Pegiat Literasi Sultra Diundang Presiden RI ke Istana Negara

  • Bagikan
Syaifuddin Gani (tengah memakai kacamata) dan dua pegiat literasi Sultra bersama anak-anak binaan Pustaka Kabanti di pesisir Teluk Kendari di Kecamatan Abeli. (Foto: Didul Interisti/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Pegiat literasi Sulawesi Tenggara diundang Presiden RI, Joko Widodo, ke Istana Negara, Selasa (2/5/2017). Undangan ini bertepatan dan dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional.

Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) Sultra,  Syaifuddin Gani, termasuk dalam 38 pegiat literasi yang diundang langsung oleh presiden. Mereka diundang presiden untuk berdiskusi seputar perkembangan literasi di daerah masing-masing. 

“Kami merupakan perwakilan dari berbagai provinsi yang dianggap menjadi penggerak literasi di daerah masing-masing,” terang Staf Kantor Bahasa Sultra ini saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya, Selasa (2/5/2017) pagi. 

Om Puding (sapaan akrab syaifuddin Gani) sendiri sebagai pegiat literasi di Sultra, juga pendiri rumah baca dan belajar yang diberi nama Pustaka Kabanti di Kendari. 

Selain itu, ia juga aktif setiap akhir pekan mengantarkan berbagai buku bacaan dan membina anak-anak di Kecamatan Abeli tepatnya di Pesisir Teluk Kendari. Terkadang ia juga ke beberapa daerah di daratan dan kepulauan Sultra untuk menggiatkan literasi. 

Rencananya, bersama pegiat literasi lainnya akan menyampaikan delapan rekomendasi untuk Presiden Joko Widodo di Istana Negara. Delapan rekomendasi tersebut yakni, Pertama,  Kami tidak percaya minat membaca masyarakat Indonesia rendah. Ketersediaan dan akses terhadap bukulah yang menjadi kendala. Karena itu, kami berharap agar pemerintah mengoptimalkan ketersediaan dan akses buku yang merata sampai ke desa-desa dan daerah terpencil.

Kedua, Gerakan literasi hendaknya menjadi gerakan nasional. Karena itu, kami mendorong Presiden mengeluarkan sebuah Instruksi Presiden (Inpres) terkait literasi agar pemerintah pusat dan pemerintah daerah, termasuk pemerintah/aparat desa, berperan serta aktif dalam mendukung dan mengembangkan gerakan literasi serta bersinergi dengan para pengelola TBM dan pegiat literasi di setiap daerah.

Ketiga, Mendorong pemerintah mengeluarkan regulasi khusus yang memungkinkan agar harga buku bisa menjadi lebih terjangkau bagi masyarakat luas, seperti penghapusan pajak untuk komponen-komponen terkait dengan buku serta regulasi khusus untuk biaya pengiriman buku hingga ke daerah-daerah. Selain itu, juga upaya mendirikan toko-toko buku kecil di daerah-daerah.

Keempat, Pemerintah mendorong penerbitan buku-buku berkaitan dengan penumbuhan budi pekerti dan nilai-nilai integritas oleh berbagai pihak, termasuk penerbit, agar Indonesia bisa menciptakan generasi muda yang kelak dapat menjadi pemimpin tangguh dan berkarakter yang terbebas dari korupsi dan penyakit-penyakit sosial lainnya.

Kelima, Mengoptimalkan layanan perpustakaan dan pusat layanan pengetahuan masyarakat di ruang-ruang publik dan fasilitas umum agar memudahkan warga negara mendapatkan ilmu pengetahuan dan informasi yang bisa meningkatkan kecakapan hidup sebagai pembelajar sepanjang hayat.

Keenam, Mendorong BUMN dan perusahaan-perusahaan swasta mengalokasikan dana CSR untuk pengembangan konten program literasi dan pengadaan buku bagi taman bacaan masyarakat dan perpustakaan sekolah di Tanah Air.

Ketujuh, Mendorong perusahaan penerbitan memberikan donasi buku kepada TBM serta komunitas literasi dan menjadikan donasi buku dari penerbit ini sebagai faktor pengurangan pajak perusahaan penerbit.

Kedelapan, Presiden memberikan penghargaan atau apresiasi kepada pemerintah daerah di tingkat provinsi dan kabupaten/kota yang terus berupaya mengembangkan gerakan literasi di daerahnya secara berkelanjutan.

  • Bagikan