Oleh: Sujana
(Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kendari)
“(Perbedaan) antara hamba dan kemusyrikan itu adalah meninggalkan shalat.” (HR. muslim dalam kitab Shahihnya, no. 82; dari hadits Jabir).
Umat yang sangat lucu, bahkan mahluk yang sangat memalukan sekaligus memilukan, jika mengaku umat yang beragama Islam, namun tidak pernah melakukan Shalat. Mengaku bersyahadat namun tidak pernah sujud kepada yang memiliki syahadat. Bahkan akan marah jika dikatakan orang kafir padahal hatinya masih enggan untuk melangkahkan kaki menuju tempat shalat.
Marah jika ada non muslim yang menghina agama Islam, ingin menjadi seorang yang mati syahid bahkan ingin menegakkan Islam yang sesungguhnya, namun shalat saja tidak mau, shalat saja masih pikir-pikir, shalat saja masih menghitung untung rugi.
Padahal jelas tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya, “Tidaklah Aku jadikan jin dan manusia kecuali untuk menyembahKu.” (QS. Adz-Dzariyat: 56). Firman-Nya yang lain “Dan tidaklah mereka disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5).
So, apa alasan menolak Shalat?
Apakah karena telah kelebihan harta sehinggga merasa tidak butuh lagi dengan Allah dan enggan untuk Shalat? Demi Allah! Dari dahulu hingga kini tidak ada manusia manapun yang kekayaannya melebihi Nabi Sulaiman, tetapi ia tetap shalat.
Apakah karena alasan hidup miskin dan serba kekurangan? Demi Allah! Nabi Muhammad SAW pun hidup sebagai orang yang miskin dan sederhana, tetapi beliau tetap beribadah kepada Allah. Kenapa? Apakah karena merasa begitu tampan dan gagah sehingga sibuk dengan kebahagiaan dan pujian orang lain? Demi Allah! Dari dahulu hingga kini belum ada satu manusia yang ketampanan dan kegagahannya melebihi Nabi Yusuf AS.
Mengapa masih beralasan? Apakah karena begitu besarnya duka dan luka, sehingga kita lelah untuk berdoa dan berharap kepada Allah? Demi Allah, tidak ada penderitaan yang lebih berat hingga saat ini selain penderitaan yang telah dialami oleh nabi Ayub AS.
Jadi, seharusnya tidak ada lagi alasan untuk meninggalkan Shalat. Sesungguhnya Shalatlah cara yang diajarkan Nabi Muhammad untuk mendekatkan kita dengan sang pencipta, agar kita terhindar dari segala kemaksiatan, agar kita sanggup menghadapi setiap cobaan yang ada dan mampu bertahan di tengah badai dan lika-liku kehidupan.
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran “Sesungguhnya Shalat itu dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Sedangkan mengingat Allah amat besar (manfaatnya). Allah tahu apa yang kamu perbuat.” (QS. Al-Ankabut:45).
Selain itu, Allah juga berfirman “(Yaitu) orang-orang yang mendirikan Shalat, menunaikan zakat dan yakin akan adanya negeri akhirat, mereka itulah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Luqman: 4-5).
Manusia memang pandai, cerdas dan memiliki segala kelebihan jika dibandingkan dengan mahluk yang lainnya, tetapi kebanyakan manusia lupa bahkan tidak tahu bagaimana caranya bersyukur kepada Allah SWT. Banyak manusia yang lalai dan memilih meninggalkan Allah dengan berbagai macam alasan meskipun dia telah di anugerahi Allah dengan berbagai macam kenikmatan.
Mengapa banyak generasi muda yang akhirnya rusak moral dan akalnya, mengapa banyak generasi yang tumbuh menjadi pemimpin yang tidak amanah? Salah satu faktornya ialah karena kurangnya pengajaran dan penerapan shalat dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam masyarakat atau bahkan dalam lingkungan terkecil yaitu keluarga. Padahal Allah telah memperingatkan “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At-Tahrim: 6).
Peringatan yang sebenarnya tajam ini perlu disebarluaskan, dihayati, dan dipegang benar-benar, dengan penuh kesadaran, agar tidak terjadi tragedi yang telah menimpa kaum Bani Israil, yaitu generasi jelek, bobrok, meninggalkan shalat dan mengikuti syahwat.
Wallahu a’lam Bish-shawab.