Pemda Butur-Dirjen Perkebunan Teken MoU Pengembangan Pangan Unggulan

  • Bagikan
MoU antara Pemerintah Daerah Buton Utara dengan Dirjen Perkebunan Kementerian RI, Minggu (3/11/2019). (Foto Ardian Saban/SULTRAKINI.COM)
MoU antara Pemerintah Daerah Buton Utara dengan Dirjen Perkebunan Kementerian RI, Minggu (3/11/2019). (Foto Ardian Saban/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Dalam rangka temu bisnis Hari Pangan Sedunia ke-39, Pemerintah Daerah Buton Utara menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Dirjen Perkebunan Kementerian RI terkait produk unggulan jambu mete dan kelapa Kabupaten Butur di Hotel PlazaInn Kendari, Minggu (3/10/2019).

Selain MoU dengan Dirjen Perkebunan Kementerian RI, Pemda Butur juga menandatangani nota kesepahaman dengan PT Krambil Idjo sehubungan penanganan turunnya harga kopra dan pengelolaan hasil perkebunan kelapa.

Bupati Butur, Abu Hasan, menuturkan potensi pertanian dan perkebunan di wilayah yang dipimpinnya adalah kelapa, jambu mete, dan nilam. Ke depan pihaknya akan meningkatkan daya saing dan kesejahteraan petani apakah itu pendapatan pokok atau pendapatan tambahan.

“Sekarang ada pendapatan pokok, misalnya dia punya kelapa, dia punya jambu mete, dia punya pendapatan tambahan tanaman nilam, sehingga pendapatan mereka bertambah dan Insya Allah kesejahteraan mereka akan meningkatkan,” ujar Abu Hasan, Minggu (3/11/2019).

Terkait potensi tanaman nilam, Kabupaten Butur menjadi salah satu daerah penghasil nilam di wilayah Sultra.

Produk pangan Pemerintah Daerah Buton Utara, Minggu (3/11/2019). (Foto Ardian Saban/SULTRAKINI.COM)
Produk pangan Pemerintah Daerah Buton Utara, Minggu (3/11/2019). (Foto Ardian Saban/SULTRAKINI.COM)

Kemudian dalam intervensi pemerintah menyangkut pengembangan tanaman nilam ke depannya di daerah Butur, pemda belum terlalu memfasilitasi secara optimal dikarenakan sedang fokus memfasilitasi pertanian organik pangan beras dan non-beras.

“Setelah melihat prospek tanaman nilam ini, ke depannya akan memberikan subsidi seperti halnya saya memberikan subsidi pada petani pangan beras maupun pangan non-beras. Mereka ini bisa memberikan jarigan kestabilan harga nilam, sehingga petani tidak dirugikan pada saat panen,” tambahnya.

Pengembangan tanaman nilam di Butur berlangsung sejak tiga hingga empat tahun terakhir, dan tinggal mengatasi persoalan pemasarannya.

“Pasarnya itu naik turun, tapi dengan teknologi baru ini saya tertarik mengoptimasi lahan nilam di Buton Utara, mudah-mudahan petani nilam di Buton Utara mendapatkan kesempatan meningkatkan pendapatan mereka, selain pendapatan pokok mereka,” ucapnya.

Laporan: Ardian Saban
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan