Istighfar artinya meminta maghfirah dari Allah. Maghfirah berasal dari kata ghafara yang maknanya menutupi dan memaafkan. Artinya, ketika seseorang beristighfar, ia minta kepada Allah agar dosanya ditutupi sehingga tidak ada orang lain yang mengetahuinya, sekaligus dimaafkan sehingga terbebas dari sanksi.
Kata istighfar sering digunakan dalam pengertian taubat. Keduanya sama-sama memiliki pengertian kembali kepada Allah dan harapan agar Allah menghilangkan apa-apa yang tidak baik. Hanya saja, istighfar berupa permohonan lisan seorang hamba, sedangkan taubat berupa usahanya.
Ketika lafazh istighfar disebutkan secara independen, ia juga berarti taubat. Namun saat disebutkan secara beriringan (seperti dalam QS. Hud: 3 dan 52), masing-masing memiliki makna lebih spesifik. Sebab dalam istighfar terkandung permintaan agar Allah melindungi kita dari kejahatan yang telah lalu akibat dosa-dosa kita. Sedangkan taubat berarti kembali kepada Allah dan minta dilindungi dari kejahatan yang akan datang akibat dosa-dosanya.
selain itu ternyata istighfar juga menyimpang keutamaannya yang lain sepeerti memperbanyak istighfar dapat membukankan pintu-pintu rezeki bagi kita sebagaimana firman Allah yang berbunyi :
“فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً . يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً . وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً”
Artinya: “Aku (Nabi Nuh) berkata (pada mereka), “Beristighfarlah kepada Rabb kalian, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan yang lebat dari langit. Dan Dia akan memperbanyak harta serta anak-anakmu, juga mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu” (QS. Nuh: 10-12)
Ayat di atas menjelaskan dengan jelas bahwa di antara kutamaan istighfar turunnya hujan, lancarnya rizki, banyaknya keturunan, suburnya kebun serta mengalirnya sungai. Dikisahkan dalam Tafsir al-Qurthubi, bahwa suatu hari ada orang yang mengadu kepada al-Hasan al-Bashri tentang lamanya paceklik, maka beliaupun berkata, “Beristighfarlah kepada Allah”. Kemudian datang lagi orang yang mengadu tentang kemiskinan, beliaupun memberi solusi, “Beristighfarlah kepada Allah”. Terakhir ada yang meminta agar didoakan punya anak, al-Hasan menimpali, “Beristighfarlah kepada Allah”.
Ar-Rabi’ bin Shabih yang kebetulan hadir di situ bertanya, “Kenapa engkau menyuruh mereka semua untuk beristighfar?”.
Maka al-Hasan al-Bashri pun menjawab, “Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri. Namun sungguh Allah telah berfirman dalam surat Nuh: “Aku (Nabi Nuh) berkata (pada mereka), “Beristighfarlah kepada Rabb kalian, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan yang lebat dari langit. Dan Dia akan memperbanyak harta serta anak-anakmu, juga mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu”.
Selain itu istighfar juga membuat perasaan menjadi lega, mengapa? karena, disaat hati kita tersakiti dengan perkataan atau perbuatan orang lain mkaa kita harus meredam amarah itu dengan senantiasa mengingat Allah dan memohon ampunan padanya serta mendoakan orang tersebut untuk segera sadar dari apa yang telah ia lakukan.
Dari itu perlulah kita memulai untuk memperbanyak istighfar dalam lisan agar Allah senantiasa membukakan pintu ampunan dan pintu rezekiNya kepada kita semua
Sumber : muslim.or.id