Menyemai Asa di Langit Aleppo

  • Bagikan

Oleh : Naowati, S. Kom

aktivis MHTI Sultra

 

Secara membabi buta, lagi-lagi Rezim Bashar Al-Assad membunuhi rakyatnya sendiri. Kali ini giliran Aleppo. Penyerangan besar-besaran yang dilancarkannya sejak hari Jum’at (21/4/2016) ini telah mengakibatkan 230 orang merenggang nyawa sedang ratusan lainnya luka-luka. Sampai berita ini diturunkan, penyerangan belum juga berhenti. Lansir Aljazeera Ahad, (1/5). Konflik di Aleppo menjadi puncak dari tindakan barbar yang dilakukan rezim pemerintahan Assad atas warganya sendiri. Dengan dalih melawan gelombang pasukan oposisi yang menentang pemerintah, jet tempur di bawah kendali Assad melontarkan bom udaranya tepat di atas fasilitas publik. Ledakan paling fatal menghantam fasilitas medis Al Quds di Aleppo, sebuah rumah sakit spesialis penyakit anak-anak. Serangan fatal jet tempur Rusia di pagi buta ini pun telah menjadi satu dari sekian banyak kejahatan kemanusiaan paling keji yang dilakukan oleh Assad terhadap negerinya sendiri. Menargetkan serangan pada fasilitas publik adalah kejahatan perang paling sadis. Anak-anak Aleppo kebanyakan tewas karena percikan bom barrel rezim Assad yang tega menembus tubuh mungil tak bersalah. Tak sediki tubuh kecil yang terjebak dalam darurat perang itu tewas karena tertimbun reruntuhan bangunan, imbas dari ledakan bom jet tempur Assad.. Media lokal di Suriah yang pro terhadap pemerintahan Assad mengatakan, serangan di Aleppo selama 10 hari terakhir dilakukan untuk memotong jalur distribusi pemberontak sipil yang berada di dekat perbatasan Turki. Walau Assad berdalih namun terbukti serangan mematikan rezim pemerintah malah menargetkan banyak fasilitas sipil sehingga Publik menduga ada upaya Assad untuk melakukan genosida bagi ribuan penduduk sipil Aleppo.

 

Paris and Brussels Attacks, Global Outrage. Aleppo Attacks, Global Silence

Ini bukan cuplikan Film, tapi nyata sedang berlangsung.. Pembantaian besar-besaran terhadap warga Aleppo, sampai-sampai Jum’at (29 April 2016) untuk pertama kali dalam 1400 tahun dimana shalat Jum’at harus dihentikan di masjid-masjid Aleppo disebabkan pemboman berat yang sedang berlangsung. Lalu bagaimana dengan reaksi dunia internasional? Sebuah meme menggambarkannya dengan amat sangat jelas dengan tulisan: “Paris and Brussels Attacks, Global Outrage. Aleppo Attacks, Global Silence.” Ya serangan Paris merupakan bagian dari Operation False Flag yaitu suatu operasi rahasia yang dilakukan oleh pemerintah, perusahaan atau organisasi yang dirancang untuk muncul seolah olah ini dilakuka oleh entitas lain untuk menuju kearah peperangan melawan orang orang yang dutuduh tesrebut karena pasca serangan itu, 12 pesawat Prancis menyerang Raqa, Suriah (AFP, 15/11/2015). Suatu serangan yang dirancang sedemikian rupa lalu memantik reaksi keras sedunia, sedangkan ketika Aleppo diserang, dunia diam. Dimana seluruh solidaritas dunia? mereka tak banyak bersuara dan media massa sekuler juga menutup mata/telinga dari kejadian tersebut. Tidak hanya itu, penguasa negeri-negeri muslim yang katanya peduli terhadap nasib rakyat Suriah juga ikut diam. Mereka tidak tampak bersuara, apalagi mengirimkan tentaranya untuk menolong rakyat Suriah dari gempuran pembantaian pemerintah negerinya sendiri dan sekutu-sekutu negara tersebut. Bagaimana dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa? Sama saja. Lagi-lagi, lembaga internasional yang memiliki militer di bidang perdamaian ini hanya dapat mengecam. Sangat disayangkan. Tidak terdengar suara sumbang Amnesty International yang biasa lantang menyuarakan HAM dan Kemanusiaan, begitu pula PBB, Negara Barat.. Tidak terdengar label yang biasa mereka lantunkan \”terorisme\”, semua bisu dan buta seolah pembantaian warga Allepo tidak memiliki nilai sama sekali. Maka benarlah apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)

 

