Orang Tua Komentari Sumbangan UNBK di SMPN 10 Kendari

  • Bagikan
SMPN 10 Kendari. (Foto: Wa Rifin/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Pro kontra sumbangan Rp 200 ribu untuk keperluan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di SMPN 10 Kendari, ikut dikomentari oleh sejumlah orang tua siswa di sekolah tersebut.

Romay Noor, Salah Satu Orang Tua Siswa SMPN 10 Kendari mempertanyakan dana BOS untuk mengurangi bebas pembiayaan tersebut. “Dana BOS dikemanakan, apa tujuannya dari dana bos itu, sehingga perlengkapan UNBK disebabkan kepada siswa,” kata Romay ditemui di kediamannya, Senin (29/1/2018).

(Baca: Meski Kurang Siap, SMPN 10 Kendari Ngotot UNBK Demi Patuhi Kebijakan Pusat)

Dalam prosedur operasional standar penyelenggaraan ujian nasional 2017/2018, penerapan resource sharing (berbagai sumber daya) UNBK bisa diperoleh dari lintas satuan pendidikan dan lintas jenjang pendidikan. Bahkan bisa menggunakan sumber daya milik perguruan tinggi atau instansi. Biaya yang timbul dari pelaksanaan berbagi sumber daya menjadi tanggung jawab bersama antara satuan pendidikan yang menginduk dan satuan pendidikan pelaksana UNBK, dengan mengacu kepada ketentuan biaya yang berlaku dalam BOS atau Bantuan Operasional Pendidikan (BOP), atau kesepakatan bersama sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ada juga orang tua siswa yang tak keberatan dengan permintaan sumbangan tersebut. Sumber yang tak ingin disebutkan identitasnya ini, mengaku sepakat dengan permintaan dari pihak sekolah ini. Sebelumnya, nominal sumbangan senilai Rp 180 ribu kemudian dibulatkan menjadi Rp 200 ribu. Nominal ini dianggapnya tidak memberatkan, sebab biaya diperuntukkan bagi siswa.

Di satu sisi, dia juga menyarankan sekolah menerapkan ujian berbasis kertas atau manual apabila belum mampu UNBK.

“Saya sepakat dan tetap membayar. Saya tetap bayar 180 dengan ikhlas ditakutkan kalau tidak bayar jangan sampai ada kendala lain saat ujian. Kalau memang belum mampu tidak usah dipaksakan untuk mampu, karena bebannya sama siswa juga, mendingan ujian biasa saja itu masih diterima juga. Dari pada ujian berbasis komputer lantas mana dia punya alat-alat UNBK, baru mau dilengkapi dibebankan sama siswa,” ucapnya.

Dia berharap, sumbangan yang diberikan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan siswa mengikuti UNBK.

Dilansir dari unbk.kemdikbud.go.id (30/1/2018), UNBK merupakan sistem pelaksanaan ujian nasional dengan menggunakan komputer sebagai media ujiannya.

UNBK pertama kali dilaksanakan pada tahun 2014 secara online dan terbatas di SMP Indonesia Singapura dan SMP Indonesia Kuala Lumpur (SIKL). Tahun 2015, UNBK diikuti 556 sekolah, 2016 sebanyak 4.382 sekolah, dan 2017 sebanyak 30.577 sekolah.

Sementara data Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kota Kendari sampai 25 Januari 2018, sebanyak 40 SMP negeri maupun swasta akan mengikuti UNBK. Sedangkan, dari 15 MTs yang ada di Kota Kendari, hanya dua sekolah yang belum siap mengikuti UNBK.

(Baca: Ujian Nasional 2018, SMP di Kota Kendari Siap UNBK)’

Laporan: Wa Rifin

  • Bagikan