SULTRAKINI.COM: Ancaman bencana banjir yang terus menghantui Kecamatan Kendari Barat setiap musim hujan mendorong pemerintah setempat bekerja sama dengan akademisi Universitas Halu Oleo untuk mencari solusi. Dalam sebuah langkah strategis, sosialisasi mengenai Kajian Risiko dan Mitigasi Bencana Banjir digelar di Kantor Kecamatan Kendari Barat.
Acara ini dihadiri oleh para kepala kelurahan dari wilayah-wilayah dengan risiko banjir tinggi, menghadirkan diskusi yang kaya akan rekomendasi teknis dan praktis.
Camat Kendari Barat membuka kegiatan dengan menekankan pentingnya kerja sama antara pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi ancaman ini. “Kerugian akibat banjir yang terus berulang harus menjadi pelajaran bagi kita semua. Edukasi ini adalah langkah awal dari banyak upaya yang harus kita lakukan bersama,” ujarnya.
Ketua tim sosialisasi, Dr. La Ode Restele, menjelaskan bahwa Kecamatan Kendari Barat dipilih berdasarkan hasil Kajian Risiko Bencana yang dilakukan pada tahun 2023. Dokumen tersebut menyebut wilayah ini sebagai area dengan tingkat risiko banjir tertinggi di Kota Kendari.
“Banjir besar terakhir yang melanda kawasan ini terjadi pada Maret 2024, merendam lebih dari 700 rumah dan mengakibatkan kerugian signifikan. Faktor utamanya adalah sedimentasi sungai, sistem drainase yang buruk, serta rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan,” jelasnya.
Banjir di Kendari Barat diperparah oleh berbagai faktor, termasuk alur sungai yang tidak maksimal, kedekatan pemukiman dengan Teluk Kendari, serta buruknya pengelolaan sampah di kawasan permukiman. Pipa saluran air yang membentang di sisi sungai turut mempersempit aliran, sedangkan sedimentasi di drainase jalan utama menjadi penghalang aliran air saat hujan deras.
“Dibutuhkan langkah mitigasi yang komprehensif untuk menekan risiko ini,” tambah Dr. La Ode Restele. Ia menguraikan strategi mitigasi yang dibagi menjadi tiga tahap: pra-bencana, saat bencana, dan pasca-bencana.
Langkah Mitigasi untuk Kendari Barat
- Pra-bencana: Meliputi pembersihan alur sungai, pengerukan sedimentasi, dan edukasi masyarakat tentang bahaya banjir, jalur evakuasi, serta pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Pembangunan sistem peringatan dini juga menjadi prioritas.
- Saat bencana: Fokus pada evakuasi korban ke tempat aman dan penyediaan lokasi pengungsian yang layak.
- Pasca-bencana: Edukasi warga untuk menghindari genangan yang berbahaya, termasuk yang mungkin terkontaminasi bahan beracun atau aliran listrik. Masyarakat juga diimbau untuk tidak kembali ke rumah hingga kondisi benar-benar aman.
Sinergi Pemerintah dan Masyarakat
Menurut Dr. La Ode Restele, keberhasilan mitigasi banjir sangat bergantung pada komitmen bersama antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah perlu mengambil langkah nyata, seperti membersihkan sedimentasi sungai dan memperbaiki sistem drainase, sementara masyarakat harus lebih sadar terhadap kebersihan lingkungan.
“Kami tidak bisa bergerak sendiri. Upaya ini membutuhkan keterlibatan aktif dari semua pihak, baik itu pemerintah maupun masyarakat. Hanya dengan begitu kita dapat meminimalkan dampak bencana banjir yang selalu menjadi ancaman,” pungkasnya.
Sosialisasi ini menjadi bagian dari tridharma perguruan tinggi, yakni pengabdian kepada masyarakat. Dengan harapan besar, sinergi ini dapat menjadi tonggak awal untuk menciptakan Kendari Barat yang lebih tangguh menghadapi banjir.
Laporan: Frirac