Akar Masalah

Awalnya konflik di Suriah adalah keinginan damai warga Suriah agar rezim Bashar Assad turun, lalu berubah menjadi perlawanan bersenjata, setelah rezim Assad bertindak brutal membantai pihak-pihak yang dianggap mengancam eksistensi rezim Bashar Assad. Di ilhami dari revolusi Tunisia dan Mesir yang dikenal dengan Arab Spring. Revolusi Suriah berbeda dengan negara Timur Tengah yang mengalami pengaruh Arab Spring. Bedanya, mereka menuntut diterapkannya Syariah Islam di Suriah. Keinginan warga Suriah untuk menjadikan Suriah sebagai pusat Kekhilafahan pun semakin menguat. Kelompok-kelompok perlawanan dengan keras menolak solusi Amerika yaitu demokrasi sekular. Mereka paham betul, sebagaimana Tunisia dan Mesir, tawaran demokrasi Amerika tidak membawa perubahan apa-apa secara mendasar. Faktor inilah yang memperpanjang revolusi di Suriah. Kebijakan umum Amerika tetap mempertahankan Bashar Assad hingga didapatkan penggantinya agar tetap bisa dikontrol oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Aspirasi warga Suriah merupakan ancaman yang serius bagi eksistensi Amerika Serikat., adanya campur tangan negara-negara Barat dalam revolusi ini menunjukkan bahwa mereka memiliki agenda masing-masing dalam konflik di negeri tersubur di Timur Tengah ini. Suriah adalah “lahan” kepentingan politis negara-negara Barat di kawasan Timur Tengah. Banyak pihak yang terlibat di sana. Ada Iran, Rusia, Amerika Serikat dan Israel serta tentu saja PBB dengan keberpihakan ke rezim yang berkuasa, atau ke pihak Amerika Serikat. Selanjutnya, adanya perbedaan visi perjuangan dari kelompok-kelompok revolusioner di Suriah yang tidak bisa ditutup-tutupi. Namun demikian, perbedaan ini berupaya diselesaikan. Salah satunya adalah ketika beberapa faksi Islam yang ikut berjuang di Suriah menandatangani “Piagam Kehormatan Revolusioner”. Isinya menegaskan bahwa tujuan dari revolusi bersenjata di Suriah adalah untuk menggulingkan Rezim Assad. Piagam yang diterbitkan dalam bahasa Arab dan Inggris tersebut menekankan untuk mempertahankan integritas wilayah Suriah, mencegah upaya perpecahan dengan segala cara yang tersedia. Ditegaskan pula, kekuatan revolusi percaya bahwa itu harus menjadi keputusan politik dan militer dalam revolusi. Faksi-faksi Islam tersebut juga menyeru semua kekuatan yang berjuang di Tanah Suriah untuk ikut menandatangani piagam itu agar menjadi satu tangan dalam upaya menggulingkan Rezim Assad yang tiranik.

 

Menuju Revolusi Islam

Untuk menjadikan Revolusi Suriah menjadi Revolusi Islam maka mutlak untuk menolak segala bentuk campur tangan negara-negara Barat dalam revolusi ini. Negara-negara Barat penuh dengan agenda dan kepentingan masing-masing di Suriah dan mereka mengerahkan segenap cara untuk dapat mewujudkannya. Kewaspadaan Para pejuang revolusi Suriah juga mesti ditingkatkan terhadap para penguasa negeri kaum Muslim yang menjadi antek dari negara-negara Barat. Mereka adalah kaki tangan negara-negara Barat untuk dapat mewujudkan kepentingan mereka itu. Revolusi Suriah ibarat proxy war; kadang negara-negara Barat tidak turun langsung untuk memperjuangkan kepentingan mereka, namun menggunakan pihak ketiga. Kelompok-kelompok revolusioner di Suriah juga harus menyadari bahwa persatuan di antara mereka adalah mutlak. Fokus dan bekerjasama dalam satu visi yang sama, kembali pada alasan awal Revolusi Suriah digulirkan, yakni bagaimana rezim yang sewenang-wenang terhadap rakyat dapat ditumbangkan. Karena itu penyelesaian konflik di Aleppo, Suriah, bila arahnya adalah menuju Revolusi Islam, harus difokuskan bukan hanya untuk menumbangkan rezim yang ada, namun harus didorong menuju tegaknya Islam secara kaffah melalui dukungan penuh dari umat Islam yang tak lain adalah kembali tegaknya Khilafah Rasyidah. Dukungan ini merupakan asa yang harus terus dihidupkan oleh warga Aleppo dan Suriah secara umum, bahwa Allah senantiasa akan menolong selama mereka masih berpegang teguh pada agamaNya yang lurus. Wallahu A’lam

 

  • Bagikan