Menimbang Peluang Figur Memperoleh Dukungan Partai pada Pilgub Sultra 2024

  • Bagikan
Laode Harjudin

Momentum pemilihan gubernur Sulawesi Tenggara (pilgub Sultra) 2024 lebih kurang dua tahun lagi, namun jagad politik lokal mulai menggeliat. Sejumlah figur potensial sudah mengambil inisiatif mensosialisasikan diri sambil kasak kusuk mencari dukungan partai politik. Beberapa nama figur potensial sudah beredar di tengah masyarakat seperti Laode Ida, Kery Saiful Konggoasa, Lukman Abunawas, Abdurahman Shaleh, dan Andi Sumangerukka. Saat ini, mereka sedang berjuang mencari dukungan partai sebagai kendaraan politik dalam pilgub nanti. Peluang masing-masing figur untuk manjadi bakal calon gubernur sangat tergantung pada aksesibilitas partai politik.

Sejauh ini, di antara nama-nama yang beredar tersebut baru tiga nama yang secara terbuka mendapat dukungan partai, yakni Laode Ida yang didukung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Abdurahman Shaleh yang didorong oleh Partai Amanat Nasional (PAN), Andi Sumangerukka didukung DPD Partai Gerindra Sultra. Jika dilihat dari intensitas dukungan partai terhadap ketiga figur ini pun memiliki ekskalasi yang  berbeda-beda. PKS sudah lebih massif dan terstruktur mensosialisasikan  Laode Ida sebagai bakal calon gubernur Sultra melalui instrumen mesin politik partai sampai ke struktur paling bawah. Sementara  itu sosialisasi Andi Sumangeruka masih lebih banyak dilakukan oleh tim kerja di luar partai. Begitu pula dengan PAN Sultra intensitasnya belum cukup tinggi karena baru beberapa waktu lalu menyatakan dukungan kepada  Abdurahman Shaleh.

Meskipun sudah mengantongi dukungan partai di tingkat provinsi, namun ketiga nama di atas belum secara otomatis akan masuk pada bursa calon gubernur pada pilgub Sultra 2024. Masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi kepastian figur untuk memperoleh dukungan partai sebagai calon gubernur. Salah satu faktor yang sangat menentukan nasib figur untuk memperoleh dukungan partai adalah  restu pengurus pusat partai. Realitas politik di Indonesia menunjukan kuatnya peran pengurus pusat sebagai pengambil keputusan final partai, termasuk penentuan bakal calon kepala daerah. Tidak jarang, figur calon kepala daerah yang digadang-gadang pengurus partai di daerah dapat dimentahkan oleh pengurus pusat. Karena itu, figur yang ingin mendapatkan dukungan partai harus mampu meyakinkan pimpinan pengurus partai di tingkat pusat. Dalam konteks ini yang memiliki peluang besar adalah figur yang masuk dalam struktur pengurus pusat partai. Di antara tiga figur di atas, yang menjadi pengurus pusat adalah Laode Ida sebagai Dewan Pakar PKS. Semerntara dua nama lainnya merupakan pengurus tingkat provinsi.

Faktor lain yang tak kalah penting adalah hasil pemilu 2024 nanti. Dukungan partai terhadap figur calon gubernur sangat tergantung pada seberapa besar perolehan kursi atau perolehan suara partai hasil pemilu 2024. Hal ini juga menjadi penentu arah koalisi partai untuk mengusung calon gubernur. Partai yang memperoleh kursi signifikan akan memiliki posisi tawar  (bargaining position)  yang tinggi dalam menjalin koalisi dengan partai lain. Paling tidak, dengan memiliki jumlah suara atau kursi legislatif yang banyak akan memudahkan partai untuk berkoalsi mengusung calon tertentu.

Secara simbiosis mutualisme, perolehan kursi partai pada pemilu mendatang juga sangat dipengaruhi oleh figur yang disosialisasikan partai pada pemilu legislatif.  Hal ini tentu saja tergantung pada kualitas dan kapasitas figur yang bersangkutan. Dari ketiga nama yang sudah mendapat dukungan partai di atas masing-masing memiliki kualitas dengan spesifikasi yang berbeda-beda. Sosok Laode Ida memiliki keunggulan sebagai tokoh nasional sebagai putra daerah yang menjadi pimpinan Lembaga Tinggi Negara (Wakil Ketua DPD RI 2004-2014). Tentu saja, beliau sudah cukup dikenal luas di kalangan masyarakat Sultra dan memiliki basis suara yang jelas saat menjadi senator. Namun yang bersangkutan sudah lama meninggalkan gelanggang politik sehingga perlu sosialisasi lagi untuk menyegarkan kembali memori publik. Andi Sumangeruka merupakan mantan petinggi militer  yang pernah menjabat sebagai Pangdam XIV Hasanuddin. Namun sang jenderal belum memiliki pengalaman politik yang cukup sehingga harus banyak bersoasialisasi dan beradaptasi dengan tradisi politik sipil.  Sementara itu, Abdurahman Shaleh dikenal sebagai politisi aktif yang sedang menjabat sebagai Ketua DPRD Prov. Sultra. Beliau juga mesti banyak bersoasialisasi untuk dikenal di seluruh wilayah Sultra karena selama ini hanya dipilih oleh satu dapil untuk menjadi anggota legislatif provinsi. Kualitas dan kapasitas figur menjadi magnet yang dapat menggaet suara pemilih untuk mendongkrak kursi di parlemen.

Selain kualitas figur, faktor mesin politik partai sangat kuat mempengaruhi perolehan kursi masing-masing partai pada pemilu 2024. Dari ketiga partai yang mengusung figur di atas, partai yang dikenal memiliki mesin politik yang cukup baik adalah PKS. Berbeda dengan partai lain yang sangat tersentralisasi pada figur ketua umum di pusat, PKS lebih banyak mengandalkan mekanisme struktur partai yang bekerja secara sistematis dari atas sampai ke tingkat bawah. Mesin politik yang terstruktur jika dipertemukan dengan figur yang kompeten bisa menjadi pendongkrak suara partai. Jika PKS Sultra mampu “mengemas” dan “menjual” figur  Laode Ida dengan baik melalui mesin politik yang tersistematis maka besar peluang untuk menambah jumlah kursi pada pemilu 2024 nanti. Pengaruh kualitas figur dalam mendongkrak suara partai menjadi modal, bukan saja memperoleh dukungan partai, tapi juga peluang memenangkan kontestasi pilgub 2024. Wallahualam.***

  • Bagikan