Mirisnya Sekolah "Laskar Pelangi" di Kolaka Timur

  • Bagikan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) AL- Amin Lara di Desa Lara, Kecamatan Tirawuta, Kabupaten Kolaka Timur. Foto: Ahsrianty / SULTRAKINI.COM

SULTRAKINI.COM: KOLTIM – Miris, kiranya itulah gambaran yang tepat untuk mengungkapkan kondisi Madrasah Ibtidaiyah (MI) AL- Amin Lara. Sebab MI yang terletak di Desa Lara, Kecamatan Tirawuta, Kabupaten Kolaka Timur ini kondisinya memprihatinkan.

Bahkan gambaran keprihatinan atas kondisi sekolah tersebut mengingatkan pada SD Muhammadiah Belitong atau yang kenal juga sekolah Laskar Pelangi, yang terkenal setelah diangkat dalam film tahun 2008.

Diungkapkan Kepala Sekolah MI Al-Amin, Marsuki, dari enam ruang kelas di sekolah tersebut, hanya dua ruang yang masih dapat digunakan, itupun dengan kondisi plafon yang jebol, jendela yang kehilangan penutup serta atap yang juga sering bocor di musim hujan.

Besarnya anggaran yang dibutuhkan untuk perbaikan fasilitas sekolah, membuat Marsuki mengurungkan niatannya karena minimnya dana yang dimiliki pihak sekolah. Untuk mendapatkan bantuan pendanaan, sekolah juga telah mengajukkan permohonan bantuan ke Kemenag namun sampai saat ini masih nihil.

“Alasan dari Kemenag sendiri bahwa bantuan untuk sekolah yang bernaung dibawah kementerian agama di Sultra hanya tiga sampai empat sekolah saja yang mendapatkan bantuan tersebut jadi kita harus bersabar menunggu giliran,” kata Marsuki.

Bantuan Kemenag yang pernah diturunkan yakni Dana Blockgrand yang digunakan untuk membangun dua kelas baru. Namun saat ini pun sudah rusak. Dengan konsisi tersebut ia berharap Kemenag maupun Pemda dapat memberikan bantuan untuk perbaikan fasilitas sekolah, berupa meja dan kursi serta perbaikan gedung.

Dijelaskan Marsuki, sekolah dibangun di tanah wakaf seluas 5000 meter persegi, yang juga direncanakan sebagai area pembangunan kompleks perkantoran Pemda Koltim namun batal. Sejak berdiri tahun 1999 hingga saat ini, sekolah telah tujuh kali menamatkan siswa. Saat ini sekolah tersebut menampung 63 siswa.

Bukan hanya soal perbaikan fasilitas, pihak sekolah juga masih membutuhkan tenaga pengajar tambahan untuk mendukung proses belajar di sekolah.

“Hanya saya sendiri Pegawai Negeri Sipil yang lainya beberapa honorer, yah minimal ketika ada pengangkatan CPNSD di Koltim guru honorer sekolah kami dapat dipertimbangkan nantinya,” ungkapnya.

Guru Honorer yang mengajar di Sekolah tersebut, Sri Fatmawati mengaku prihatin dengan kondisi ini. Sebab, saat menerima pelajaran  para siswa harus berdempetan akibat terbatasnya fasilitas meja kursi yang dapat digunakan.

“Saya sangat prihatin dengan kondisi sekolah ini padahal murid yang ada disekolah ini juga sangat antusias bersekolah dan pintar-pintar,” kata Sri yang mengaku sudah 10 tahun mengajar di sekolah tersebut.

  • Bagikan