SULTRAKINI.COM: SEMARANG – Dalam rangka mempromosikan Jalur Samudera Cheng Ho untuk para Wisatawan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menyelenggarakan Pesona Budaya Cheng Ho di Semarang. Bekerja sama dengan Pengelola Klenteng Tay Kak Sie, Klenteng Sam Po Kong dan Komunitas Tionghoa Semarang, perhelatan itu akan dilaksanakan mulai tanggal 30 hingga 31 Juli 2016, mendatang.
Tahun lalu, 2015 di peringatan yang sama, Menpar Arief Yahya hadir di kelenteng terbesar di Jateng itu. Bahkan sempat mengenakan baju kebesaran Cheng Ho, bermotif naga warna merah dan hitam. Saat itu juga sampai ke Kelenteng Tay Kak Sie di Gang Pinggir, Kota Lama Semarang.
”Rangkaian kegiatan yang akan digelar antara lain ritual sembahyangan, malam budaya, seminar dan business meeting, serta kirab budaya dari Klenteng Tay Kak Sie ke Klenteng Sam Poo Kong. Ini akan digelar secara meriah. Yuk datang ke Semarang,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Jawa Tengah, Prasetyo Aribowo.
Kata Prasetyo, pada saat kirab nanti berlangsung, ribuan warga akan sangat antusias ikut serta dan memeriahkan acara sejauh 6 kilometer dari satu klenteng ke klenteng lainnya.Perayaan kirab ini memperlihatkan detail-detail bagaimana perjalanan Laksamana Cheng Ho dengan armadanya, termasuk kisahnya saat memutuskan singgah di Semarang. ”Nanti akan membawa patung besar Cheng Ho, sangat menarik acara ini,” katanya.
Seperti diketahui, Semarang ditunjuk sebagai salah satu situs dari sembilan kota yang dilalui oleh ekspedisi Chengho yang kini ditetapkan menjadi jalur Samudra Chengho. Kota-kota yang dilalui yakni Aceh, Batam, Palembang, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Semarang, Cirebon, Surabaya dan Bali.
”Selain itu, saat arak-arakan nanti akan ada juga tampilan 7 kesenian daerah yang mengiringi, sebagai bagian dari fakta kuatnya akulturasi budaya Tiongkok dengan budaya lokal di Jawa Tengah khususnya Semarang,” ujarnya.
Prasetyo juga berharap wisatawan mancanegara terutama dari Tiongkok, serta para pengagum Laksamana Chengho, akan berbondong-bondong mengikuti paket tur wisata ke kota-kota tersebut termasuk ke acara di Semarang.
Seperti diketahui, pencanangan jalur samudra Chengho menjadi tonggak penting sejarah Indonesia. Dari 30 negara yang disinggahi oleh Chengho dalam tujuh kali ekspedisinya selama 28 tahun, lima ekspedisi dihabiskan di Nusantara yang saat itu mulai memasuki peradaban Islam kesultanan Demak. Dengan perhelatan Pesona Budaya Cheng Ho, masih kata Prasetyo diharapkan bisa menambah kunjungan wisatawan, khususnya wisman untuk berkunjung ke Semarang.
Adapun yang melatarbelakangi wisata jalur samudera Chengho untuk misi perdamaian, perdagangan dan adanya persamaan budaya, agama, antar kedua negara. Namun menurut Prasetyo, latar belakang tersebut pun harus seimbang dengan nilai perekonomian, salah satunya lewat pengembangan wisata. ”Wisata kemaritiman dibagi tiga besar, yaitu pantai, laut dan bawah laut. Itu semua harus kita eksplor. Di Indonesia sendiri, untuk wisata pantai baru 60 persen, 30 persen wisatawan main di laut, dan 10 persen yang di bawah laut. Jalur samudra Chengho bisa meningkatkan jumlah tersebut,” harapnya.
Pemerintah Tiongkok sendiri yang akan mengonfirmasi mengenai cerita ekspedisi Tiongkok, sebab ada cukup banyak versi cerita mengenai perjalanan Chengho. Jalur Samudra Chengho dibuat untuk meningkatkan kunjungan turis mancanegara, khususnya Tiongkok.
Konon Laksamana Cheng Ho dan awaknya berlabuh di beberapa tempat, seperti goa yang sekarang disebut Gedong Batu Simongan atau akrab disebut Sam Poo Kong. Mereka juga dikabarkan bermukim di Pelabuhan Semarang yaitu di daerah Simongan dan sepanjang kali Semarang.
Laksamana Cheng Ho bukan hanya tokoh penjelajah bumi yang mashyur, namun juga seorang penyebar agama Islam yang disegani. Namanya sangat legendaris di tengah-tengah peranakan Tionghoa.
Jejak Cheng Ho di Semarang sangat mendalam karena konon keturunan Tionghoa di Indonesia telah bekerja susah payah bersama pribumi untuk membangun Kota Semarang.Tidak hanya itu, ekspedisi Cheng Ho secara garis besar juga berbuah persahabatan dan ilmu pengetahuan. Pada saat kirab berlangsung, para etnis Tionghoa dapat ikut sembahyang di altar besar Sam Poo Kong ataupun meminum air suci di goa petilasan tersebut.
(Kemenpar RI)