Pekerjaan Menentang Zaman Membawa Guru di Sultra Ikut Pelatihan ke Negeri Cina

  • Bagikan
Guru terbaik se-Indonesia mengikuti pelatihan guru dari Mendikbud ke Negeri Cina. (Foto: Dok. Suhardin)
Guru terbaik se-Indonesia mengikuti pelatihan guru dari Mendikbud ke Negeri Cina. (Foto: Dok. Suhardin)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Empat guru terbaik dari Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) berkesempatan menimbah ilmu ke negeri Cina. Mereka termasuk rombongan guru terbaik lainnya se-Indonesia untuk mengikuti pelatihan bertemakan Science,Technology, Engineering and Mathematics Problem Based Learning (STEM-PBL).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI mengutus 21 guru terbaiknya, termasuk empat di antaranya dari Sultra guna mengikuti pelatihan STEM-PBL, agar para guru melek teknologi dalam pembelajaran.

Suhardin merupakan satu di antara utusan guru asal Sultra yang berkesempatan ke ‘Negeri Tirai Bambu’ tersebut.

Dia bercerita, bagaimana sekolah-sekolah di sana memiliki kecanggihan teknologi dalam pembelajarannya. Terlebih, dunia memasuki revolusi industri 4.0.

Sebagai guru, Suhardin mengaku perannya bersama guru lainnya adalah garda terdepan dalam dunia pendidikan menggiring peserta didik berdaya saing.

Setiap guru sepantasnya menguasai teknologi pembelajaran, khususnya pemanfaatan aplikasi dalam merancang, proses hingga penilaian hasil belajar.

“Saya menyebutnya dalam sebuah tulisan di buku saya yang terbit dengan sebutan ‘Pekerjaan menentang zaman’ itu ungkapan bagi guru yang harus berjuang mengikuti kemajuan teknologi,” ucap guru IPA SMPN 17 Kendari itu kepada Sultrakini.com, Selasa (23/4/2019).

Selama pelatihan 3-23 Maret 2019, dirinya bersama guru se-Indonesia tersebut-banyak mendapatkan ilmu, utamanya bidang sains. Apalagi mereka diajak mengunjungi laboratorium sains, sejumah sekolah, budaya, hingga studi banding.

Guru SMPN 17 Kendari, Suhardin. (Foto: Dok. Suhardin)
Guru SMPN 17 Kendari, Suhardin. (Foto: Dok. Suhardin)

Salah satu yang membuatnya terpukau adalah guru di Cina bisa mengajar praktikum mata pelajaran Kimia di tiga kelas pada tiga sekolah melalui teleconference atau telekonferensi.

Menurutnya, pembelajaran Science, Technology, Engineering and Mathematics (STEM) bisa diaplikasikan guru di Sultra dalam beberapa model, berupa problem based learning maupun project basic learning.

Problem-Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah adalah metode pengajaran bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, serta memperoleh pengetahuan.

Apabila PBL terkendala sarana prasarana, kata dia kedua model tersebut bisa digunakan tanpa STEM. Artinya, menggunakan pembelajaran Inquiry (penyelidikan).

“Pembelajaran Inquiry (penyelidikan) melalui pemanfaatan sumber belajar yang tersedia di lingkungan siswa. Ini dianjurkan dalam kurikulum 2013, setiap guru harus mampu menggunakannya seperti halnya guru di Cina,” jelasnya.

Suhardin bisa mengikuti pelatihan guru Indonesia ke luar negeri juga berkat karyanya dalam meningkatkan pembelajaran siswa melalui penelitian Pengembangan Media Bekal Terasi Prakarya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Keterampilan Siswa Kelas IX di SMPN 17 Kendari.

Bahkan karyanya itu dipamerkannya di lomba inovasi pembelajaran guru SMP tingkat nasional dan mendapatkan juara 1.

(Baca: ‘Bekal Terasi’ Mengantarkan Guru Ini Juarai Ajang Inovasi Prakarya)

Laporan: Nely
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan