SULTRAKINI.COM: JAKARTA – Dua hari ini suasana Menpar Arief Yahya agak mendung. Bukan karena demo damai yang menggunakan simbol 411 di seputaran Monas dan Istana Negara, 4 November 2016 lalu. Segala macam urusan demo itu sudah tidak bersisa di lapangan, Jakarta sudah kembali normal dan terkendali penuh. Publik ibu kota semakin dewasa dan tidak terprovokasi, bahkan hari Sabtu dan Minggu pagi, 5-6 November 2016 Sudirman, Thamrin, sampai Monas tetap jadi tempat favourite olahraga.
Lalu apa yang membuat Menpar Arief Yahya galau. Rupanya beredar foto-foto yang memperkeruh suasana dan membuat situasi menakutkan di Jakarta. Foto-foto itu tidak ada kaitannya sama sekali dengan peristiwa demo damai 411 di Silang Monas dan Bundaran Bank Indonesia. Foto-foto seram itu diviralkan dari whatsApp, messangers, dan media sosial lain sehingga meluas sampai ke originasi pariwisata, seperti Singapore, Malaysia, bahkan Tiongkok.
Ada foto yang menggambarkan seorang polisi terluka parah kakinya, terus digotong oleh banyak orang. Wajah polisi yang mengenakan baju seragam itu terlihat kesakitan. Foto itu menggunakan caption, demo Jakarta rusuh, yang menunjukkan bahwa demo itu bentrok hebat antara petugas dan demonstran. Seram dan petugas terluka parah. Padahal itu adalah foto ledakan di Pos Polisi Thamrin awal tahun lalu, 14 Januari 2016.
Foto lain, bandara yang terbakar dengan suasana tempat duduk ruang tunggu yang berantakan. Captionnya juga merujuk bahwa itu peristiwa di Jakarta, yang sedang demo besar-besaran. Bahkan menyebut itu bom di Cengkareng. Padahal itu adalah foto suasana Brussels, Eropa saat ada bom di bandara 22 Maret 2016 lalu.
“Itulah yang saya sesalkan, iseng-iseng itu tidak lucu sama sekali. Karena masuk dalam radar kami di pariwisata. Kami bisa detect sentimen negatifnya di War Room M-17, lantai 16 ruang kendali Go Digital Kemenpar. Kami terus amati perkembangan menit demi menit, dan vital itu cukup mengacau,” jelas Menpar Arief Yahya.
Seperti diketahui, era digital itu membuat dunia semakin flat, tidak ada jarak dan waktu lagi. Kejadian di mana saja bisa dipantau secara live kapan saja. Termasuk kalau ada “pengacau” atau “heckers” yang memposting foto-foto yang bertujuan untuk merusak suasana negara lain seperti itu. “Karena itu dalam dua hari ini kami terus mengcounter dengan memposting foto dan text yang sebenarnya, yang tidak di editing, dan mencari foto lama yang mirip dengan yang disebarkan itu, untuk menunjukkan bahwa itu hoax,” kata Arief Yahya.
Lagi-lagi Arief Yahya menegaskan, Jakarta sangat aman, normal, dan Minggu pagi ini tetap ramai car free day. Masyarakat Jakarta menikmati pagi Jakarta tanpa asap mobil dan motor. Ada yang berjalan santai, lari, naik sepeda, naik sepatu roda, dan lainnya.
Arief Yahya menyadari perang cyber juga terjadi di pariwisata. Era digital ini harus pintar mensiasati viral, karena salah salah bisa merusak image. “Ingat 70% travellers sudah menggunakan online service untul search, book, dan pay. Mereka share dengan digital pula. Karena itu kita harus lebih canggih, lebih solid, lebih speed, dan lebih smart!” tegasnya.
Dari mana pelaku orang iseng itu? “Sekedar tahu, bahwa kami tahu, siapa yang bermain-main dengan hoax ini! Siapa yang pertama kali up load, siapa saja yang share, siapa yang memberi captions atau kata-kata yang merusak itu. Jangan lakukan lagi, sesama negara ASEAN itu punya komitmen untuk joint marketing, sama-sama bekerja untuk maju bersama,” ujar Mantan Dirut PT Telkom itu tanpa menjelaskan IP dari negara mana foto-foto itu dilepas.((*)
(Kemenpar RI)