SULTRAKINI.COM: Langit Kendari tampak cerah. Sebuah momentum penting tengah berlangsung di SMA Negeri 4 Kendari, sebuah sekolah yang selalu bersemangat dalam melibatkan siswanya dalam berbagai kegiatan positif. Pada 6 September 2024, aula besar sekolah tersebut menjadi saksi pertemuan yang akan meninggalkan kesan mendalam bagi 100 siswa-siswi pemilih pemula yang hadir. Mereka adalah generasi muda yang baru saja menginjak usia 17 tahun, usia yang penuh semangat, tetapi juga berhadapan dengan tantangan besar dalam menghadapi dunia yang semakin kompleks, terutama di era digital ini.
Di tengah sorak-sorai dan tawa riang para siswa, acara Sekolah Kebangsaan yang diselenggarakan oleh program Tular Nalar dimulai. Program ini merupakan buah dari kerjasama antara Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Love Frankie, dan Google.org. Tujuannya satu: menanamkan nilai-nilai literasi digital dan demokrasi di kalangan anak muda, terutama bagi mereka yang sebentar lagi akan memberikan suara dalam Pemilu 2024.
Acara dimulai dengan sambutan dari Wa Ode Nur Iman, dari Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Kendari. Dengan tutur kata yang tenang namun tegas, ia menjelaskan betapa pentingnya peran generasi muda dalam proses demokrasi. Para siswa yang awalnya terlihat bercanda di antara mereka sendiri, mulai terdiam dan mendengarkan dengan saksama. Ada sesuatu yang berbeda dalam cara Nur Iman berbicara; ia tidak hanya memberikan sambutan, tetapi juga menekankan tanggung jawab moral yang melekat pada hak suara. Suaranya menggema di aula, mengingatkan mereka bahwa masa depan demokrasi Indonesia, sebagian, ada di tangan mereka.
“Saat kalian memberikan suara,” ujar Nur Iman, “kalian bukan hanya memilih pemimpin, tetapi juga menentukan arah bangsa ini. Demokrasi adalah tentang tanggung jawab, dan kalian, sebagai pemilih muda, memiliki peran yang sangat penting.”
Di sela-sela penyampaian materi, beberapa siswa tampak bertukar pandang. Mungkin mereka belum sepenuhnya menyadari bahwa masa depan bangsa juga ada dalam genggaman mereka. Namun, semakin acara berlangsung, semakin terasa bahwa benih-benih kesadaran mulai tumbuh di benak mereka.
Peran Fasilitator dalam Meretas Jalan Literasi
Sepuluh fasilitator dari Mafindo, yang sebagian besar adalah sukarelawan muda penuh semangat dari Kota Kendari, menjadi kunci dalam penyelenggaraan acara ini. Mereka membagi siswa ke dalam sepuluh kelompok kecil, di mana setiap kelompok mendapat kesempatan untuk mendalami materi yang telah disiapkan dengan cermat. Mulai dari digital citizenship, pemilu dan pilkada, hingga etika bersosial media—semua dijelaskan dengan cara yang menarik dan interaktif.
Menurut survei Katadata Insight Center (KIC) dan Kominfo pada tahun 2021, 60% Gen Z di Indonesia memiliki tingkat literasi digital yang cukup tinggi. Namun, tidak sedikit dari mereka yang masih asing dengan konsep berdemokrasi dan menjadi netizen yang bijak. Tular Nalar ingin mengubah itu. Mereka ingin agar para pemilih muda ini tidak hanya melek teknologi, tetapi juga paham tentang pentingnya kontribusi mereka dalam demokrasi digital. Survei Microsoft pada 2021 menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-29 dari 32 negara dalam hal Safety and Interaction Online dengan skor Digital Civility Index sebesar 76. Fakta ini menjadi pengingat bahwa jalan panjang masih harus ditempuh.
Ketika fasilitator berbicara tentang bagaimana informasi palsu atau hoaks dapat mempengaruhi keputusan politik seseorang, banyak siswa mulai mengajukan pertanyaan. Mereka mulai bertanya tentang bagaimana cara membedakan antara informasi yang benar dan yang menyesatkan. Para fasilitator, dengan penuh kesabaran, membimbing mereka untuk menggunakan tools verifikasi fakta dan mengajak mereka berdiskusi mengenai dampak buruk penyebaran hoaks dalam masyarakat.
Mencetak Generasi Tangguh di Dunia Digital
Tular Nalar tidak hanya fokus pada anak muda. Program ini juga merangkul lansia melalui Akademi Digital Lansia (ADL), namun fokus utamanya adalah mempersiapkan generasi pertama pemilih, seperti yang hadir di SMA 4 Kendari hari ini. Mereka dilatih agar dapat menghadapi tantangan polarisasi politik dan dunia digital yang semakin tajam dengan menjadi netizen yang tanggap dan tangguh.
Fera Tri Susilawaty, yang bertanggung jawab atas kegiatan ini, menjelaskan bahwa program ini tidak akan berhenti di Kendari. “Ini hanyalah bagian kecil dari rangkaian pelatihan yang akan kami laksanakan di 37 provinsi di seluruh Indonesia,” ungkapnya dengan semangat. Ia yakin bahwa dengan dukungan dari Love Frankie dan Google.org, program ini dapat memberikan dampak yang nyata bagi generasi muda di seluruh nusantara.
Marsia Sumele G., koordinator wilayah Mafindo Kendari, juga menegaskan bahwa pendidikan literasi digital ini bukan hanya soal teknologi. “Ini adalah soal membangun kesadaran. Kami ingin mereka tahu bahwa mereka bisa menjadi agen perubahan—baik di dunia nyata maupun di dunia digital.”
Menghadapi Pemilu 2024 dengan Kesiapan
Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ketiga di dunia dengan lebih dari 273 juta penduduk. Dari jumlah tersebut, lebih dari 44 juta jiwa adalah generasi Z, rentang usia 13-24 tahun. Data dari Kemendagri pada 31 Desember 2021 ini menunjukkan bahwa ada potensi besar yang harus digarap. Gen Z memiliki pengaruh signifikan dalam Pemilu 2024, dan Tular Nalar ingin memastikan bahwa mereka siap untuk menghadapi tantangan demokrasi dan digitalisasi.
Siang itu, menjelang salat Jumat, ketika acara Sekolah Kebangsaan berakhir, wajah-wajah lelah namun puas terlihat di antara para siswa. Mungkin tidak semua dari mereka sepenuhnya menyadari perubahan yang terjadi dalam diri mereka hari itu. Namun, langkah kecil ini adalah awal dari perjalanan panjang menuju pemahaman yang lebih mendalam tentang demokrasi dan literasi digital. Di tangan mereka, masa depan demokrasi Indonesia kini berada.
Laporan: Frirac