Nenek Liha, Sekuntum Asa dari Bunga Tabur

  • Bagikan
Nenek Liha, wanita tua si Penjual Bunga di TPU Punggolaka, kamis (14/6/2018), (Foto : Wayan Sukanta/SULTRAKINI.COM)
Nenek Liha, wanita tua si Penjual Bunga di TPU Punggolaka, kamis (14/6/2018), (Foto : Wayan Sukanta/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM : KENDARI – Ramadan dan hari Raya Idul Fitri, merupakan bulan penuh berkah bagi penjual bunga di taman pemakaman umum (TPU), Punggolaka, kota Kendari.

Sepanjang jalan area pemakaman, kita akan disambut dengan pemandangan bunga-bunga beraneka ragam yang sebagian besar penjualnya dari kalangan wanita.

Dibalik harumnya serbak wangi bunga yang dijual oleh warga itu, menyimpan sepenggal kisah yang sangat menarik hati.

Seperti salah satu perempuan tua renta ini berusia 65 tahun, warga suku Muna yang menghabiskan sisa hidupnya berjualan bunga di TPU, Punggolaka, kota Kendari.

Berjualan bunga di area pemakaman adalah satu-satunya pilihan untuk menyambung hidup, sejak hijrah dari kampung halamannya di kabupaten Muna.

Sejak pagi hingga petang, nenek Liha berjualan disebuah gubuk miliknya yang ada di dalam area pemakaman yang ditempatinya selama 10 tahun. Digubuk berukuran 1×2 meter itulah, nenek Liha sehari-hari menjajakan bunga jualanya kepada warga yang datang berziarah.

Ramadan dan hari Raya Idul Fitri adalah moment yang paling sangat berharga dinantinya. Pasalnya, dua perayaan besar ini paling banyak pengunjung dan bunga jualannya akan banyak yang terjual.

Liha memperoleh bunga tersebut, dari tanaman bunga yang tumbuh subur di area pemakaman. Lalu dijualnya kembali kedalam kantong plastik dan dipajang di depan gubuk sederhananya itu.

Satu kantong plastk bunga, dijualnya seharga Rp5 ribu. Penghasilan nenek Liha dalam sehari tidak menentu, kadang Rp15 ribu dan bahkan sampai Rp30 ribu saja. Kendati demikian, wanita dengan paras nampak keriput di pipinya itu harus tetap bekerja keras, untuk dapat menghidupi keempat anaknya.

“Tidak ada mi pekerjaan lain, cuman ini saja yang bisa say andalkan setiap hari untuk bisa beli beras dan jajan anak-anak dirumah,” ucap Liha kepada SultraKini.Com saat ditemui di gubuk millnya di area TPU Punggolaka, kamis (14/6/2018).

Meski terkadang dibayangi rasa takut, nenek Liha terus tegar menghadapi hari-harinya sebagai penjual bunga di pemakaman. Meski harus berjalan kaki melewati deretan makam yang ada di kawasan tersebut.

Aktivitasnya sebagai penjual bunga, akan terus dia geluti disisa akhir hidupnya. Mengingat usia yang sudah terlampau tua, membuatnya tidak berdaya untuk mencari pekerjaan lain.

“Saya akan terus tinggal disini pak, berjualan bunga. Saya yakin Tuhan selalu memberi saya jalan untuk disetiap usaha yang saya kerjakan. Agar anak-anak saya juga masih bisa bersekolah dan tidak kelaparan,” tutur Liha dengan mata berkaca-kaca.

Laporan : Wayan Sukanta
Editor: Habiruddin Daeng

  • Bagikan