membangun masjid konstruksi dua lantai dengan ukuran lebih luas dari Masjid Agung Al Kautsar, yakni Baitul Muslimin, Lepo Lepo Kendari.

Prof. Mahmud juga bersama keluarga, khususnya istri tercinta Almarhumah Hj. Murni Binti Dioe Alwi melalui Yayasan Sabilil Mutaqien mendirikan pesantren tahfidz Alquran di lingkungan rumahnya di Jl. P. Antasari Anduonohu Kendari. Saat ini pesantren tersebut mengasuh 76 santri usia SD hingga SMP.

Pesantren yang dikelola Prof. Mahmud dan keluarga sudah menamatkan tiga angkatan. Pada angkatan pertama, santri yang berasal dari berbagai daerah di Sultra dibebaskan dari seluruh biaya.  “Apa yang mereka (santri), itulah juga yang kami makan, karena dapur untuk santri menyatu dengan dapur keluarga kami,” katanya.

Saat ini Prof. Mahmud sedang merencanakan pengembangan pesantrennya, akan membangun pesantren khusus putra bersama masjid sebagai pusat pendidikan agama, dan juga bisa dipakai masyarakat sekitar untuk tempat ibadah. Dia sudah mewakafkan tanah miliknya seluas kurang lebih satu hektar untuk lokasi pembangunan pesantren dan masjid tersebut, lokasinya tepat di hadapn rumahnya.

Semoga Prof. Mahmud Hamundu selalu sehat, umur yang berkah, dan bahagia bersama keluarga. Hari ini, 71 tahun yang lalu, Prof. H. Mahmud Hamundu dilahirkan di Desa Kabangka Kabupaten Muna, anak pasangan La Batoa dan Wa Fiiny Opi.

Selamat Milad  ke 71 Tahun Prof.

  • Bagikan