Mengenal PO-5, Nilai-Nilai Penuh Makna dari Negeri Seribu Benteng

  • Bagikan
Wali Kota Baubau, AS Tamrin. (Foto: Dok. pemkot Baubau)

SULTRAKINI.COM: Semasa menjabat sebagai Wali Kota Baubau, Abdul Sajid Tamrin selalu menggaungkan pentingnya nilai-nilai PO-5, istilah ini pun tidak asing di “Negeri Seribu Benteng” tersebut. Namun pencetus PO-5 itu telah tutup usia.

Dalam sebuah kesempatan, AS Tamrin pernah berujar, nilai-nilai PO-5 sebisanya harus terlaksana dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Sebab perkembangan zaman dan kecanggihan teknologi membuat nilai-nilai moral, akhlak, dan budaya masyarakat mulai tergerus.

PO-5 dari Sara Patanguna inilah dinilai bisa menggiring masyarakat untuk lebih sadar secara masif, termasuk para pemimpin dalam mewujudkan kedamaian, kondusivitas, dan stabilitas di suatu daerah, khususnya Kota Baubau.

“Ini berawal dari keprihatinan atas merosotnya kepercayaan masyarakat terhadap pemimpinnya, banyak pemimpin yang tidak layak lagi dijadikan teladan atau panutan, maraknya KKN, penyalahgunaan wewenang. Bentrok antara pelajar dan mahasiswa, konflik di masyarakat, KDRT, infiltrasi budaya luar,” ucap AS Tamrin (8 Januari 2021) ketika pertemuan dengan satgas pelopor PO-5.

PO-5 yang tidak lain merupakan warisan leluhur itu, kata dia, sudah mendarah daging di masyarakat Buton yang selama ini dituangkan dalam Sara Patanguna (dalam Mukadimah UUD Martabat Tujuh Kesultanan Buton).

Bagian pertama dalam Mukadimah UU Martabat Tujuh Kesultanan Buton adalah hubungan interaksi bermasyarakat yang berlandaskan pada filsafat Rasa “Binci – Binciki kuli” yang berarti saling mencubit kulit, kemudian dimanifestasikan dalam empat nilai dasar.

Pertama, Pomaamasiaka yang artinya saling sayang menyayangi.

Kedua, Popia-piara artinya pelihara atau rawat, pengertiannya saling memelihara, saling merawat atau saling mengayomi.

Ketiga, Pomaemaeaka artinya rasa malu, maknanya saling menanggung rasa malu, jika melakukan perbuatan tercela yang malu bukan saja yang bersangkutan tapi seluruh keluarga, orang tua dan komunitas akan turut merasa malu.

Keempat, Poangka-angkataka, artinya saling mengangkat martabat, saling menghormati, saling menghargai.

Lima, Pobinci binciki kuli. Binci berarti cubit, kuli: kulit, binciki kuli, cubit kulit pengertiannya saling mencubit kulit suatu ungkapan kiasan atau perbuatan yang menyakitkan orang lain akan sama halnya dengan ketika kita disakiti.

Jika kita mencubit kulit sendiri akan terasa sakit dan tidak menyukainya, begitupula dengan orang lain untuk jangan pula menyakiti mereka.

AS Tamrin meninggal dunia pada Kamis, 13 Januari 2022 sekitar pukul 16.30 Wita di Rumah Sakit Omni Pulomas Jakarta. Jenazah pria kelahiran 1952 ini tiba di Rujab Wali Kota Baubau pada Jumat (14 Januari 2022) diiringi banyak pelayat dari sejumlah elemen masyarakat.

Diagendakan Jumat ini juga, jenazah wali kota dua periode ini akan dimakamkan.

(Baca: Wali Kota Baubau Meninggal Dunia)

Editor: Sarini Ido

  • Bagikan