Merajut Cuan di Tahun Baru, Indo Premier Selenggarakan IPOTLook 2022

  • Bagikan
Suasana Opening Session IPOTLook 2022 (Foto: Screenshot Zoom Meeting)

SULTRAKINI.COM: Pemulihan ekonomi global seiring dengan tren penurunan kasus Covid-19, percepatan vaksinasi, dan komitmen pemerintah menekan laju penyebaran varian baru Covid-19 melahirkan harapan baru bagi para investor pasar modal Indonesia. 

Kemudian dipicu, berbagai inisiatif pemulihan ekonomi domestik yang terus digerakkan melalui kebijakan pemerintah untuk menstimulus pertumbuhan ekonomi.

“Pertumbuhan ekonomi Quartal III-2021 pun mencapai 3,51 persen (yoy) dan terus membaik dari kondisi sebelumnya, hingga pada akhirnya mengeluarkan kita dari resesi yang tentunya menjadi optimisme baru dalam berinvestasi,” tegas Direktur PT Indo Premier Sekuritas, Alex Widi Kristiono di Opening Session IPOTLook 2022 bertajuk Embracing the New Economy, pada Jumat malam, 10 Desember 2021.

Alex mengakui perkembangan positif ekonomi Indonesia juga berdampak pada sektor pasar modal yang tahun ini telah berkontribusi kurang lebih sebesar Rp1.200 triliun untuk pembangunan ekonomi. Hal tersebut dapat terlihat dari peningkatan signifikan terutama di investor retail, baik dalam jumlah investor baru maupun nilai transaksi yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun lalu.

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), saat ini jumlah investor pasar modal sudah mencapai lebih dari 6,7 juta orang, dimana lebih dari 3 juta orang (45,7 persen) merupakan investor saham atau melonjak hampir 200 persen sejak sebelum pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia. Begitu juga dengan rata-rata nilai transaksi perdagangan yang ada di Bursa Efek Indonesia, dimana per Oktober 2021 telah mencapai Rp13,5 triliun atau meningkat hampir 50 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp9,2 triliun.

“Hal ini menunjukkan bahwa upaya pemerintah dalam menanggulangi pandemi Covid-19 telah berhasil mengembalikan, bahkan meningkatkan minat masyarakat Indonesia dalam berinvestasi. Dengan membawa optimisme tersebut, Indo Premier Sekuritas sebagai pelaku pasar merasa bertanggung jawab dalam upaya meningkatkan literasi masyarakat Indonesia terkait pasar modal, khususnya investasi saham,” tegasnya.

Komitmen Indo Premier ini diwujudkan dalam gelaran IPOTLook 2022 selama 2 hari berturut-turut 10-11 Desember 2021 dengan menghadirkan pakar dan praktisi investasi ternama yang disusun secara komprehensif mulai dari economic outlook, industrial outlook, hingga strategi investasi yang sesuai dengan preferensi masing-masing investor.

Tenaga Ahli Menteri Keuangan Bidang Keuangan Syariah dan Keuangan, Kementerian Keuangan RI, Dr. Halim Alamsyah, MA dalam keynote speechnya menegaskan bahwa pemerintah optimis dalam menyongsong ekonomi di tahun depan paska dampak varian Delta. 

“Kita melihat aktivitas ekonomi terus menunjukkan perbaikan secara konsisten. Optimisme masyarakat terus menguat yang tercermin dari berbagai indikator yang kami pantau,” terang Halim.

Dari sisi industri PMI manufaktur,  Indonesia kembali mencatat rekor tertinggi pada level 57,2 pada November lalu dan tetap pada zona ekspansi. Tingkat konsumsi listrik, khususnya untuk kelompok bisnis dan industri pada November 2021 juga tumbuh dengan stabil. Bahkan, konsumsi listrik industri terus menunjukkan pertumbuhan double digit. 

“Dengan kondisi ekonomi kita dewasa ini, kami yakin ekspansi pertumbuhan ekonomi kita semakin menguat dalam beberapa saat ke depan, meskipun masih ada ketidakpastian akibat adanya penyebaran varian baru Covid. Kita yakin ekonomi kita akan tumbuh,” katanya.

Ia pun meyakinkan ekonomi Indonesia juga akan terus didorong melalui kebijakan fiskal dan moneter yang lebih kondusif. “APBN akan terus berperan menjadi pendukung pemulihan ekonomi kita. Defisit APBN 2022 akan diperkirakan mencapai 4,85 persen dari PDB yang mencerminkan daya dorong yang kuat,” tandasnya.

Ekonom Bank Permata, Josua Pardede dalam paparan ” Indonesia Economic Outlook 2022: Promoting Recovery Amidst Fed’s Normalization Policy” juga optimis pertumbuhan ekonomi 2022 akan lebih baik pada 2021, meski ada tantangan yang masih akan terus dihadapi. Salah satu tantangan yang akan dihadapi adalah normalisasi kebijakan moneter dari bank sentral global seiring dengan pemulihan negara-negara maju yang cenderung lebih cepat dibandingkan negara-negara berkembang.

Dari sisi domestik, pada kuartal 3 pertumbuhan Indonesia sudah mengalami normalisasi, tapi pada saat yang bersamaan memang masih menghadapi varian Delta, sehingga konsumsi rumah tangga kembali merosot dan investasi pun juga cenderung melambat. Menariknya, ekspor memperlihatkan pertumbuhan yang cukup baik yang didukung tren komoditas.

“Dari sisi pertumbuhan ekonomi, kami mencermati bahwa arah pertumbuhan ekonomi kita tahun depan akan lebih terakselerasi, tetapi ada beberapa tantangan, sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia akan ada di kisaran 4,5-4,9 persen. Pemulihan akan lebih meningkat, tapi ada challenge yang harus dihadapi,” ungkap Josua. (B)

Laporan: Wa Rifin
Editor: Hasrul Tamrin

  • Bagikan