SULTRAKINI.COM: MANADO – Mari Jo ke Manado! Kalimat itu semakin popular saja, ketika Gubernur Olly Dondokambey semakin kuat meyakini hanya dengan pariwisata provinsi Sulawesi Utara (Sulut) bisa bersaing. Bahkan bisa menjadi Bali keduanya Indonesia di belahan Utara. Dia secara terang-terangan menempatkan sektor ini sebagai prioritas nomor wahid dalam membangun daerahnya.
Menpar Arief Yahya pun menambah rasa percaya diri mereka dengan kunker dan meng-influence Pentahelix ke Bumi Kawanua, 28-29 Juli 2016. Pentahelix itu adalah segi lima stakeholder yang paling menentukan suksesnya ekosistem Pariwisata. “Ke-5 unsur itu adalah Academician (A), Business (B), Community (C), Government (G), Media (M). Lima unsur ini harus sepakat, satu suara, bersama-sama membangun atmosfer pariwisata yang kondusif,” jelas Arief Yahya yang tahun 2013 lalu dinobatkan sebagai Marketeer of The Year oleh MarkPlus itu.
Dalam kunker itu, antara lain akan menjadi keynote speaker dalam Kongres ke-4 AFEBI, di Universitas Sam Ratulangi Manado, lalu berdiskusi dengan awak media di Manado Post Group di Graha Pena, Manado, menutup Festival Pesona Bunaken 2016 dan membuka Festival Kuliner 2016. Tentu juga berdiskusi lebih intens dengan Gubernur Olly Dondokambey yang dinilai Arief Yahya punya komitmen yang tinggi mengembangkan pariwisata. “CEO Commitment atau keseriusan seorang pimpinan daerah itu menjadi kunci utama suksesnya program,” kata Arief Yahya.
Ketika Gubernur dan Walikota – Bupatinya sudah commited, tidak ada jalan yang tidak bisa ditembus. Tidak ada jalan buntu. Begitu pun sebaliknya, sehebat dan sesempurna apapun sebuah konsep, tanpa disupport oleh CEO-nya, itu hanya akan mengawang-awang di langit. “Saya melihat Pak Gubernur punya potensi besar untuk serius memajukan Pariwisata di Sulut,” kata pria asal Banyuwangi ini.
Modalnya sudah cukup kuat. Punya atraksi kelas dunia, terutama Bunaken dengan Wisata Bahari sub Underwater Zone itu. Bunaken sudah dikenal dimana-mana dengan atraksi bawah laut, terumbu karang dan biota laut. Tinggal kebersihan, manajemen sampah, fasilitas toilet, resto dan café yang juga harus berkelas dunia. “Sekali lagi, kalau Pak Gubernurnya mau, pasti dengan mudah bisa mengatasinya, ungkap Menpar yang Mantan Dirut PT Telkom Indonesia itu.
Soal Akses, Menpar Arief Yahya sudah punya rencana besar dengan bos Lion Group Rusdy Kirana untuk menerbangi lebih banyak dan intensif menuju regular flight dari secondary city di Tiongkok. Bulan Juli 2016 ini Lion sudah terbang dari 6 Kota di China ke Manado, seperti Macau, Shenzen, Chongqing, Wuhan, Shanghai, dan Changsa. Sriwijaya ke Guangzhou dan Citilink ke Hongkong. Bahkan sampai tanggal 26 Juli lalu, sudah ada 49 penerbangan Tiongkok-Manado, oleh tiga maskapai, yakni Lion Air (36 flights), Sriwijaya Air (6 flights), dan Citilink (7 Flights).
Bandara Sam Ratulangi juga akan dilihat oleh Menpar Arief Yahya, jika proyeksinya tinggi, maka dia akan berkoordinasi dengan Kemenhub untuk percepatan perluasan terminal dan perpanjangan landasan. “Kita bisa hitung, berapa proyeksi kunjungan wisman, lalu berapa banyak orang yang akan masuk Manado, sehingga ketemu harus dibesarkan dengan size berapa,” kata dia yang masih ada 16 penerbangan lagi dari ketiga maskapai nasional itu.
Menurut Vincensus Jemadu, Asdep Pengembangan Pemasaran Asia Pasifik, hingga 24 Juli 2016 lalu yang datang dari Tiongkok ada 4.352 orang, yang bertolak dari Manado 3.223 orang, total 7.575 orang. Sedang yang datang dari Singapore 1.751 orang, yang kembali ke Singapore ada 1.406 orang, total 3.157 orang. “Angka itu terus berkembang dan bertumbuh,” ungkap Vincensus.
Saat ini, wisman Tiongkok itu masih stay di Manado dan kota-kota di sekitarnya seperti Tomohon, Danau Tondano, dan beberapa pantai di sana. Jika jumlah flights sudah banyak, mengangkut jumlah wisman asal Tiongkok lebih besar, maka destinasi Beyond Manado bakal hidup. Interkoneksi dari Manado bisa disambung ke Morotai, Ternate, Sangihe, Ambon, Sorong, Gorontalo dan lainnya bakal menemukan pasarnya. “Kota Manado menjadi Hub buat pulau-pulau di sekitarnya, dalam penerbangan pendek. Wisata bahari di sana pasti akan berkembang pesat,” tambah Arief Yahya.
Keyakinan pria lulusan ITB Bandung, Surrey University Inggris, dan Program Doktor Unpad Bandung itu masuk akal. China adalah Negara besar, berpenduduk terbesar di dunia, dengan jumlah outbound tourist terbesar di dunia juga 120 juta orang yang bepergian ke luar negerinya tahun 2015 lalu. Mereka tidak punya pantai, karena sebagian besar negaranya daratan, dan beriklim sub tropic, yang ada 4 musim dalam setahun. “Mereka suka akan wisata bahari, dan Manado dan sekitarnya punya bahari berkelas dunia,”jelas Arief Yahya.(*)
(Kemenpar RI)