Mobilitas Warga Sultra Jelang Nataru Tinggi, Agar Perhatikan Prokes

  • Bagikan
Jembatan "Bahteramas" Teluk Kendari yang senantiasa menjadi pusat keramaian, terutama pada hari-hari libur, termasuk libur Nataru. Foto: Kementerian PUPR.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, mobilitas masyarakat Sultra menjelang libur menjelang Nataru mulai tinggi. Sehingga diminta untuk bijak dan bertanggung jawab dalam segala aktivitas demi mencegah penyebaran Covid-19.

SULTRAKINI.COM: Seperti halnya masyarakat Indonesia umumnya, mobilitas masyarakat Sulawesi Tenggara ikut meningkat menjelang liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru).  

Seperti tahun-tahun sebelumnya, mobilitas masyarakat dari dan ke Kota Kendari sebagai ibukota provinsi cukup meningkat. Sejumlah warga Kendari memanfaatkan momentum pulang kampong, seperti di sejumlah kabupaten dan kota di daerah kepulauan (Buton, Muna dan Wakatobi), demikian sebaliknya.

“Kami sekeluarga akan memanfaatkan pulang kampong,” kata Syahruddin, warga Kendari asal Wakatobi kepada media ini, Jumat (17 Desember 2021).

Bukan hanya itu, warga Kolaka juga ada yang ingin berlibur di Kendari. “Sudah memesan hotal untuk malam tahun baru di Kendari,” kata Andi Udin, warga Kolaka.

Pemkot Kendari dan Pemprov Sultra sejauh ini belum mengeluarkan aturan tertulis terkait libur nataru.

Namun demikian Wali Kota Kendari, Sulkarnain Kadir meminta semua pihak untuk senantiasa menaati protokol kesehatan dalam situasi pandemic Covid-19 ini.

“Kalau masyarakat sadar dan menyadari betul risiko yang mungkin terjadi, harusnya kita tahu apa yang harus kita lakukan,” kata Sulkarnain belum lama ini.

Sementara itu, guna menekan risiko penularan COVID-19 yang biasanya mengiringi pergerakan manusia, pemerintah melakukan pengetatan dan meminta tanggung jawab masyarakat untuk mengedepankan perlindungan kesehatan.

Kewaspadaan ini sangat perlu dikuatkan terlebih karena varian baru Omicron telah ditemukan di Indonesia.

Dalam dialog bertema Sambut Tahun Baru dengan Liburan Gaya Baru dari Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) – KPCPEN, Kamis (16/12/2021) Staf Ahli Bidang Manajemen Krisis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Henky Manurung mengajak masyarakat maupun pelaku usaha untuk selalu berhati-hati dan tidak abai, karena pandemi belum selesai.

“Kita harapkan, traveller nusantara yang bergerak pada Nataru ini adalah wisatawan yang bertanggung jawab,” kata Henky dalam siaran pers yang diterima SultraKini.com, Jumat (17 Desember 2021).

Hal tersebut, ujarnya, dalam pengertian bertanggung jawab menerapkan protokol kesehatan (prokes) 3M sebagai upaya proteksi kesehatan saat beriwisata saat Nataru. Selain itu, juga taat menggunakan PeduliLindungi yang juga penting untuk memantau kepadatan sebuah destinasi wisata.

Hal serupa juga diharapkan pada pelaku usaha, jangan sampai lalai. Untuk itu, pihaknya memberikan dukungan penuh terhadap sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability) yang berperan besar mendorong kepercayaan masyarakat maupun pelaku usaha.

“Yang dilindungi bukan hanya wisatawan, melainkan juga pekerja dan pelaku usaha kita harapkan aman,” tegas Henky.

Koordinasi dengan berbagai pihak, ujarnya, dilakukan untuk memperketat pengawasan di destinasi wisata, termasuk pemberlakuan teguran atau sanksi bagi pengelola bila terdapat pelanggaran.

“Target untuk Nataru cuma satu, orang berwisata dengan aman, bisa berwisata tapi tidak lupa prokes, dan menjadi wisatawan yang bertanggung jawab,” tandas Henky.

Guna menghindari penumpukan wisatawan, Henky sangat meminta masyarakat untuk bijak memilih lokasi wisata dan mempertimbangan destinasi prioritas di seluruh Indonesia seperti Danau Toba,

Lombok, Belitung, Labuan Bajo, Menado, dan sebagainya. “Saatnya kita nikmati Indonesia. Dengan berkunjung ke daerah tersebut juga kita yakini, akan terjadi pertumbuhan ekonomi,” tuturnya.

Hal serupa juga ditegaskan oleh Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas COVID-19, Sonny Harry Harmadi. “Pertama, harus hindari kerumunan,” kata Sonny.

Aturan yang ada, seperti pembatasan kapasitas, larangan pesta dan arak-arakan tahun baru, kata Sonny, adalah untuk mencegah terjadinya kerumunan.

Kemudian, skrining PeduliLindungi di mana hanya kategori hijau yang boleh masuk, serta persyaratan perjalanan, ujarnya, adalah untuk membatasi masyarakat dalam hal bermobilitas.

“Mohon masyarakat memahami, semua aturan diberlakukan untuk melindungi msyarakat agar tidak terjadi lonjakan kasus. Apalagi Omicron sudah ditemukan di Indonesia,” papar Sonny.

Terkait varian baru tersebut, ia menjelaskan bahwa seperti virus SARS-CoV-2 lainnya, penanggulangannya sama. Yakni percepatan vaksinasi, karena terbukti efektif mengurangi angka kesakitan dan kematian. Kemudian, kepatuhan prokes, mendorong upaya deteksi, dan membatasi mobilitas.

Menyoroti penurunan kepatuhan prokes pada November dan awal Desember, Sonny mengingatkan, “Kalau kepatuhan prokes turun, mobilitas naik, ada varian baru yang lebih menular, maka kita akan punya potensi atau risiko lonjakan kasus.”

Laporan: M Djufri Rachim

  • Bagikan