Mengenal Kamooru, Kain Khas Muna yang Penuh Filosofi

  • Bagikan
Tenun Muna dalam pameran kreativitas pemuda di salah satu hotel di Kota Kendari. Foto: Sarini Ido / SULTRAKINI.COM

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Kain tenun khas Muna, Kamooru memiliki varian bentuk, motif dan warna. Hal itu membedakan filosofi status sosial dimasyarakat untuk golongan pemakainya dari turun temurun.

Menurut seorang Penenun Kamooru Wa Nani  mengungkapkan pada SULTRAKINI.COM, pecinta tenun khas tersebut tidak hanya skala lokal tetapi nasional. Penenun pun tidak sebatas orang tua, para gadis pun ikut melakoni kerajinan ini sebagai mata pencaharian ekonomi maupun mewarisi keterampilan secara turun-temurun.

“Tidak hanya orang tua. Ada juga cewek-cewek. Saya saja sejak umur 15 tahun sampai sekarang sudah 10 jenis tenun sudah saya buat. Saya ajarkan juga sama anak-anakku,” tutur ibu Suku Muna ini di Pameran kreativitas Pemuda dari Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kamis (13/10/2016).

Dijelaskannya, pada masa pemerintahan Raja Muna pertama La Eli atau Baidhuldhamani tahun 1371, Kamooru oleh masyarakat muna tidak hanya dijadikan sebagai pakaian tapi salah satu alat pembayaran sah seperti pajak.

Wa Nani juga menjelaskan secara turun temurun cara pemakaiannya Kain kamooru pun tidak sembarangan, ada tatanan khusus berdasarkan golongan sosial si pemakainya.

“Ada tiga tingkatan golongan sosial yang bisa dilihat dari pemakai kamooru tersebut. Golongan pertama, yaitu bangsawaan atau Kaomu, pemerintah atau Sara dan masyarakat biasa,” kata Wa Nani.

Tingkatan golongan sosial yang bisa dilihat dari pemakai kamooru tersebut tersebut yakni . Golongan pertama, yaitu bangsawaan atau Kaomu, di status ini, kamooru dipakai di atas lutut. Golongan pemerintah atau Sara memakai kamooru dua sentimeter di bawah lutut. Sedangkan golongan legislatif, yudikatif kamooru dikenakan 30 sentimeter di bawah lutut.

“Filosofi pemakaian kamooru semakin menjulur di bawah lutut, maka semakin rendah strata sosialnya di masyarakat,” tambah Wa Nani.

Tidak hanya itu, kata Wa Nani, orang Muna juga mempercayai pembuatan Kamooru tidak sembarangan orang melakukannya. Untuk menghasilkan sehelainya, penenun diharuskan berjiwa bersih, tenang dan ditenun dengan hati-hati. Bahkan ada benang khusus untuk menghasilkan tenun khas muna ini, namanya benang Estra.

Sampai saat ini, Kamooru dikenal memiliki 14 jenis, yakni Bhotu, Samasili, Bharalu, Djalima, Ledja, Kaparanggigi, Bhia-bhia, Paghino Toghe, Katamba, Kapododo, Late-late, Kaburino, Finding Konini dan Kambeano Bhanggai.

  • Bagikan